Yang Terbaik

312 20 3
                                    

Sudah hampir 1 minggu sejak Zaswa keluar dari Rumah Sakit, sudah hampir 1 minggu pula Zaswa tidak menerima kabar dari Rey.

Bahkan dia tidak mencium tanda-tanda kehadiran Rey di perusahaan

Zaswa memang tidak turun dan bertanya kepada para karyawan disana tentang keberadaan Rey , dia hanya memantau dari balik kaca mobil Taxi yang di tumpanginya melewati Perusahaan megah tersebut.

Zaswa meneruskan perjalanannya menuju ke sebuah Mall. Rasa gelisah masih terus bergelut di dalam benaknya.

Beban pikiran yang tak henti menggorogoti otaknya.

Zaswa turun dari Taxi tersebut lalu berlenggak menuju Mall.

Dia memang berniat membeli beberapa belanjaan yang sudah mencapai masanya.

Setelah beberapa lama, dia kembali menghitung belanjaannya di sore ini

"Sabun, odol, shamp... aduh" tanpa sadar,Zaswa menabrak sebuah bahu kokoh. Dalam hitungan detik Zaswa terjatuh karena keseimbangannya yang buruk.

"Awww" pekik Zaswa.

"Ehh maaf" ucap sebuah suara yang di pastikan bahu yang di tabrak oleh Zaswa tadi.

Zaswa mendongakkan kepala dan menatap wajah pria tersebut.

Degup jantungnya serasa ingin berhenti.

"Re... eh. Iyaa harusnya aku yang minta maaf" ucap Zaswa dan segera berdiri lalu merapikan belanjaannya di bantu oleh pria tersebut.

"Kau Zaswa kan?" Ucap pria tersebut dan tanpa sadar aktivitas rapi-merapikan belanjaan terhenti.

Zaswa mendongakkan kepalanya menatap pria yang sangat mirip dengan seseorang.

"..i..ya" jawab Zaswa.

Pria tersebut tersenyum simpul seperti menemukan jawaban.

"Bisa ikut saya sebentar?" Tanya pria tersebut.

Sontak, Zaswa mundur beberapa langkah.

Trauma

Mungkin itu yang pas di ungkapkan Zaswa saat ini.

"Permisi.." ucap Zaswa dan segera berjalan cepat namun lengannya tercegat oleh pria tersebut

"Tentang Rey" jawab pria tersebut seolah mampu mengetahui arti tatapan takut dari Zaswa.

Setelah beberapa lama,

Tibalah mereka di tempat pemakaman.

"Maksudnya? Apa ini?" Tanya Zaswa kebingungan. Rasanya, degup jantungnya kini kembali tidak beraturan.

Pria tersebut tidak menjawab pertanyaan Zaswa.

Dia segera turun dan lalu diikuti dengan lemah oleh Zaswa.

Langkah lebar pria yang masih belum di kenali Zaswa ini, persis  dengan seseorang.

Perasaan Zaswa semakin kacau ketika mereka berhenti pada sebuah pekarangan, terlihat begitu teduh. Terjejer beberapa makam, di depan pagar sebelum masuk pekarangan tersebut terdapat sebuah papan.

Terlihat seperti sebuah papan pemberitahuan.

Sejenak Zaswa yakin ini adalah makam khusus.

Zaswa menolehkan wajahnya pada pria yang tak dikenalinya itu.

Pria itu membuka pintu pagar menggunakan kunci didalam saku jasnya

Dia pasti adalah bagian dari keluarga yang di makamkan disini, batin Zaswa.

Loving YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang