22. Purple 💜

24 5 0
                                    


    • R Evandra Cokro H Side

"Najis mas Cok, watuk mu! Ganggu wong turu wae!"(Najis mas Cok, batuk mu! Ganggu orang tidur aja!) Hanan melempar ku dengan bantal kursi ketika aku masih batuk sambil mengaduk teh jahe yang baru saja aku buat di dapur.

"Numpang tok kok nemen cangkemmu, curut" (Cuma numpang kok kebangetan mulutmu, curut.) Kataku sambil duduk di depan laptop yang sudah ku nyalakan di counter kitchen. Sekilas aku melihat Hanan nyinyir sambil ngantuk di sofa apartment kami.

"Meng dokter o!" (Ke dokter sana!)

Aku tersenyum di balik cangkir, memang rencananya hari ini aku mau ke dokter. Dokter Namara. Dokter sakti. Bukan cuma batuk yang bisa dia sembuhkan, dia bahkan bisa menyembuhkan rindu.

Aku langsung mengetik pesan untuk Namara.

To 🐣
Nona, hari ini sampai jam berapa?

From 🐣
Jam 2an...atau bisa lebih cepet.
Mas kalau masih sakit nanti aku pulangnya sama Irgi aja.

To 🐣
Ia masih sakit,
Makanya kan!
Harus ketemu dokter Namara biar sakitnya sembuh, Nona.

From 🐣
🙄😮‍💨

"Malah cengar-cengir koyo wong sinting!" (Malah senyum-senyum kaya orang gila)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Malah cengar-cengir koyo wong sinting!" (Malah senyum-senyum kaya orang gila)

Kalimat Hanan dan nada sebalnya membuat ku hampir mengeluarkan lagi teh jaheku lewat hidung. Sialan.

"Mas, kamu tau gak tho? Mas Sunu ngambil project yang kolaborasi produk kecantikan itu loh — Veya sama Sayletta. Voxtiva bakal garap iklan dan semua konten produk Veya yang kolaborasi sama Letta buat iklan sosial medianya Veya."

Aku mengangguk.

"Pancen keren banget Letta, jare yo, saiki de e wis iso di sandingke Seleb tier A" (Emang keren banget Letta, katanya ya, sekarang dia udah bisa di sandingkan sama selen tier A) Kata Hanan sambil memamerkan halaman instagram Letta yang storynya sudah seperti titik-titik. 

"Bangga gak mas Cok?"

Aku terkekeh mendengar pertanyaan aneh Hanan "Yo meh ngopo bangga, dudu pencapaian ku kok" (Ngapain bangga, bukan pencapaian ku kok)

"Kan mantan"

Aku tertawa ngakak "terussannn?" Kataku sebelu
m kembali batuk.

"Hah... Seperti waktu bersama tiga tahun tak berarti apa-apa ya?"

Aku mendengus masih dengan  separuh tawa "ya harus gimana tho, nan?" Aku menyeruput kembali teh jaheku "tiga tahun juga harusnya waktu yang cukup lama untuk paham kalau aku iki Islam. Kok iso njaluk pegat dengan alasan beda agama? Apa kah karena saat kita pacaran aku tiba-tiba syahadat? Kan tidak, aku iki walaupun raiku china, lair wis islam." Kataku sambil melempar bantal kursi yang tadi Hanan lempar padaku. Setelahnya aku bisa dengar Hanan nyanyi lagunya Marsel yang Peri Cintaku sambil berlalu ke kamar mandi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 13 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BahagiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang