9. Kata Bunda

37 6 4
                                    

Hati ini aku pulang dari Harapan Biru. Untungnya rumah sakit ini tidak menahanku terlalu lama, hanya dua hari. Jadi aku tidak perlu terlalu lama izin kuliah cuma karena serangan panik. Bisa diketawain dosen ku kalau mereka tau aku kena penyakit mental juga.

Dara dan Irgi sama sekali tidak pulang ketika aku di rawat di Harapan Biru. Irgi bilang karena dia tidak ingin disuruh bekerja, proyek perumahan di Bandung mungkin membuatnya stres sampai menghabisi tenaga dan badannya. Irgi jadi kurusan karena mengerjakan proyek itu. Kasihan. Sedangkan Dara sedang praktek di rumah sakit ini. Katanya dari pada pulang dan bertengkar dengan Kale lebih baik tinggal disini agar bisa menjadikan aku alasan untuk Dara tidak menjemput Kale ke sekolah. Sepertinya Ayah harus segera membelikan Kale motor sendiri setelah ini. Toh Kale sudah bisa naik motor dan sudah punya sim. Sebentar lagi anak itu juga udah lulus, masa mau kuliahnya masih boncengan sama kakaknya.

"Teteh jadinya setuju sama tawaran Ayah?"

Ah, ini. Kemaren Ayah menawari tinggal di rumah terpisah dengan orang tuaku. Katanya agar aku belajar mandiri dan tidak terus bergantung pada Ayah dan Bunda. Tapi aku tidak percaya kata Ayah. Ayah sendiri yang mengajakku pulang dari Jogja karena kata nya aku terlalu lama hidup sendiri, Ayah ingin hidup dengan putri pertamanya. Perihal kepindahan itu pasti karena Bunda mengusir ku dari rumah setelah kejadian mas Arim. Bunda pasti malu karena aku menolak mas Arim dengan cara seperti itu.

Kata Tian aku menangis, berteriak bahkan sampai sesak nafas dan pingsan sore itu. Untung Irgi dan Ayah cepat pulang dan mereka langsung menenangkanku lalu membawaku ke rumah sakit. Sedangkan Tian, dimarahi Bunda karena memukul mas Arim. Aku belum dengar cerita lengkapnya kalau yang ini. Kemarin tiba-tiba Ayah datang dan memarahi mereka karena membahas mas Arim di depanku. Padahal gak apa-apa, aku masih bingung dengan trigger apa yang akan membuatku terkena serangan panik. Dan aku rasa, aku harus mencarinya dulu kan, sebelum menghindarinya?

"Rumah Depok sekarang udah bagus kok, Teh. Deket juga kalau ke kampus doang mah. Kalo kata gue mau aja deh. Keburu ada yang ngontrak lagi. "

Rumah depok itu rumah pertama keluarga kami. Sebelum pindah ke kuningan waktu Irgi lahir, kami tinggal di sana. Bunda bolak-balik ingin menjual rumah itu setelah kami pindah, tapi Ayah melarang karena aku sangat menyukai rumah Depok waktu kecil. Sekarang mungkin rumah itu sudah berbeda, kata Irgi rumahnya direnovasi agar lebih besar karena pernah di kontrak oleh sebuah kantor agensi disana. Tapi dulu rumah Depok kecil sekali. Mungkin ukuran 38 atau 40? Tapi kami punya halaman yang luas dan kebun belakang tempat aku bermain. Karena itu aku suka rumah Depok.

"Emang Bunda marah banget sama teteh, Gi?"

Irgi menghela nafasnya, dia pasti mau beralasan tidak tau karena dari aku disini dia tidak pulang, tapi masa iya gak tau? Aku gak percaya Irgi sama sekali tidak bertukar informasi dengan Tian atau Kale.

"Lo tau sendiri gue disini terus, gue gak tau gimana dirumah. Tapi kalau menurut gue ya, Teh. Bunda bukan marah tapi khawatir ke lo,"

"—kalau versi Bunda, katanya dia udah bilang kalau yang dateng si tai tapi lo tetep keluar."

Aku mencoba kembali mengingat kejadian itu, tapi aku sama sekali tidak ingat Bunda bilang yang datang mas Arim. Kalau aku tau dia yang datang, aku pasti tidak akan keluar.

"Semua bakal baik-baik aja, Teh. Lo tau sendiri kalau kita bakal terus jagain lo. Adek laki-laki lo ada tiga loh. Dia lawan satu aja udah babak belur–"

Lagi ngobrol asik sama Irgi tiba-tiba pintu kamar terbuka, Dara baru balik ambil obat ku di apotek. Aku yakin isinya cuma obat-obat golongan psikotropika yang katanya akan menenangkanku saat panik itu datang.

 Aku yakin isinya cuma obat-obat golongan psikotropika yang katanya akan menenangkanku saat panik itu datang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
BahagiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang