___________________________________________Sudah menunjukan pukul tujuh malam. Mungkin karena suasana dingin dan hujan lebat juga kemungkinan-kemungkinan seperti perjalanan jauh dan sangat aktif sedari tadi pagi, Orion sudah menarik-narik tangan Marsha masuk ke kamar dan ingin tertidur. Sehingga kini, Azizi hanya puas dengan berdiri di ambang pintu itu, menyaksikan mereka berdua yang saling mendekap, dilihatnya tangan Marsha yang tak henti-hentinya membelai belai lembut rambut lurus Orion, bocah itu kelihatan ngantuk sekali meski memaksakan diri untuk membuka matanya, tetap saja, tidak berlangsung lama, dengkuran halus lah yang menjadi sisa-sisa tenaga bocah itu untuk merangkai mimpinya.
Azizi tersenyum tipis melihat kedamaian ini, meski tidak bisa bergabung di sana, ia cukup senang menjadi saksi keintiman ibu dan anak yang begitu dekat ini.
Mungkin benar kata Marsha dan sahabatnya, Kathrina. Terus-terusan merasa bersalah dan tidak melakukan apapun, tidak akan membuat semuanya lebih baik lagi, jadi, Azizi mencoba untuk tak akan lagi melalukannya, ia sebisa mungkin akan meyakinkan diri bahwa ini memang waktunya, tidak ada yang terlambat untuk apapun.
Segera ia menghindar dari pintu itu dan bersandar di tembok ketika Marsha terlihat bergerak dan dapat didengar bahwa ranjang itu berbunyi tanda bahwa Marsha beringsut dari tempat tidurnya.
Seharian ini, Azizi mengajak Bagja bermain, keluar untuk makan juga banyak membicarakan banyak hal. Ia merasa berterima kasih begitu banyak kepada Marsha dan dua kakaknya, tanpa mereka, anaknya mungkin tidak akan tumbuh baik menjadi seperti sekarang.
Orion Bagja anak yang cerdas dan selalu penasaran dengan apapun, sebisa mungkin Azizi menjelaskan banyak hal dengan hati-hati dan bahasa anak-anak.
"Eh? Bangun?" Marsha keluar dari kamar, menenteng handuk dan pakaian ganti.
"Huum." Azizi mengangguk kecil. "Mau ke mana?"
"Mandi. Aku mau ke Eltanin."
Azizi mengerutkan keningnya. "Malam-malam begini?"
"Iya. Ada yang harus aku urus di sana." Marsha mengangguk.
"Orion?"
"Kan ada kamu..." Marsha memeluk handuk dan pakaian gantinya, kedua bibirnya digerakan ke kiri dan ke kanan, seperti nampak berpikir. "Enggak apa-apa 'kan? Atau kamu ada urusan, ya?"
"Ya... enggak apa-apa, sih. Tapi, kalau dia bangun, gimana?" Tanya Azizi, risau. Dia tahu betul triplets—tiga keponakannya itu anak-anak yang baik juga meski bawel, tapi, anak kecil dan bangun tidur adalah mimpi buruk untuk orang dewasa apalagi ia dan Orion belum sedekat itu. Biasanya anak-anak selalu mencari ibunya ketika bangun.
"Dia bangun biasanya karena mau pipis atau haus. Atau... kalau dia bangun dan aku masih di sana, kamu video call aja. Aku udah biasa video call sama dia kalau dia kangen sama aku."
Eh, apa semudah itu?
Azizi sebenarnya tak yakin, tapi kelihatan sekali bahwa Marsha mempercayai kalimatnya sendiri, mau tidak mau Azizi pasrah menganggukkan kepala dan menatap perempuan itu yang pergi—menghilang di pintu kamar mandi dan yang ia dengar adalah suara gemericik dari air.
Azizi kembali duduk di sofa, tidak ada yang ia lakukan dan hanya menunggu sampai kapan Marsha keluar dari sana. Ia lupa menanyakan Marsha akan naik apa ke sana, mengingat Azizi tidak menemukan jenis kendaraan apapun di rumah ini, lagi, hujan juga deras sekali, Azizi tahu betul Marsha ini Ojek Lovers, dan lebih senang naik motor dibanding menaiki mobil—katanya ongkosnya murah dan lebih cepat sampai karena bisa menyelip sana sini. Wanita ini... tidak akan senekat itu untuk membelah jalanan dengan motor 'kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Sampai Jumpa bukan Selamat Tinggal
FanfictionDalam dekap hangat pelukan itu, diam-diam ia mencuri kesedihanmu, kemudian kalian merencanakan soal masa depan, tak lama masa lalu melambaikan tangan. ... Beberapa orang percaya, bahwa acara reuni sekolah adalah salah satu pintu ajaib mengantarkan k...