___________________________________________
Hari itu akan datang, cerita klise masa lalu Marsha dan Azizi tak bisa terus-terusan ditahan menjadi sebuah rahasia. Salah satu hal yang mengganjal, yang sengaja Marsha tahan agar Azizi tak melewati garis dan tembok yang sudah ia bangun, runtuh seketika.
Kehidupan Marsha memang sudah dijungkir balikan semenjak kepergian Aldo dan kedatangan Azizi, puncaknya mungkin adalah ketika kehadiran Orion. Akan tetapi, yang satu ini, hidupnya bukan lagi dijungkir balikan, lebih dari dipermainkan, Tuhan nampaknya betulan membuat ini semua berjalan begitu singkat, sesingkat bagaimana Marsha berjalan menenteng segelas susu ke pintu depan dan menyaksikan dua orang manusia yang menatap tajam ke arah putranya dan Marsha yakin, dua pasang bola mata itu makin tajam dan menyala, ketika menatap Marsha, menghunus seperti pedang urumi yang siap mengiris-ngiris Marsha malam ini.
Ruang keluarga yang tadinya hangat, diisi tawa riang Orion, suara-suara dari film anak-anak, berubah menjadi penjara bagi Marsha. Ia menjadi pusat perhatian dan lebih buruknya, ia ditatap seperti buronan. Kedua orang tua Azizi berperan seperti sipir yang terus menatap Marsha seperti buronan paling berharganya dan dalam kondisi seperti ini, Marsha tahu bahwa sekarang, dirinya tak bisa kabur ke mana-mana, tak bisa bergerak sedikitpun sehingga sedari tadi, ia hanya diam mengeratkan kedua tangannya. Orion beberapa saat yang lalu telah dibawa Shani ke luar ruangan, mereka terlihat akrab—atau mungkin, Shani Yudaswara hanya sedang berusaha mengakrabkan diri dengan anaknya meski hanya semalam. Karena Marsha yakin habis itu... habis itu mungkin ia tak akan lagi bertemu dengan mereka, bertemu dengan Azizi juga.
"Perjalanannya lancar, Ma, Pa?"
"Kita enggak membicarakan perjalanan lancar di sini." Papa menatap kepada Azizi dengan tajam, seperti membuat Azizi mati di tempat begitu saja.
Hal itu, tentu saja membuat Marsha semakin tertekan. Meski hampir lima tahun menjalin hubungan dengan Aldo, Marsha nyaris tak mengenali seluk beluk keluarga Aldo seperti apa. Bahkan, dengan orang tua Aldo saja ia tidak akrab, apalagi lebih jauh menelusuri Yudaswara nomor satu ini—Ayahnya Azizi. Marsha tidak tahu harus menenangkan diri seperti apa lagi, tak ada tangan yang bisa ia genggam, tak ada Handa yang biasa ia jadikan tempat perlindungan. Marsha benar-benar sendirian, bahkan mengharapkan dari perlindungan Azizi saja, ia tak bisa, karena sekarang, Marsha duduk di samping Grey—kakak ipar Azizi yang Marsha sendiri kenal sebagai orang lain. Jelas di sini, Marsha terintimidasi.
"Kalau perjalanannya enggak lancar, Mama dan Papa enggak mungkin ada di sini, Azizi." Ungkap Mama dengan nada begitu tajam.
Azizi mengembuskan napasnya, kemudian menunduk. Rasa-rasanya, ia hanya ingin berlari kencang dan membawa Marsha kabur dalam situasi ini, tapi, mereka seperti sudah tertangkap basah dan mau tidak mau harus menjelaskannya semua, sekarang juga.
Azizi membasahi bibirnya. "Tapi, Mama dan Papa harus janji dulu sama aku buat enggak marah sama dia, sama Marsha. Ini semua salah aku."
"Enggak ada yang lagi main salah-salahan. Lagi pula, kamu mau menjelaskan apa? Kok tiba-tiba Mama enggak boleh nyalahin dia? Tergantung masalahnya apa dulu." Mama menatap sekilas ke arah Marsha, yang ditatap, tiba-tiba menunduk dengan lesu. "Kalau bicara sama orang tua, lihat matanya ke sini, jangan ke mana-mana." Titahan Mama yang bertujuan kepada Azizi, seperti sindiran juga untuk Marsha dan sontak keduanya menatap Mama dengan wajah yang takut.
Marsha meremas bagian bawah kardigannya untuk mengusir rasa takut yang teramat menguasai dirinya ini, sementara sedari tadi, Azizi tetap bergeming dengan tatapan tak kalah serba salahnya.
"Ma, Pa... perkenalkan, ini Marsha." Azizi menegakkan kepalanya, menatap kepada Mama dan Papa, singkat sekali, karena selanjutnya ia hanya terfokus kepada Marsha yang pandangannya jatuh kepada Orion yang sedang beradaptasi dengan ketiga anak kembar Shani di Gazebo sana. "Aku... sama dia... kami sebenarnya baru-baru ini sedang merencanakan Coparenting untuk pertumbuhan anak kami."
![](https://img.wattpad.com/cover/358111639-288-k598567.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sampai Jumpa bukan Selamat Tinggal
Fiksi PenggemarDalam dekap hangat pelukan itu, diam-diam ia mencuri kesedihanmu, kemudian kalian merencanakan soal masa depan, tak lama masa lalu melambaikan tangan. ... Beberapa orang percaya, bahwa acara reuni sekolah adalah salah satu pintu ajaib mengantarkan k...