Bab 21 teman kecil

19 1 0
                                    

_Happy reading_

" Yan, bian " panggil Liora pada Fabian yang terus menerus berjalan tanpa menoleh padanya. karena tak kunjung mendapat respon, Liora langsung berlari dan berdiri di hadapan cowok itu, guna menghalangi jalan.

" Lo kenapa sih, dari tadi ngejauh Mulu. Terus, kenapa chat sama telepon gue nggak Lo respon?, gue ada salah sama Lo? " Tanya Liora langsung seraya memegangi lengan cowok itu.

Fabian berdecak. " Minggir " ujarnya datar seraya melepaskan tangan Liora dari lengannya.

Liora menggeleng. " Nggak, sebelum Lo jawab pertanyaan gue " tolaknya.

Koridor yang semulanya sepi, menjadi penuh karena penasaran melihat pasangan itu yang nampak sedang bermasalah.

Karena tak ingin menjadi pusat perhatian, Fabian langsung menarik tangan Liora menuju rooftop.

" Mereka berdua kenapa ya? " Tanya dela pada gendis.

Gendis mengangkat bahunya acuh.
" Gue nggak tau, tapi kayaknya mereka lagi ada masalah " jawabnya seraya tersenyum kecil.

" I have an idea " ucap gendis seraya tersenyum miring.

" What's that " tanya dela penasaran.

" Ikut gue " ajak gendis lalu berjalan terlebih dahulu.

*

" Lepasin yan, sakit " pekik Liora, ketika Fabian menarik tangannya kasar.

Setelah sampai di rooftop, Fabian langsung melepaskan lengan Liora.
Lengan gadis itu terlihat memerah akibat cengkraman nya yang cukup kuat.

Liora menghela nafasnya. Sejenak ia akan melupakan rasa sakitnya, guna menyelesaikan masalah ini secepatnya. " Gini Yan, gue tanya sekali lagi, kenapa Lo nggak respon chat sama telepon gue?, apa gue ada salah sama Lo? "

Fabian berdecak. " Lo masih nggak nyadar apa yang udah Lo lakuin kemarin? " Tanyanya seraya menatap lekat gadis itu.

" Kemarin? " Beo Liora. Ia terdiam, guna mengingat apa saja yang ia lakukan kemarin. Bersekolah, melakukan kunjungan ke panti, bermain bersama anak-anak, terakhir pulang ke rumah, apa ada yang salah.

" Gue nggak ngelakuin hal yang aneh-aneh kok Yan "

Fabian menghela nafas kasar. " Ra, cowok mana yang nggak cemburu liat pasangannya lebih milih pulang sama cowok lain, dari pada sama cowoknya sendiri "

Liora tersentak, jadi itu alasan Fabian mendiamkannya. " Ya, itu karena gue nunggu Lo lama banget. Terus, gue telpon Lo berkali-kali nggak diangkat. Jadi, gue terpaksa terima tawaran Mahesa buat bareng, kalau semisal Lo datangny- "

" Emang Lo nggak bisa nunggu lebih lama lagi?, kemarin itu ada kecelakaan, jadi gue kejebak macet waktu itu. Dan saat gue sampai di halte, Lo udah lebih dulu berangkat bareng Mahesa " potong Fabian dengan suara meninggi.

Liora menutup matanya. Ia harus sabar menghadapi sikap Fabian saat ini. Lebih baik ia mengalah, daripada masalah menjadi lebih panjang. " Oke, gue emang salah karena nggak nunggu Lo kemarin. So gue minta maaf " ucapnya dengan menundukkan kepalanya.

Fabian menghela nafasnya. Tadi ia kelepasan karena sedang di kuasai oleh emosi. Ia mendekat pada Liora, lalu menarik gadis itu kedalam pelukannya. " Gue minta maaf Ra, gue kelepasan " ucapnya seraya mengusap punggung gadis itu.

Liora menggeleng pelan. " Nggak Yan, gue yang harusnya minta maaf " lirihnya.

Fabian mengangguk. " Udah, kita berdua sama-sama salah tefa " ucapnya tanpa sadar.

Deg

Liora tersentak ketika Fabian memanggilnya dengan nama yang tak asing. Ia langsung melepaskan pelukannya. " Tefa?, darimana Lo tau nama itu? " Tanyanya meminta penjelasan.

' anjir, kenapa bisa kelepasan. Ini momentumnya nggak pas ' batin Fabian.

" Jawab gue Yan, tau darimana Lo nama itu? " Tanya Liora sekali lagi.

Fabian menghela nafasnya. Oke, mungkin ini memang sudah saatnya memberitahu pada Liora. " Ra, mungkin Lo nggak akan percaya. Tapi, ini betul-betul gue. Gue.., deka, teman kecil Lo "

Liora terdiam dengan perasaan terkejut. Apa ini memang benar, atau hanya sekedar mimpi?. Siapapun tolong bilang bahwa ini nyata. Perlahan air mata mulai mengalir dari pelupuk matanya. Percayalah, ini bukan airmata sedih, tapi ini air mata bahagia. " Lo serius Yan? " Tanyanya lirih.

Fabian mengangguk dengan senyuman manis. Ia merentangkan tangannya. Dengan cepat Liora langsung berhambur kedalam pelukan cowok itu. " Ini nggak mungkin. Yan, bilang ke gue kalau ini bukan mimpi " desak Liora.

Fabian melepaskan pelukannya, lalu mengusap air mata gadis itu. " Bukan Ra, ini memang gue, deka " jawabnya.

Liora mengeratkan pelukannya. Ia merasa senang karena telah bertemu kembali dengan teman kecilnya itu, deka.

*

" OMG, jadi bian ngasih tau ke Yora. AA gue seneng banget denger ini " ucap Hanna heboh.

Alfian mengangguk. " Iya na. jadi kapan Lo nyusul? " Tanyanya seraya tersenyum mengejek.

Hanna melotot, lalu memukul pinggang Alfian. Hingga cowok itu meringis. " Lo ngejek gue, karena jomblo hah? " Tanyanya emosi.

Alfian menggeleng pelan. " Bukan gitu na, tapi mending Lo berhenti halui- "

Hanna langsung mencengkram kerah seragam Alfian. Wajah cowok itu langsung berubah menjadi pucat. Ia langsung menatap kearah teman temannya dengan tatapan memohon.
" Zo, tolongin gue. Gue nggak mau mati muda, cita-cita gue buat punya istri 10 belum tercapai woy "

Hanzo, Elang, Bayu dan Cici hanya terkekeh melihat wajah memelas Alfian. Sepertinya saat ini, Hanna sedang datang bulan.

" Apa Lo bilang?, berhenti haluin Jimin gue. Denger ya, lebih baik gue ngehaluin Jimin jadi suami gue, daripada berharap sama cowok buaya darat " sentak Hanna.

Alfian bernafas lega, ketika Hanna melepas cengkraman. Nyaris saja dirinya mati muda. " Huh, untung aja " gumamnya.

Elang terkekeh kecil. " Makanya fi, jangan macem-macem sama cewek yang lagi datang bulan. Tingkahnya udah kayak singa yang lagi lapar " ucapnya seraya menatap Hanna yang pergi keluar kelas.

Alfian berdecak. " Ya kan gue nggak tau Cok. Kalau semisal gue tau, nggak akan gue ngomong kayak tadi " balasnya kesal.

" Kak Alfi suka ya sama kak Hanna? " Celetuk Cici yang sedari tadi diam.

Alfian bergidik ngeri. " Dih, nggak mau gue punya istri kembaran singa kayak gitu "

" Kembaran singa?, berarti gue dong singa nya " kekeh Hanzo.












Me and The Basketball Leader Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang