Bab 1 pindah

25 3 0
                                    

_HAPPY READING_

" Gilaa, papa tiri Lo kayaknya tajir melintir ya ser? " Tanya gendis, sahabat Sera.

Sera mengangguk. " Ya iyalah, papa tiri gue itu salah satu pengusaha sukses di Indonesia, ya pasti banyak dong duitnya " jawabnya sombong.

" Kalau gitu, kapan kapan Lo harus traktir kita, ya kan Del? " Tanya gendis pada dela yang hanya fokus pada ponselnya.

Dela menoleh sebentar, kemudian mengangguk. " Iya bener, Lo harus traktir kita "

Sera mengangguk. " Oke, besok gue traktir kalian, sekalian ngerayain pernikahan mama gue. Jangan lupa kalian Dateng nanti malem "

Gendis dan dela mengangguk. " Ya pasti lah, gue juga pengen liat calon papa Lo " ucap dela senang.

*

" Saya terima nikah dan kawin nya Salma nurani binti almarhum bapa Didi dengan maskawin uang 100 juta dan seperangkat alat sholat di bayar tunai " ucap Liam lantang dalam satu tarikan nafas.

Pak penghulu menatap kepada dua orang saksi. " Bagaimana para saksi, sah? "

Kedua saksi itu mengangguk. " Sah "

" Alhamdulilah, sekarang kalian berdua sah sebagai suami istri " ucap pak penghulu kepada kedua mempelai.

Sera menghapus airmata nya. " Aaa, gue terharu banget, akhirnya mama bisa nikah lagi dan gue punya papa sekarang "

Gendis dan dela memeluk Sera dari samping. " Selamat sera, kita ikut seneng Lo punya papa lagi "

Sera tersenyum menatap kedua sahabatnya. " Makasih Del, dis, kalian berdua memang sahabat terbaik gue "

*

" Apa?, nggak, Yora nggak mau pindah, Yora mau tinggal di sini " tolak Liora mentah-mentah.

" Jangan membantah Yora, sekarang cepat kamu bereskan semua barang barang kamu, besok pagi papa jemput " titah Liam di seberang sana.

Tadi papanya itu menelpon dan memberitahu bahwa dirinya sudah menikah dan menyuruhnya untuk tinggal di sana bersama ibu dan adik tirinya. Tentu saja Liora menolak, ia tidak mau tinggal bersama dua wanita itu. Lagipula papanya itu sangat egois, menikah tanpa persetujuan dirinya.

" Terus kalau Yora pindah, sekolah gimana? " Tanyanya bingung.

" Kamu akan sekolah bersama adik kamu, agar kalian bisa akrab " jawab Liam. " Ya sudah, papa matikan dulu. jangan lupa papa akan jemput kamu besok "

Tut.

Liora berdecak kesal. Ia melempar ponselnya ke kasur. Satu sekolah bersama adik tirinya dan menjadi akrab?, tidak mungkin, itu tidak akan terjadi. Ia akan terus membenci dua wanita itu, karena sudah berani menggantikan posisi mamanya di hati Liam.

Cahaya matahari menyorot pada seorang gadis cantik yang masih menutupi tubuhnya dengan selimut. Gadis itu membuka matanya dan menyingkap selimut yang menutupi wajahnya. Ia mengucek matanya dan kemudian beranjak menuju kamar mandi.

Liora menatap sendu kearah foto yang menampilkan dirinya dan mamanya. Ia mengusap wajah mamanya. " Ma, yora nggak mau ikut sama papa, yora mau tetap tinggal di sini, Yora nggak mau jauh dari mama " ucapnya lirih dengan airmata yang mengalir.

Gadis itu menatap kearah dua koper yang sudah ia siapkan malam tadi.
" Kalau misalnya aku pindah, apa aku bakal dapet kebahagiaan? " Tanyanya pada diri sendiri.

Suara klakson mobil sudah terdengar, Liora langsung menarik kedua koper miliknya. Ia menatap kearah kamar yang sudah ia tempati selama bertahun-tahun. " Sampai jumpa lagi, pasti yora bakal kembali ke sini lagi nanti " gumamnya lalu pergi menghampiri papanya yang sudah menunggu di luar.

Setelah menyimpan koper di bagasi, Liora dan papanya langsung menaiki mobil. " Pah, nanti ke makam mama dulu ya, mau pamit " pinta Liora dan dibalas anggukan oleh Liam. Ia menatap sendu kearah rumah yang bersebrangan dengan rumahnya.

Liora berjalan menuju makam mamanya, diikuti oleh Liam.
Ia menyimpan bunga mawar putih kesukaan mamanya, lalu tersenyum tipis. Ia mengelus batu nisan yang bertuliskan

Asya mentari
        Binti
Juan Permana

" Ma, yora sama papa pamit ya. Yora janji, kalau ada libur, Yora bakal kesini buat temuin mama lagi " ucap Liora seraya terus mengusap batu nisan mamanya.

Setelah membacakan doa untuk mamanya, Liora dan Liam langsung kembali ke mobil.

*

" Kenapa muka Lo di tekuk kayak gitu ser? " Tanya dela melihat sahabatnya itu yang hanya diam sedari tadi.

Gendis mengangguk setuju. " Iya, masa yang baru punya papa baru udah sedih kayak gini sih? "

Sera menghela nafasnya. " Gue lagi bete " jawabnya malas.

" Kenapa? " Tanya gendis dan dela kompak.

" Gue baru tau, kalau ternyata papa tiri gue itu punya anak, terus anaknya bakal di suruh tinggal sama kita " jelasnya.

" Ya bagus dong, kan Lo pengen punya kakak dari dulu " ucap gendis senang.

Sera melotot. " Matamu. asal Lo tau yah, Kakak tiri gue itu cewek, terus dia seumuran lagi sama gue, cuma beda beberapa bulan aja " jawabnya sewot.

Dela mengangguk paham. " Oohh, pantesan aja Lo bete, Lo nggak mau tersaingi sama kakak tiri Lo itu kan? "

Sera mengangguk. " Iya " jawabnya lesu.

Gendis terdiam, lalu menjentikkan jarinya. " Gue punya ide, gimana kalau kita jadiin Kakak tiri Lo babu, pasti seru kayaknya "

Dela mengangguk setuju. " Bener tuh, kita ajak dia masuk circle kita, terus jadiin dia babu. Gimana ser, setuju nggak? "

" Oke. Udah gue mau ke bian dulu " pamitnya dan langsung berjalan menuju meja Fabian dan teman-temannya. Tak lupa dengan menenteng paper bag berisi kotak bekal untuk cowok itu.

Gendis dan dela mengacungkan jempol nya. " Semangat Sera, gue doain kali ini di terima " ucap mereka berdua, guna menyemangati Sera yang akan melakukan ritualnya, yaitu memberikan makanan pada Fabian. Meskipun selalu di tolak, namun Sera tak pernah pantang menyerah.

Hanzo menghela nafas malas. " Hah, cewek gatel itu lagi " gumamnya pelan, ketika melihat kedatangan Sera.

Sera tersenyum lalu melambaikan tangannya. " Hai semuanya " sapanya hangat. Ia menaruh paper bag itu di depan Fabian. " Nih Yan, di makan ya, itu aku yang masak loh, cobain deh, pasti enak " ucapnya percaya diri.

Fabian dan teman-temannya hanya fokus pada kegiatan mereka tanpa memperdulikan kehadiran Sera.

Merasa tak dipedulikan, Sera langsung merebut ponsel yang sedang dimainkan oleh Fabian, membuat sang pemilik menatapnya tajam.
" Balikin "

Sera menggeleng, lalu menyimpan ponsel milik Fabian di saku bajunya.
" Nggak, sebelum kamu makan makanan dari aku. Mau aku suapin nggak Yan? " Tawarnya.

Fabian terkekeh. " Lo ngancem gue? "

Sera terdiam ketika Fabian beranjak dari duduknya dan menatapnya datar. Ia beringsut mundur ketika Fabian melangkah maju, hingga ia tidak dapat mundur lagi karena tubuhnya sudah membentur dinding.

Fabian mendekatkan wajahnya. Refleks Sera menutup matanya dan bersiap menerima apa yang terjadi selanjutnya. Dengan gerakan pelan, Fabian mengambil ponselnya, lalu kembali berjalan menuju mejanya.

Cukup lama, sera tak merasakan apapun, ia langsung membuka matanya. Fabian sudah tidak ada di hadapannya.

Suara gelak tawa terdengar di seluruh penjuru Kantin, membuat Sera malu. Ia merutuki dirinya, kenapa ia bisa berfikir bahwa Fabian akan menciumnya.

" NGAREP BANGET DI CIUM SAMA BIAN " teriak Alfian, membuat tawa di kantin semakin pecah.

" HALUNYA KETINGGIAN NENG " teriak Bayu ikut mengompori.

Sera memalingkan wajahnya. Malu?, tentu saja, ia langsung berlari menuju keluar. Dengan cepat gendis dan dela mengikuti nya.

Fabian tersenyum miring seraya memutar-mutar ponselnya yang berhasil ia ambil. Ternyata untuk mempermalukan Sera sangat mudah.

" Pasti malu banget tu anak " ucap elang di sela-sela tawanya.

Me and The Basketball Leader Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang