___________________________________________
Armanda Januar Baru XL
Sha, sebenarnya aku pengin nanya, mau enggak kamu kuajak ketemu Ibu. Tapi, tadi ada ayahnya Bagja, enggak enak kalau tanya langsung. Kira-kira, mau enggak, Sha? Ibu lagi sakit.
Marsha mengerutkan keningnya ketika melihat satu pesan datang dari Armanda. Ini adalah jam ketiga Marsha, Azizi dan buah hati mereka bersama, satu jam terakhir sebelum Marsha memulangkan Bagja ke rumah dan ia siap pergi bekerja siang hari ini.
Tidak banyak yang mereka bicarakan, bukan pembicaraan yang berat juga, Marsha belum ada niat hati sampai ke sana dan mungkin tujuan Azizi juga hanya sekadar bertemu dengan anaknya, jadi, Marsha tak enak kalau harus berbicara panjang lebar tentang hidup Orion Bagja ke depannya. Lagi pula, ia takut sekali keliru akan niat baik Azizi saat ini. Ya, boleh jadi hanya untuk bertemu, bukan untuk ikut campur dan berusaha bekerja sama dengannya sebagai orang tua Bagja.
Tak apa-apa, ia tak menaruh harapan sebesar itu.
"Kita pulang ke rumah kamu, ya..."
Marsha yang masih merenung, akhirnya menoleh singkat pada Azizi yang sedang mengemudi.
"Hn..."
"Tunjukin jalannya ke mana..."
"Lurus aja terus, ambil kiri, nanti ada belokan ke kiri lurus lagi aja."
"Bukan." Azizi menggeleng kecil. "Kita. Tunjukin jalannya ke mana..."
"Maksudnya?" Tanya Marsha, tidak mengerti.
"Aku tahu, aku bukan siapa-siapa buat Orion—Bagja. Kalau aku panggil Orion, enggak apa-apa 'kan? Setelah aku pikir-pikir, aku lebih suka panggil dia Ori."
"Kenapa?"
"Karena ori bikinan aku. Original." Azizi tertawa pelan, menatap dari kaca spion bagaimana bocah itu tertidur di kursi belakang.
Marsha mengembuskan napas panjangnya. Pesan yang dikirimkan Armand membuat mood-nya jelek, sudah pasti, mau tidak mau, ia akan bertemu dengan Ibu dari Armand. Armand banyak membantunya, banyak sekali, Armand bahkan sudah kenal dengan Mas Oniel dan Kak Indah, pastilah Armand juga ingin mengenalkan Marsha kepada keluarganya. Tapi, masalahnya, perkenalan macam apa yang akan terjadi, teman macam apa yang berkenalan dengan amat serius dengan orang tua yang terbaring di rumah sakit, tidak lain dan tidak bukan, pembicaraan itu nantinya berujung pada satu hal, yaitu hubungan yang serius lagi menuju jenjang berikutnya.
Armand anak yang baik, dia juga mau meneima Bagja sebagai anaknya, jika pada saat itu, tawaran dari Armand, Marsha iyakan. Masalahnya, bagaimana dengan keluarga Armand? Apa bisa menerima Marsha? Bagaimana dengan Marsha yang sama sekali belum selesai dengan masa lalunya? Bagaimana dengan hubungan Azizi dan Bagja ke depannya?
Ini semua terlalu rumit.
Candaan Azizi barusan, mengenai Orion, Ori, Original dan semua candaan brengseknya, bikin mood Marsha terjun bebas ke palung mariana. Mengingatkan Marsha bahwa yang didepannya betulan manusia yang menyumbang darah dan dagingnya agar Orion Bagja bisa hidup di dunia.
"Eh, kenapa diam? Maaf ya, aku keluar topik." Azizi berhenti tertawa, kemudian kembali memfokuskan pada jalanan raya di depan. "Maksudku, begini, Sha... Orion ke depannya mau bagaimana? Apa masih mau tinggal sama Mas Oniel? Kamu enggak kangen ngerawat dia? Sekarang kan... kamu udah enggak sendiri, udah ada aku. Ya... sebenarnya, kalau pun kamu masih enggak bisa, ya enggak apa-apa juga. Tapi, dia kan udah mau gede, apa enggak sebaiknya dijelaskan pelan-pelan aja dari sekarang? Aku yang baru kamu beri tahu kalau aku udah jadi ayah dan belum ketemu sama Ori aja, menabung rasa rindu begitu tinggi sama dia, kemarin-kemarin. Kamu bagaimana? Kamu yang tahu dia pertama kali, kamu yang merawatnya waktu masih jadi embrio, fetus, sampai jadi bayi. Apa enggak kesiksa tiap hari nahan kangen sama anak sendiri?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sampai Jumpa bukan Selamat Tinggal
FanficDalam dekap hangat pelukan itu, diam-diam ia mencuri kesedihanmu, kemudian kalian merencanakan soal masa depan, tak lama masa lalu melambaikan tangan. ... Beberapa orang percaya, bahwa acara reuni sekolah adalah salah satu pintu ajaib mengantarkan k...