_Happy reading_"
Target di temukan " ucap seorang pria berbaju serba hitam. Ia menatap kearah seorang gadis yang tengah berjalan beberapa meter di depannya.
" Bagus. Nggak sia-sia kita suruh Lo buat ngawasin dia selama tiga hari ini "
" Tetap awasi dia. Sebentar lagi kita menyusul ke sana "
Pria itu mengangguk, kemudian kembali berjalan di belakang gadis itu.
*
Senyum Liora terbit ketika ia sampai di depan jalanan komplek rumahnya. Sekitar 30 menit yang lalu, ia sampai di Tanggerang. Ia menaiki kereta untuk sampai ke sini.
Gadis itu menyusuri jalan menuju rumahnya dengan senang. Sudah lama ia tidak menginjakkan kaki di jalanan ini. Hingga pada akhirnya ia sampai di depan rumah lamanya.
Liora memandangi rumah itu. Rumah yang memiliki sejuta kenangan. Baik itu kenangan bahagia, maupun sebaliknya. Ia menghela nafasnya.
" Andai aja, papa ngasih kunci rumah ini. Pasti gue bakal masuk ke rumah dan nggak akan balik lagi ke bandung " monolognya pelan.Setelah puas memandangi rumah lamanya. Liora langsung berjalan menuju rumah terakhir mamanya. Memang jaraknya cukup jauh, tapi ia ingin berjalan seraya menikmati suasana kota.
Akhirnya Liora sampai di tempat peristirahatan terakhir mamanya. Sebelum masuk, ia membeli bunga mawar putih kesukaan mamanya terlebih dahulu. Setelah itu, barulah ia berjalan menuju makam mamanya.
Gadis itu meletakkan bunga mawar putih di atas gundukan tanah berwarna hijau. Tak lupa dengan taburan beberapa kelopak Bunga.
Dengan perlahan, Liora mengusap nisan mamanya. Senyuman manis tercetak di wajahnya. " Maa..., apa kabar di sana?. Semoga mama bahagia. Maaf, Yora baru bisa datang jenguk mama hari ini "
Liora terdiam memandangi nama yang tertulis di batu nisan itu. Di pikirannya terlintas wajah mamanya yang tengah tersenyum manis. Senyuman yang indah, dan senyuman yang dirinya lihat untuk terakhir kalinya.
" Maa..., Ada banyak yang mau Yora ceritain hari ini. Semoga, mama nggak bosen ya denger suara Yora "
Liora berdiam di area pemakaman cukup lama. Ia banyak menceritakan apa yang ia alami selama di bandung, layaknya bercerita kepada manusia yang masih hidup.
Setelah puas bercerita, Liora langsung membacakan doa untuk sang mama, kemudian berdiri dan pergi dari area pemakaman.
Jalanan yang semulanya kering mulai basah dengan guyuran hujan yang semakin deras. Dengan cepat, Liora langsung berlari menuju halte bus untuk berteduh seraya menunggu hujan reda.
Cukup lama, namun hujan tak kunjung reda. Hari sudah mulai gelap. Terhitung 2 jam Liora duduk di halte. Ia bergerak gelisah, jalanan di sekitar halte sangat sepi. Bahkan kendaraan yang lewat bisa di hitung oleh jari.
Terdengar suara langkah kaki, membuat Liora menatap sekitar dengan pandangan was was. Menyadari jika ada seseorang yang mendekat dari arah kanan, dengan gerakan cepat, Liora langsung berdiri dari duduknya. Tepat saat ia berdiri, sebuah balok kayu mendarat tepat di tempat ia duduk.
Dugh
" Shit " umpat pria yang tidak berhasil memukul Liora menggunakan balok kayu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me and The Basketball Leader
Novela Juvenil" Yan, gue mau kasih Lo tantangan " " Apaan? " " Lo lempar bola ini ke ring depan itu. Kalau masuk, gue bakal kabulin satu permintaan Lo " " Hmm, terus? " " Kalau nggak masuk terus bola itu mental dan kena cewek, Lo harus pacarin cewek yang kena...