Author POV
Sepeninggal Rey, Zaswa belum bisa beranjak dari muramnya. Bahkan sudah hampir seminggu ini, bila di ajak berkumpul bersama, Zaswa lebih memilih dirumah dan mengirimkan doa untuk Rey. Dia selalu berdalih 'siapa lagi yang akan mengirimkan doa untuknya selain aku?' . Hal itu sontak membuat keadaan agak sedikit berubah.
Di sisi lain, Harly merasa pengorbanannya selama bertahun-tahun terasa sia-sia.
'Aku kecewa pada prasangka ku sendiri' ucap Harly setiap di tanya ada apa dengan dirinya.
Begitupun saat ini, Zaswa dan Harly serta teman-temannya sedang berkumpul di Gazebo yang terletak di taman belakang Villa milik Harly. Zaswa tak begitu banyak bicara begitupun Harly.
---
Zaswa POVSuasana ini membuatku merasa begitu canggung. Dia menatapku bak orang asing. Senyumnya begitu dingin, tak pernah aku saksikan. Tatapannya pun tak kalah membuat dadaku sesak.
Apa salahku?
Apakah aku membuat hatinya terluka lagi?
Jujur, aku rindu candanya. Kenapa dia begitu lain? Ada apa?
"Eh Har. By the way, bagaimana project kita?" Tanya Fiah di sela-sela percakapan mereka.
Aku hanya diam dan mentapnya. Menunggu jawaban. Menunggu suaranya. Ya, aku rindu suaranya.
"Sudah siap" jawabnya singkat.
PRAKK
Aku dan teman-temanku yang lain terlonjak mendengar hantaman keras dari telapak Alif.
"Kenapa kau??" Ucap Rarra sengit. Dia nampak tidak suka melihat emosi Alif seperti ini
"KALIAN BERDUA PIKIR GUE BODOH HAH? SORRY JADI NGOMONG DAN BERTINDAK KASAR. LO BERDUA KENAPA? ADA MASALAH ITU DI URUS. JANGAN KAYA ORANG GOBLOK BEGINI"
"SADAR GAK LO? INI HIGH QUALITY TIME! HITUNG BERAPA KALI KITA BISA KUMPUL LENGKAP KAYA GINI? LO BERDUA BENAR-BENAR HANCURIN SUASANA TAU!"
"SEKARANG. CERITA ADA APA!" Kami terpaku mendengar amarah dari Alif.
Tak lama, Chika mengangguk.
"Ya, daritadi aku juga ngerasain sebenarnya. Ada apa sih? Kalian ada masalah? Atau salah paham?" Ucap Chika menyetujui ungkapan Alif.
"Pelan-pelan dong lif ngomongnya. Kamu pikir ini di hutan apa teriak-teriak gitu? Ngomong baik-baik juga kita masih bisa dengar. Kita ga tuli kok" koreksi Vita. Yah, memang hanya Vita yang paling bisa melimit Alif.
Suasana jadi tidak begitu enak. Apalagi menyadari kerenggangan hubungan antara aku dan Harly benar-benar terbaca oleh yang lain.
Jujur, aku benar-benar tak enak hati.
Air mataku tiba-tiba mendesak keluar dengan tidak sopannya.
"Aku permisi dulu" pamitku dan langsung berlari menuju tepi jurang dekat Gazebo.
Dari sini, Viewnya benar-benar indah. Pikiranku sungguh tenang disini
Aku duduk di salah satu bangku panjang dekat jurang yang mengarah langsung ke arah sunset itu.
Lautan luas terlihat begitu elok. Rasanya aku ingin berbaring di atas lautan itu tanpa tenggelam.
Hahh pikiran-pikiran indah mulai menyusuri otakku dan membuat senyum ini mengembang. Hingga tanpa ku sadari, ada seseorang lagi yang duduk di sisiku.
"Kenapa menangis?" Aku tertegun mendengar suara itu.
Agak serak, dan juga tersirat nada sedih disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Loving You
RomanceApakah tidak cukup hanya dengan membuktikan kesungguhanku selama ini untuk berhasil membuka sedikit cela di hatimu? Apakah sungguh sia-sia pengorbananku selama ini yang benar-benar tulus untukmu? -Davidaus Harly Adam