14 - Di Cibir

256 59 32
                                    

Assalamualaikum





Jangan lupa shalawat

" allahuma shali 'ala Muhammad wa'ala Ali Muhammad "

~~~~~

Seminggu sudah pernikahan mereka, dari kejadian Afka yang mengantar Adrisia ke kampus hingga Adrisia yang di tatap lekat oleh dosen nya membuat hati lelaki itu terasa panas dan berakhir dirinya yang uring-uringan sendiri.

Hari Minggu Adrisia dan Afka hanya berada di rumah, tidak ada niatan jalan-jalan kemana pun, karna mereka pun tidak tahu harus jalan-jalan ke mana?

"Aku lagi bete beb,"

"Aku lagi sensi,"

"Gara-gara kamu aku jadi malas pacarannn ... ,"

Gadis itu tengah bernyanyi sembari menyapu halaman menggunakan sapu sebagai mic nya.

"Aku lagi lemah-" Nyanyian nya terhenti ketika seseorang menepuk pundak nya.

"Adri," panggil Afka.

"Astagfirullah Aa ngagetin cia aja deh," gadis itu mengusap pelan dada nya.

"Maaf saya mengejutkan mu," sesal nya, Adrisia hanya mengangguk.

"Iya, untung aja jantung cia gak copot."

Afka malah tertawa karna ucapan Adrisia, ada-ada saja istrinya itu.

"Jika jantung mu jatuh, saya sama siapa?" tanya Afka hanya bergurau.

Dengan cepat gadis itu menjawab,"Sama tuh cia lahh,"

Afka di buat menggeleng oleh istrinya, sepertinya Adrisia itu type orang periang dan manja, manja dalam hal sikap bukan pekerjaan, nyatanya gadis itu selalu mandiri.

Asik menatap istrinya, tiba-tiba seorang ibu-ibu kompleks lewat di depan rumah nya, dan menyapa kedua pasangan baru itu.

"Ehh ci, apa kabar?" tanya nya, panggil saja ibu dia Bu dini.

Adrisia tersenyum ramah,"Alhamdulillah baik Bu," jawab nya sopan.

"Oalah bagus, lah ini siapa cia?" tanya Bu dini saat atensi nya melihat seorang lelaki di samping gadis itu.

"Ini suami cia Bu," ucap nya memperkenalkan Afka, sedangkan lelaki itu hanya tersenyum canggung, ini suasana baru untuk nya.

"Kapan nikah nya? Setau ibu kamu belum nikah,"

"Kami menikah seminggu yang lalu, di rumah sakit Bu," kali ini yang menjawab Afka.

"Pantesan ibu gak tau, ouh iya kerja apa suami nya?" ibu-ibu terus bertanya, perasaan kepo nya belum terobati.

"Saya hanya petani di kampung," balas Afka apa adanya, itu memang benar.

Tiba-tiba pandangan Bu Dini menjadi sinis,"Ibu kira suami nya kerja kantor, ternyata hanya seorang petani," cibir nya.

Adrisia mengerutkan keningnya,"Loh? Yang penting halal Bu, percuma gaji besar tapi korupsi," sindir Adrisia tak ingin kalah.

Karna merasa malu, Bu Dini pun melenggang pergi dari sana, meninggalkan Adrisia yang cekikikan setelah ia berhasil menyindir suaminya yang di isukan korupsi.

Afka yang melihat itu hanya menggeleng pelan, istrinya itu ternya sedikit pemberani.

"Tidak boleh seperti itu Adri," peringat Afka lembut.

AFKA FIRDAUS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang