___________________________________________
"Sudah? Sudah ketemu?"
Marsha mengeratkan kedua tangannya pada railing besi. Menatap kedatangan Mas Oniel yang kini berdiri di sampingnya. Marsha tidak tahu dari kapan Mas Oniel kembali ke Hotel dan lebih buruknya, Marsha tidak tahu bahwa Mas Oniel tahu pertemuan Marsha dengan Azizi Bagja. Marsha belum mengatakan apapun, selain wajah samping Mas Oniel dari sampingnya.
"Apa?"
"Sama Azizi, udah ketemu?"
"Mas Oniel tahu dari mana?"
"Sejak kamu pulang dari acara reunian itu, kamu bahkan beberapa kali bahas Azizi. Mas juga enggak tahu siapa teman kamu waktu sekolah, kamu bahkan enggak pernah ceritain satupun. Pergi ke luar malam-malam juga bukan ide dari kamu, kalau bukan karena kamu diajak seseorang."
"Mas..." Marsha berdecak. "Mas Oniel tahu semuanya."
"Yeah, selalu. Mana mungkin aku enggak tahu adek aku sendiri." Mas Oniel tertawa kecil. "Sudah besar kamu, rasanya Mas Oniel selalu pikir kamu hanya sebesar Bagja. Tapi, kamu sudah jadi perempuan dewasa sekarang."
"Rasanya masih tetap sama, Mas." Marsha menunduk. "Seperti empat tahun lalu. Rasanya, aku enggak tahu diri, tapi, enggak bisa bohong."
"Dia anak yang baik."
"Mas Oniel cuma ketemu beberapa kali sama dia. Jangan cepat menyimpulkan."
"Mas enggak menyimpulkan secepat itu. Tapi, maksud Mas, dia memang lelaki yang baik."
"Hn... aku cuma enggak mau jatuh ke lubang yang sama kedua kalinya aja."
Mas Oniel mengacak rambut Marsha pelan sekali, meski ia tidak ikut menemani adiknya dalam siatuasi yang sulit. Oniel tetap mencoba di samping Marsha, ketika Handa tiada. Akan ia pastikan, bahwa ia akan bertanggung jawab seperti Handa juga.
"Dia berbeda sekarang, aku tahu. Tapi, Mas Oniel... rasanya aku tetap menatap dia seperti bagaimana aku menatap dia di masa lalu. Enggak ada bedanya."
"Kamu cuma takut untuk memulai."
Marsha terkekeh. "Memulai apa sih, Mas? Enggak ada yang aku mulai sama Azizi..."
"Oh, makan malam tadi itu bukan mulai, ya? Apa dong?"
"Mas Oniel nguntit?!" Mata Marsha membulat.
"Enggak!" Oniel menggeleng kencang, melihat ekspresi adiknya yang kelihatan marah besar, dalam garis bercanda. "Enggak sengaja."
"Ih, Mas Oniel..."
"Kelihatan serasi, sungguh. Mungkin karena Mas udah jarang lihat kamu gandeng cowok kali, ya? Eh, kamu sama Armanda, gimana kelanjutannya?"
Oh my... dibanding menjawab pertanyaan Oniel yang mempertanyakan teman kencannya beberapa minggu lalu, Marsha malah jadi ingat jika ia sudah mengabaikan Armanda seharian ini. Buru-buru melihat beberapa notifikasi dari pria itu dan yang terakhir ia menepuk keningnya.
"Sha? Kenapa eh?"
"Aku lupa mengabari dia." Marsha menggigit bibirnya, tapi, ponsel genggam itu kembali ia masukan ke dalam saku celananya.
"Terus enggak kamu kabarin sekarang?"
"Besok aja lah..."
"Anak orang jangan digantung, Marsha..."
"Aku enggak tahu, Mas. Rasanya kurang sreg aja sama dia. Enggak tahu kenapa, dia baik, dia juga bertanggung jawab. Tapi, rasanya... Mas ngerti 'kan?"
"Enggak, enggak ngerti. Dia baik juga bertanggung jawab. Enggak mau coba?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sampai Jumpa bukan Selamat Tinggal
FanfictionDalam dekap hangat pelukan itu, diam-diam ia mencuri kesedihanmu, kemudian kalian merencanakan soal masa depan, tak lama masa lalu melambaikan tangan. ... Beberapa orang percaya, bahwa acara reuni sekolah adalah salah satu pintu ajaib mengantarkan k...