Bab 19 terimakasih

16 1 0
                                    


_Happy reading_

" Awshh Ra, sakit, jangan kasar-kasar dong " ringis Fabian, ketika Liora menekan luka di perutnya.

Liora memutar bola matanya malas.
" Kayak anak kecil aja Lo. Liat tuh Geo, lukanya lebih parah, tapi tampangnya biasa aja " cibirnya.

" Biasalah Ra, cowok itu kalau lagi sama ceweknya suka jadi manja, makanya Lo jangan aneh liat bian jadi lebay kayak gitu " ujar Elang dengan kekehan kecil. Hanzo juga ikut terkekeh kecil mendengar penuturan Elang.

Fabian menatap tajam kearah dua sahabatnya itu. Kemudian ia melirik kearah Geo yang sedang di obati oleh dokter yang ia panggil ke apartemen nya. Memang benar Geo terlihat biasa saja, karena cowok itu sudah di beri obat bius terlebih dahulu oleh dokternya, karena ada luka yang harus di jahit.

Ia mendengus sebal, lalu menarik kapas yang di pegang Liora. " Kalau nggak ikhlas bantuinnya bilang. Gue bisa sendiri " ucapnya kesal.

Liora melipat tangannya di dada, lalu memperhatikan Fabian yang berkata bisa mengobati lukanya sendiri.

Dengan kesal perasaan kesal, Fabian langsung menunduk berusaha mengobati lukanya, diiringi dengan ringisan dari mulutnya.

Diam-diam Liora tersenyum kecil ketika melihat Fabian yang nampak kesusahan. Karena masih memiliki rasa kemanusiaan, ia pun langsung merebut kapas yang di pegang Fabian.
" Sini. kasian banget pacar gue " ucapnya lalu melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda.

*

" Thanks Yan atas bantuannya. Kalau nggak ada Lo, mungkin gue udah habis di tangan dua preman itu " ucap Geo dengan senyuman tipis.

Fabian mengangguk. " Ya sama-sama. Lagipula, kita udah impas sekarang, Lo selamatkan gue, gue selamatkan Lo " balasnya.

" Damai? " Tanya Geo dengan menaikkan salah satu alisnya. Ia mengulurkan tangannya.

" Damai " jawab Fabian, lalu bersalaman dengan Geo.

Liora, Elang dan Hanzo tersenyum melihat kedua cowok itu berbaikan. Hanzo menepuk bahu Fabian dan Geo secara bergantian. " Bagus, gue seneng liat Lo berdua baikan lagi "

Elang mengangguk setuju. " Bener tuh. jadi bisa lah Lo gabung lagi ke tim kita "

Geo terdiam sejenak, kemudian menggeleng. " Nggak bisa, banyak hal yang harus gue urusin di OSIS. Gue takut nggak ada waktu buat latihan " tolaknya halus.

Elang berdecak. " Halah, dasar babu Lo " cibirnya pada Geo.

" Lebih baik jadi babu, dari pada jadi
beban sekolah " balas Geo seraya menekankan kata ' beban '.

Hanzo terkekeh lalu beralih duduk di samping Geo. " Bukan beban sekolah aja ge, dia kan..., beban orangtua juga " ucapnya lalu tertawa bersama Geo. Kedua cowok itu pun melakukan Tos bersama.

Elang melotot tak terima. " Halah, kayak bukan beban aja Lo tai " balasnya kesal.

Liora tersenyum tipis, lalu melirik kearah jam dinding. Sudah menunjukkan pukul 6 sore. Ia menoleh pada Fabian. " Yan, gue pulang dulu ya, udah sore "

Fabian menatap kearah Liora. " Biar gue anterin. Zo, pinjem mobil Lo "

Hanzo mengerutkan keningnya. " Lah, emang motor Lo kemana? " Tanyanya bingung. Tidak biasanya Fabian meminjam mobil. Karena dia bilang, lebih suka menaiki motor.

Me and The Basketball Leader Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang