Aku melangkahkan kaki ke kelas dengan langkah gontai.
Sudah dua bulan ini aku merahasiakan rahasia yang amat besar dari para sahabatku.
Dan entah kenapa aku sungguh merasa didera rasa bersalah setiap harinya."Hei zas. Lesu sekali. Ada apa?" Vita mengejutkanku dari lamunan ku di pagi ini.
"Hmm gini, kau kenal Rey tidak Vit?" Tanyaku ragu. Aku tahu dia tidak mengenalnya.
Vite menggeleng dengan polosnya."Ada apa? Dan siapa Rey?"
Aku menghela nafas sebelum menjawab pertanyaan dari Vita yang tak membantu apapun.
"Dia adalah teman kita di sepuluh lima. Dan aku sedang sms an dengannya"
Jelas Zaswa. Vita mengerutkan dahinya dan segera memanjangkan lehernya meneliti jariku."Kau tidak memegang hp. Dan apa hubungannya denga anak sepuluh lima?"
Deg! Wanita ini...benar-benar.
Aku mengelus pundak Vita dan dia justru tersenyum
Cih!
"Lain kali saja ya aku ceritakan.aku sudah lupa"Aku sudah lupa kau bodoh, lanjut Vita dalam hati.
Vita mengangguk dan terus tersenyum.
Tak lama kemudian guru kami masuk. Bersamaan dengan Rarra dan Alif yang entah dari mana.
Pelajaran pertama pun berjalan tak sesuai harapan. Aku benar-benar harus menceritakan ini pada mereka.
Aku tak bisa menanggungnya sendiri.Guru baru saja keluar kemudian aku segera berdiri dan membalikkan tubuhku. Syukur saja kami sejejer. Sehingga tak perku repot untuk berbicara dengan mereka.
"Guys. Aku mau bicara"
Kami segera menuju kantin dan memesan makanan.
"Jadi kau mau bicara apa Zas?" Rarra mulai membuka suara.
Ini memang belum jam istirahat jadi kami harus cepat sebelum guru memergoki kami di kantin."Istirahat saja deh. Kita makan dulu" ucapku mencoba menghalau niatku.
"Sekarang saja" titah alif tak terbantahkan.
Aku menelan susah payah jus jeruk di hadapanku.
"Aku....berpacaran"
Rarra, Chika, Alif, Yuni,Harly, Fiah hingga Vita yang harusnya tak paham, mereka semua tersedak minuman dan makanan yang ada di mulut dan kerongkongan mereka. Aku hanya bisa menutup mataku dengan telapak tangan.
Aku tahu aku tak sanggup melihat reaksi mereka.
Alif lah yang pertama kali berhenti tersedak dan segera menyuruhku membuka mata.Rarra dengan wajah terkejutnya
Chika dengan muka memerahnya
Fiah dengan wajah menahan marahnya
Yuni yang sedang mencoba meminum air
Vita yang melongo
Alif yang menatapku intens
Dan Harly dengan ekspresi menerawangnya."Sejak kapan?" Alif kembali membuka suara dan masih menatapku intens.
Aku menundukkan kepala dan ragu menjawab."Sebulan pdkt dan sebulan pacaran"
Hening.....
"Siapa? Kelas berapa? Sekolah dimana?" Aku masih menunduk ketika interogasi dari Alif terdengar lagi.
"Rey.. Reymon Ramadhan. Kelas sepuluh lima. Sekolah disini"
Alif menggebrak meja dan itu membuat kami semua kaget.
KAMU SEDANG MEMBACA
Loving You
RomantizmApakah tidak cukup hanya dengan membuktikan kesungguhanku selama ini untuk berhasil membuka sedikit cela di hatimu? Apakah sungguh sia-sia pengorbananku selama ini yang benar-benar tulus untukmu? -Davidaus Harly Adam