_Happy reading_
" Kayaknya dia cuma anggap kiriman dari kita itu main main. Sangat bodoh juga ya " ujar Gendis dengan senyuman miring.
Dela mengangguk pelan, seraya melihat kearah komputer. " Ya, karena dia itu nggak kenal sama wajah di foto itu "
" Ya " balas Gendis. Ia mengambil ponselnya kemudian tersenyum tipis.
" Del, kayaknya tawaran kita udah di terima sama dia " ucapnya seraya memperlihatkan sebuah pesan pada Dela.Dela tersenyum puas. " Bagus. Mudah juga ternyata "
Gendis terkekeh kecil. " Pasti. Karena ya, siapa juga yang nggak tergiur dengan tawaran Segede itu " jawabnya lalu mengambil sebuah apel dan memakannya.
*
" Kalian pasti bertanya-tanya, kenapa saya tiba-tiba mengumpulkan kalian di sini " ujar coach Dani. Kelima cowok itu mengangguk sebagai jawaban.
" Saya ingin kalian melatih anak Saya Vania. Karena dia akan melakukan seleksi untuk lomba basket putri antar negara yang akan di lakukan sekitar satu bulan lagi " jelas coach Dani membuat kelima cowok itu terkejut.
Elang mengangkat tangannya. " Coach "
" Iya Elang, ada apa? " Tanya coach Dani.
" Kalau boleh tau, kenapa coach menunjuk kita untuk melatih Vania. Sedangkan kemampuan kita masih berada di level yang rendah? " Tanya Elang penasaran.
Coach Dani tersenyum kecil. " Ohh, tidak kemampuan kalian sudah lebih bagus, bahkan bisa mengalahkan tim level universitas, iya kan? "
Kelima cowok itu mengangguk.
" Begini, awalnya anak Saya Vania itu menolak untuk melakukan seleksi itu. Tetapi entah kenapa tiba-tiba dia langsung setuju, dengan satu syarat, harus di latih oleh kalian " jelas coach Dani.
" Kok kayak aneh ya " bisik Bayu pada Elang.
Elang mengangguk pelan. " Iya, dan entah kenapa, perasaan gue tiba-tiba nggak enak " balasnya pelan.
" Tapi coach, apa tidak apa-apa Vania di latih oleh kita. Apa coach yakin dia akan lulus? " Tanya Hanzo ragu.
" Saya yakin, kalian bisa melatih Vania. Lagipula, dia hanya perlu menyempurnakan beberapa teknik saja. Untuk gerakan dasar, dia sudah menguasai itu. Jadi, kalian tidak perlu khawatir " jawab coach Dani dengan senyuman.
Kelima cowok itu pun mengangguk paham. " Baik, kalau begitu saya permisi " pamit coach Dani dan keluar dari ruangan.
" Apa kalian nggak ngerasa aneh. Kenapa coach Dani menyetujui syarat dari Vania buat di latih sama kita?. Padahal banyak orang yang punya kemampuan di atas kita? " Tanya Hanzo membuat ke empat cowok itu berfikir.
Bayu dan Alfian kompak mengangkat bahu mereka. " Entahlah, mungkin dia pengen dilatih sama cogan kayak gue " ucap Alfian percaya diri.
Elang memukul kepala Alfian. " Halah sok kepedean banget Lo " cibirnya.
" Ya nggak papa lah. Iri?, bilang Baygon " balas Alfian di akhiri kekehan kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me and The Basketball Leader
Roman pour Adolescents" Yan, gue mau kasih Lo tantangan " " Apaan? " " Lo lempar bola ini ke ring depan itu. Kalau masuk, gue bakal kabulin satu permintaan Lo " " Hmm, terus? " " Kalau nggak masuk terus bola itu mental dan kena cewek, Lo harus pacarin cewek yang kena...