Bab 12 ketemu

17 2 0
                                    

_Happy reading_


" Bi dimana Yora? " Tanya Liam datar. Ia, Salma, dan Sera baru saja pulang dari rumah nenek Sera.

Bi Wati menundukkan kepalanya.
" I-itu tuan, non Yora ada di kamarnya masih tidur " jawabnya takut.

Liam langsung berjalan menuju kamar Liora. Ia membuka kasar pintu gadis itu. Terlihat Liora masih tertidur pulas. Dengan kasar ia menyingkirkan selimut yang menutupi tubuh putrinya itu.

" Liora bangun! " Ujarnya dengan nada tinggi.

Perlahan Liora mulai membuka matanya. Ia tersentak ketika mendapati papanya, ia langsung mengambil posisi duduk. " Eh, papa udah pulang " ucapnya dengan suara serak khas bangun tidur.

" Kamu tidak lihat ini jam berapa?, kenapa kamu baru bangun Yora. Mau jadi anak pemalas kamu hah " bentak Liam, membuat Liora terkejut.

" Mentang-mentang hari ini libur, kamu jadi pemalas kayak gini " lanjut Liam emosi.

Liora menutup matanya menahan emosi. " Papa kenapa sih pagi-pagi gini udah marahin Yora?, biasanya juga papa nggak marah kalau hari libur Yora bangun siang, tapi sekarang.... " Ia menggantungkan ucapannya, lalu menatap kedua mata Liam. " Papa berubah " lanjutnya.

Liam mengepalkan tangannya. " Kamu mau tahu alasan papa marah? ". Ia merogoh saku jaket nya, dan mengambil ponsel. Ia menunjukkan sebuah gambar pada Liora.

Liora terkejut. Itu adalah gambar dirinya dan Fabian waktu di lampu merah, dari mana papanya mendapatkan gambar itu?.

" Papa tidak pernah mengizinkan kamu untuk berpacaran Liora, masa depan kamu masih panjang. Dengan kamu berpacaran, itu bisa mempengaruhi nilai akademik kamu " nasehatnya.

Liora menghela nafas. " Pah, Yora juga pengen bebas kayak remaja-remaja pada umumnya. Dari dulu papa selalu nuntut nilai Yora harus sempurna. Tapi apa papa pernah memikirkan perasaan Yora? " Tanyanya lirih.

Liam mengeram marah, ia langsung maju dan menampar pipi putrinya itu.

Plak.

" Ingat Yora, tugas kamu sebagai seorang anak itu belajar dan belajar, papa tidak peduli tentang perasaan kamu itu. Jika sampai kamu mendapat nilai rendah, papa tidak akan segan-segan untuk hukum kamu " peringat Liam lalu menutup pintu kamar Liora dengan keras.

Liora mendongak menatap langit-langit kamarnya. " Ma..., Yora cape..., Yora pengen ikut mama.. " lirihnya dengan air mata yang mengalir membasahi pipinya.

" Kalau Yora bisa memilih..., Yora pengen gantiin posisi mama waktu itu..., biar Yora nggak hidup lagi di dunia ini. Yora capek ma..., " isaknya.

*

" Wihh tumben Yan, apart Lo bersih " puji Alfian lalu mendudukkan dirinya di sofa.

" Ho'oh Yan, bukannya pembantu Lo lagi cuti ya? " Tanya Bayu bingung, lalu menyimpan makanan yang ia bawa di meja.

Fabian menoleh kearah teman-temannya sekilas, lalu melanjutkan bermain game.
" Kemarin gue suruh Yora buat bersihin " jawabnya tanpa beban.

Elang melotot. " Apa yan?, Lo nyuruh yora? " Tanyanya terkejut. Fabian hanya mengangguk pelan.

Hanzo menggelengkan kepalanya tak percaya. " Wahh, tega banget Lo Yan, masa pacar sendiri di suruh bersih-bersih apart Lo yang Segede gaban ini, nggak kasihan Lo? "

Fabian menggeleng tanpa mengalihkan pandangan pada layar ponselnya. " Ya itung-itung belajar jadi calon istri yang rajin. Karena gue nggak mau punya istri pemalas "

Me and The Basketball Leader Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang