Bab 18 penyelamatan

15 1 0
                                    

_Happy reading_

" Ishh, kenapa harus macet sih, kan pengen buru-buru pulang " gerutu Liora kesal.

Fabian terkekeh kecil mendengar gerutuan pacarnya itu. Setelah melihat ada celah, ia langsung maju dan membelokkan motornya ke jalanan kecil.

Liora mengerutkan keningnya. " Kita mau kemana Yan?, kok arahnya beda? " Tanyanya bingung. Ia merasa asing dengan jalan ini.

" Udah, kamu diem aja. Nanti juga bakal sampe rumah kok " ucap Fabian seraya fokus berkendara di jalanan yang cukup sepi ini.

" Ra, Lo tau nggak bedanya tangan Lo sama bintang? " Tanya Fabian dengan niat ingin menggoda Liora.

Liora yang sedang melamun pun tersadar. Ia mengerutkan keningnya.
" Hah, Lo bilang apa yan? " Tanyanya bingung.

Fabian menghela nafasnya. kumat lagi penyakit budeg gadis itu. " Lo tau nggak bedanya tangan Lo sama bintang? " Ucapnya sekali lagi.

Liora menganggukkan kepalanya paham. " Ohh, tangan Lo mau di donasiin buat binatang " ucapnya merasa aneh. " What?, tangan Lo mau di donasiin?. Jangan dong Yan, nanti Lo nggak punya tangan gimana? " Pekiknya heboh seraya mengguncang tubuh Fabian.

Fabian berdecak sebal. Hancur sudah niatnya untuk menggoda Liora. Gara-gara penyakit budeg yang tidak bisa di sembuhkan itu. " Stop Ra, nanti kita bisa jatuh " pintanya, motornya hampir saja oleng ketika Liora mengguncang tubuh nya.

" Hehe, maaf Yan. Abisnya Lo aneh, masa tangan Lo mau di donasiin buat binatang sih. Kan nggak lucu kalau liat jerapah punya tangan manusia " ucap Liora dengan wajah polos.

Fabian menggeram kesal. Kalau bukan Liora, sudah ia lempar gadis itu Amazon supaya di mangsa buaya. Untung sayang. " Terserah Lo Ra, capek gue " ucapnya lelah.

Nampaknya Liora tak mendengar itu. Karena gadis itu sedang memperhatikan sesuatu di dalam hutan sana. Ia memicingkan matanya guna melihat lebih jelas. Setelah bisa melihat lebih jelas, ia langsung melebarkan matanya. Refleks ia menepuk pundak Fabian.

" Yan, berhenti Yan " ucapnya heboh.

Fabian pun memberhentikan motornya. Ia menoleh kebelakang.
" Ada apa? " Tanyanya bingung, lalu meminggirkan motornya.

Liora menunjuk kearah hutan sana.
" Kita ke sana bentar, gue lihat sesuatu. Cepetan turun " titahnya lalu turun dari motor.

Fabian menatap kearah hutan itu, di sana terlihat sebuah gubuk kecil.
" Emang ada apa sih Ra? " Tanyanya seraya turun dari motor, lalu melepas helmnya. Tak lupa kunci motor Yang di bawa.

Liora menarik tangan Fabian masuk ke dalam hutan. Ia melirik ke sana kemari. " Tadi gue liat ada dua orang bapak-bapak lagi gotong orang yang kayak gue kenal " jelasnya. Ia berhenti di depan gubuk, kemudian mencari letak jendela. Dan Yap, ia menemukannya.

Fabian hanya pasrah mengikuti kemana gadis itu membawanya.
" Yan, itu liat " tunjuk Liora dengan suara pelan. Ia pun membungkuk kan tubuhnya dan melihat kearah jendela. Ia melebarkan matanya. Di dalam sana terdapat Geo yang sedang dipukul habis-habisan oleh dua orang pria dewasa berbadan kekar.

Liora memegangi tangan Fabian dengan tatapan memohon. " Yan, tolongin Geo ya " pintanya.

Fabian terdiam sebentar seraya menatap wajah penuh harap gadis itu. Ia pun menghela nafasnya. " Oke, tapi Lo nggak boleh masuk ke sana. Lo sembunyi aja di sini. Jangan keluar sebelum gue suruh Lo keluar oke? " Peringatnya, Liora pun mengangguk.

Cowok itu mencari senjata yang bisa digunakan. Mana mungkin ia bisa melawan dengan tangan kosong, sedangkan dua pria itu nampak membawa senjata tajam. Ia tersenyum tipis ketika menemukan sebuah tongkat besi yang sudah berkarat. Ia pun memungutnya untuk di jadikan senjata.

Setelah melihat Fabian pergi. Liora langsung menghubungi teman-teman cowok itu. Karena tidak mungkin Fabian akan menang. " Ayok, angkat, pliss angkat " mohon Liora.

" Halo Ra, tumben nelpon. Ada apa? " Tanya Hanzo di seberang sana.

" Itu zo, Lo bisa datang ke sini nggak sama yang lain?. Bian lagi butuh bantuan " jelasnya.

" Apa?, bian kenapa Ra, dia di keroyok, atau kecelakaan?. Cepet kasih tau gue Ra " desak Hanzo meminta penjelasan. Terlihat cowok itu sedang khawatir.

" Nanti aja gue jelasinnya, sekarang cepetan kalian datang ke sini. Gue sherlock lokasinya " ucap Liora.

" Oke "

Tut.

*

Brakk.

Fabian menendang pintu dengan keras, membuat dua pria kekar itu menoleh. Geo yang masih sadar pun nampak terkejut, sekaligus senang, ia pun tersenyum tipis.

" Ngapain Lo bocah " sentak salah satu dari mereka. Pria botak.

Fabian tersenyum miring. " Lepasin dia " ucapnya datar.

Kedua pria itu terkekeh. " Lepasin?, langkahin dulu tubuh kita, kalau Lo mau ngelepasin tu bocah "

Fabian terkekeh kecil. " Sombong " ucapnya lalu melayangkan pukulan pada salah satu dari mereka.

" Berani juga lo ya " ucap pria yang berambut gondrong. Ia langsung melayangkan pukulan balasan, namun dengan cepat Fabian menghindar.

Tak ingin menyerah, pria itu langsung mengambil pisau lipat dari sakunya lalu menerjang tubuh Fabian. Dengan cepat Fabian menangkis pisau itu menggunakan tongkat besi yang ia bawa tadi.

Melihat pria itu hanya fokus menyerang menggunakan pisau, Fabian langsung menendang kakinya hingga terjatuh.

Sedangkan salah satu pria botak tadi hanya terdiam menjaga Geo, jaga-jaga kalau cowok itu kabur.

Setelah tubuh pria itu terjatuh. Fabian langsung menduduki tubuhnya, dan melayangkan pukulan di wajah pria itu.

Bugh
Bugh
Bugh.

Karena tak terima rekannya di pukuli, pria botak itu pun memukul punggung Fabian mengunakan tongkat kayu hingga cowok itu tersungkur.

Pria berambut gondrong itu pun berdiri. Ia langsung menarik tubuh Fabian untuk berdiri, kedua tangannya di pegang oleh pria botak.

Bugh
Bugh.

Pria berambut gondrong itu memukul perut Fabian berkali-kali. Hingga Fabian terjatuh dan terbatuk. Ia tersenyum miring. " Dasar bocah. Berlagak sok jadi pahlawan Lo " desisnya lalu menendang tubuh Fabian.

Kedua pria itu berbalik menatap kebelakang. Mereka melebarkan matanya ketika tak mendapati Geo di kursi. " Lah, kemana tu bocah satu lagi? " Tanya pria botak terkejut.

Dugh.

Geo memukul kepala dua pria itu menggunakan tongkat besi yang tadi Fabian gunakan. Karena marah, dua pria itu menyerang Geo secara bersamaan.

" Woy, berani-beraninya lo keroyokan, sini lawan gue " teriak Elang yang datang bersama Hanzo. Sedangkan Bayu dan Alfian, mereka tidak bisa ikut di karenakan ada urusan.

" Rasain nih tendangan maut gue, hiyakk " Hanzo menendang selangkangan pria botak itu, membuatnya langsung tertunduk di lantai dengan memegangi selangkangannya.

" Bocah sialan " desisnya seraya merasakan ngilu yang luar biasa.

Kedua cowok itu langsung membantu Geo melawan dua pria itu. Liora yang bersembunyi di balik lemari pun keluar, ia langsung membantu Fabian dan memapahnya menuju keluar.

" Ra Lo nggak papa kan?, dan kenapa Lo keluar? " ucap Fabian cemas. Terdengar ringisan dari mulut cowok itu.

Liora membantu mendudukkan tubuh Fabian di tanah. " Mana bisa gue diem aja liat Lo keroyok kayak gitu Yan. Dan bisa-bisanya Lo malah tanyain keadaan gue, sedangkan Lo sendiri terluka kayak gini... " Lirihnya disusul dengan air mata yang mengalir.

Fabian tersenyum tipis, lalu mengusap air mata Liora mengunakan jempolnya. " Udah, jangan nangis, kayak anak kecil tau nggak? " Kekehnya.

Liora merengut, lalu menghapus air matanya kasar. Ia mencubit pelan pinggang cowok itu. " Ishh, nyebelin " kesalnya.

Me and The Basketball Leader Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang