AUTHOR POV
Callista meringis pedih ketika pecahan guci yang di belinya di Singapore tahun lalu pecah dan puingnya seakan menyerangnya dan itu tepat kena di betis mulus miliknya.
Pandangannya masih buram, air mata terus bercucuran. Suaranya serak, syukur saja flat ini memiliki fungsi kedap suara. Jika tidak entahlah sudah sejak kapan dia di usir karna kebisingan yang di buatnya.
"Hikss" isak terakhir yang dia keluarkan sebelum dia membanting tubuhnya ke atas kasur empuk Queen Size miliknya.
Pandangannya kembali jelas. Sudah berapa jam dia seperti ini??
Dia segera mengedarkan pandangannya ke sekeliling dan sedikit terhenyak melihat pemandangan ini.
Tak tersisa..
Pakaian yang utuh di dalam lemari kini telah berserakan hancur di lantai yang tanpa tujuan, guci-guci kesayangan yang di belinya di berbagai negara yang di kunjunginya pun sudah tidak terselamatkan lagi, ini baru bagian kamar. Ya. Baru bagian kamar..
Callista melangkahkan kakinya dengan gontai ke ruang tamu dan dia kembali mengatup mulutnya.
Perabotan disini, sungguh tidak bersisa lagi.
Apakah tadi dia tidak menyentuh pantry? Semoga saja tidak. Karna rasanya dia sudah tidak sanggup melangkahkan kakinya lebih jauh lagi.
BRUKKK
Callista ambruk di antara perabotan yang rusak di lantai flat-nya.
"Kenapa.."
"Begitu tidak adil bukan??"
Callista kembali menundukkan kepalanya. Bahunya bergetar. Oh. Dia menangis lagi
"Aku... tidak mendapatkan untung apa-apa. Lagi-lagi Rey. Dia yang dapat"
Erangnya frustasi. Dia sungguh tidak terima dengan hasil kali ini.
Zaswa harus mati!
Atau
Tidak sama sekali...
"Tidak..adil" geram. Dia sungguh geram.
Callista segera berdiri dan merapikan kembali dirinya. Rambut yang tak terurus itu segera dia rapikan, mulai memoles make up, dan mengganti pakaiannya dengan sebuah dress yang masih tergantung. Dress satu-satunya yang selamat.
Callista melangkahkan kaki keluar dari flat.
"Aku akan menjual kembali flat nomor kamar ini. Terserah uangnya buat kalian saja. Dan ini suratnya" ucap Callista tenang pada satpam yang berjaga dan dengan ragu satpam tersebut mengambil surat serta kunci yang di sodorkan Callista.
Setelah beres, Callista berjalan dengan santai menuju mobilnya.
Ya. Dia akan mencari tempat baru. Tempat itu sudah kotor oleh kedatangan Rey.
Kejadian kemarin, sungguh tidak membuahkan hasil yang membuat Callista turut berbahagia atas kebahagiaan yang di miliki Rey sekarang.
Dia. Jujur saja, justru tidak bisa merasakan makanan dengan nikmat dan mimpi nya pun memburuk.
Kenapa? Perasaan bersalah ini hinggap begini saja??
Atau perasaan tidak suka?? Karna Zaswa mendapatkan kebahagiaan. Dia ingin Zaswa menderita. Bukan Harly!
Callista memilih kembali ke kediamannya untuk sementara waktu.
Yah...walau harus bertemu dengan sang ibu. What? Ibu? Hahahaha what the hell.
KAMU SEDANG MEMBACA
Loving You
RomanceApakah tidak cukup hanya dengan membuktikan kesungguhanku selama ini untuk berhasil membuka sedikit cela di hatimu? Apakah sungguh sia-sia pengorbananku selama ini yang benar-benar tulus untukmu? -Davidaus Harly Adam