4. Tipe

1.3K 149 56
                                    

___________________________________________

Aldo merutuk kesal, ketika sebuah motor baru saja berbelok tanpa memakai lampu sein dari motor matic yang dikendarai ibu-ibu itu hampir saja ia tabrak. Jakarta tidak pernah berubah, apalagi kemacetan dan ibu-ibu ajaib yang sering kali Aldo temukan di jalan raya. Selalu ada saja hal-hal yang Aldo temukan, tapi, Aldo memutuskan untuk tidak lagi berurusan atau mengejar sang ibu itu, buang-buang waktu.

Fokusnya sekarang adalah acara reuni sekolah yang akan dihadirinya, setelah beberapa tahun ia tak berani untuk mendatangi sekolahnya lagi.

Sekolah itu adalah pertemuan pertama Aldo dengan cinta pertamanya. Pernah beberapa kali ia lewat sana, rasa sesak dan sesal itu tak pernah sekalipun pergi dari dirinya.

Aldo hanya tertawa, menertawakan dirinya sendiri yang pengecut dan tidak tahu diri.

Tak lama mobilnya sampai dan diparkirkan di tempat yang sudah tersedia, ia berdecak kecil ketika membuka pintu mobil, menatap pada seorang pria yang baru saja turun dari mobilnya juga. Sekilas mereka bertatap, kemudian pria di depannya melengos pergi setelah tersenyum sinis. Bajingan itu, tidak pernah berubah sikapnya.

Ha... dari pada hari Aldo yang sudah dipersiapkan dengan baik untuk datang ke acara ini hancur cuma gara-gara ibu-ibu pengendara motor dan sepupunya si Azizi Bagja. Aldo mulai berjalan masuk ke gedung sekolah itu dan pandangannya yang masih asyik menatap kanan kiri taman malah jatuh pada seorang perempuan yang ada di ujung koridor.

Senyum Aldo ditarik lagi, mengabaikan keberadaan Azizi Bagja yang ada di samping Marsha.

Itu yang Aldo maksud. Cinta pertamanya. Ia menunggu beberapa tahun untuk bertemu dengan Marsha dan ditakdirkan pada hari ini.

Setiap tahun, Aldo selalu datang ke acara reuni ini, baik yang diadakan di luar maupun di dalam sekolah, hanya untuk memastikan keberadaan Marsha. Marsha menghilang begitu saja, tidak sekalipun meninggalkan jejaknya. Semua nomor dan akun sosial media Aldo diblokir tak lama setelah dirinya memutuskan membatalkan pernikahan di dua hari sebelumnya. Marsha betulan hilang, dan Aldo menyesal bertahun-tahun lamanya.

Tahun-tahun kemarin, bahkan batang hidung perempuan itu tak pernah kelihatan barang hanya sekilas dan tahun ini, Tuhan kembali memberi kesempatan padanya untuk bisa lagi menatap elok cantik sang mantan pacar—tidak deh, sang mantan calon istrinya.

Aldo entah bagaimana selalu punya rasa tertarik kepada Marsha Lenathea. Padahal, Marsha tidak ubahnya seperti banyak gadis yang ia temui di sekolah ini, maksudnya—bentuk fisiknya. Dulu, Marsha tidak menarik sama sekali.

Dia hanya siswi biasa, yang keberadaannya selalu dianggap ada dan tiada. Jika hidup Aldo jalannya dipermudah karena banyak hal, hidupnya lebih mudah karena didukung oleh orang di sekelilingnya maka... Marsha tidak.

Dia betulan hanya gadis biasa yang ke sekolah naik angkutan umum, rambutnya selalu dikuncir kuda dengan seragam yang rapi sekali, tidak pernah sekalipun Aldo lihat ujung-ujung kemeja itu keluar dari roknya, atau sepoles gincu di bibirnya. Tapi, Aldo berani taruhan, bibir gadis itu menarik meski tidak diolesi apa-apa, maniknya cantik meski dilapisi tebalnya kacamata. Tipe-tipe kissable yang jika dilumat rasanya manis dan kenyal di waktu yang sama.

God, dia malah memikirkan yang tidak-tidak. Segera ia tepis ingatan itu, karena pada nyatanya, gadis itu bermetamorfosa jadi dewasa. Aldo memutuskan menggerakkan tungkai kakinya setelah ia pastikan Azizi Bagja pergi dari hadapan Marsha.

Di depannya adalah orang yang sama, mantan pacarnya. Tapi, Aldo berani taruhan Marsha betulan berbeda. Lihat, lekuk tubuhnya yang bagai gitar spanyol itu tak bisa bohong bikin Aldo termenung sebentar, bibirnya dipoles oleh lipstik merah segar yang menarik, kakinya dialasi oleh dua kitten heels yang bikin kakinya makin jenjang kelihatan. Marsha memang cantik, Aldo yakin. Tapi, Marsha yang ini—yang sekarang usianya sudah menginjak 25 tahun, cantiknya bukan sekadar dari wajah, tapi, semuanya. Semuanya! Bahkan rambutnya yang digerai sepunggung itu terlihat makin sexy.

Sampai Jumpa bukan Selamat TinggalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang