Bab 24 Vania

13 1 0
                                    

_Happy reading_

" Kayaknya dia cuma anggap kiriman dari kita itu main main. Sangat bodoh juga ya " ujar Gendis dengan senyuman miring.

Dela mengangguk pelan, seraya melihat kearah komputer. " Ya, karena dia itu nggak kenal sama wajah di foto itu "

" Ya " balas Gendis. Ia mengambil ponselnya kemudian tersenyum tipis.
" Del, kayaknya tawaran kita udah di terima sama dia " ucapnya seraya memperlihatkan sebuah pesan pada Dela.

Dela tersenyum puas. " Bagus. Mudah juga ternyata "

Gendis terkekeh kecil. " Pasti. Karena ya, siapa juga yang nggak tergiur dengan tawaran Segede itu " jawabnya lalu mengambil sebuah apel dan memakannya.

*

" Kalian pasti bertanya-tanya, kenapa saya tiba-tiba mengumpulkan kalian di sini " ujar coach Dani. Kelima cowok itu mengangguk sebagai jawaban.

" Saya ingin kalian melatih anak Saya Vania. Karena dia akan melakukan seleksi untuk lomba basket putri antar negara yang akan di lakukan sekitar satu bulan lagi " jelas coach Dani membuat kelima cowok itu terkejut.

Elang mengangkat tangannya. " Coach "

" Iya Elang, ada apa? " Tanya coach Dani.

" Kalau boleh tau, kenapa coach menunjuk kita untuk melatih Vania. Sedangkan kemampuan kita masih berada di level yang rendah? " Tanya Elang penasaran.

Coach Dani tersenyum kecil. " Ohh, tidak kemampuan kalian sudah lebih bagus, bahkan bisa mengalahkan tim level universitas, iya kan? "

Kelima cowok itu mengangguk.

" Begini, awalnya anak Saya Vania itu menolak untuk melakukan seleksi itu. Tetapi entah kenapa tiba-tiba dia langsung setuju, dengan satu syarat, harus di latih oleh kalian " jelas coach Dani.

" Kok kayak aneh ya " bisik Bayu pada Elang.

Elang mengangguk pelan. " Iya, dan entah kenapa, perasaan gue tiba-tiba nggak enak " balasnya pelan.

" Tapi coach, apa tidak apa-apa Vania di latih oleh kita. Apa coach yakin dia akan lulus? " Tanya Hanzo ragu.

" Saya yakin, kalian bisa melatih Vania. Lagipula, dia hanya perlu menyempurnakan beberapa teknik saja. Untuk gerakan dasar, dia sudah menguasai itu. Jadi, kalian tidak perlu khawatir " jawab coach Dani dengan senyuman.

Kelima cowok itu pun mengangguk paham. " Baik, kalau begitu saya permisi " pamit coach Dani dan keluar dari ruangan.

" Apa kalian nggak ngerasa aneh. Kenapa coach Dani menyetujui syarat dari Vania buat di latih sama kita?. Padahal banyak orang yang punya kemampuan di atas kita? " Tanya Hanzo membuat ke empat cowok itu berfikir.

Bayu dan Alfian kompak mengangkat bahu mereka. " Entahlah, mungkin dia pengen dilatih sama cogan kayak gue " ucap Alfian percaya diri.

Elang memukul kepala Alfian. " Halah sok kepedean banget Lo " cibirnya.

" Ya nggak papa lah. Iri?, bilang Baygon " balas Alfian di akhiri kekehan kecil.

Me and The Basketball Leader Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang