_Happy reading_" Ya ampun Ra, kenapa Lo basah kuyup kayak gini? " Pekik Sera heboh ketika Liora masuk ke dalam rumah.
Ia langsung berlari dan menghampiri kakaknya itu." Ra, Lo nggak papa? " Tanya Sera dengan raut wajah khawatir. Ia memegangi bahu Liora. Tatapan gadis itu kosong serta wajah yang pucat.
" Gue nggak papa " jawab Liora singkat kemudian melepaskan tangan Sera dari bahunya. Ia langsung berjalan menuju kamarnya.
Sera terdiam memandangi kepergian Liora. Di dalam hatinya terlintas banyak pertanyaan, namun sepertinya ini bukan waktu yang tepat untuk bertanya. Sepertinya kakaknya itu sedang membutuhkan waktu untuk sendiri.
*
Liora menutup pintu kamarnya menggunakan punggungnya. Ia menyandarkan tubuhnya di pintu. Tak lama, air matanya mulai menetes satu persatu dari pelupuk matanya.
Lazim bagi seorang manusia menangis ketika mendapat luka yang cukup besar. Apalagi merasa sudah di khianati oleh pasangan sendiri. Luka itu akan membekas di hati dan entah kapan akan sembuh.
Cukup lama Liora menangis, hingga tak sadar ia tertidur lelap dengan posisi tubuh meringkuk di karpet. Ia harus mengistirahatkan tubuhnya hari ini. Untuk memulai hari hari selanjutnya.
Jam menunjukkan pukul 9 malam. Suara telepon membuat Liora terbangun. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali, Kemudian berjalan menutup jendela kamarnya yang belum di tutup sama sekali. Ia melihat kearah luar sebentar, suasana malam yang cukup sunyi dan gelap. Mungkin efek hujan yang baru saja reda.
Ia melihat kearah ponselnya sebentar. Terlihat panggilan tak terjawab dari Hanna dan Sera. Setelah melihat itu, Liora langsung melempar ponselnya ke atas kasur, kemudian berjalan menuju kamar mandi.
Setelah membersihkan diri, Liora langsung merebahkan tubuhnya di kasur. Ia memegangi perutnya yang berbunyi. Karena lapar, ia langsung berjalan menuju dapur untuk mengambil makanan.
" Eh Ra, Lo nggak papa kan sekarang? " Tanya Sera yang melihat Liora sedang memasak mie di dapur.
Liora menganggukkan kepalanya tanpa menoleh.
Sera mendekat, ia menarik kursi dan duduk di samping Liora. Ia memandangi wajah kakaknya yang pucat, juga mata yang sembab. " Ra, kapan pun Lo siap cerita, gue siap dengerin kok " ucapnya.
Liora hanya diam tak merespon. Ia menuangkan mie pada mangkuk. Kemudian membawanya ke kamar.
Sera menghela nafasnya. " Oke ser, sabar. Nanti juga bakalan cerita kok " ucapnya menyemangati.
" Sera, Yora kenapa?. Tadi mama liat kok mukanya pucet banget terus matanya sembab, dia sakit? " Tanya Salma yang baru memasuki dapur. Ia dan Liam baru saja kembali dari makan malam di restoran.
" Iya kayaknya ma, soalnya pas tadi pulang juga basah kuyup gara-gara hujan-hujanan " jawab Sera khawatir.
' Tapi yang sakit bukan badannya , tapi hatinya ' lanjutnya dalam hati.*
" Loh ser, Yora mana? " Tanya Hanna yang berpapasan dengan Sera di koridor.
Sera menghela nafasnya. " Yora sakit, demam " jawabnya lesu.
" Apa?. Kenapa Lo nggak bilang sama gue sih. Lo tau, dari kemarin chat sama telepon gue nggak direspon " gerutu Hanna kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me and The Basketball Leader
Fiksi Remaja" Yan, gue mau kasih Lo tantangan " " Apaan? " " Lo lempar bola ini ke ring depan itu. Kalau masuk, gue bakal kabulin satu permintaan Lo " " Hmm, terus? " " Kalau nggak masuk terus bola itu mental dan kena cewek, Lo harus pacarin cewek yang kena...