20 - Bukan Petani Tapi Bos

196 16 2
                                    

Assalamualaikum





Jangan lupa shalawat

" allahuma shali 'ala Muhammad wa'ala Ali Muhammad "

~~~~~


"Aa kita mau ke mana sih?"

"Kamu ikut saja, tidak usah banyak bicara sayang."

Entahlah, Adrisia menyerah bertanya.

Sedari rumah dirinya bertanya pun jawaban nya tetap sama seperti barusan. Tangan nya terus saja di genggam oleh suaminya, kali ini lebih baik ia diam dan mengikuti langkah Afka.

Setelah cukup lama berjalan, netra nya menatap sekeliling bukit yang penuh dengan kebun-kebun, di pinggiran bukit bahkan ada yang sampai bukit.

"Kenapa ke sini? Aa mau joget-jogetan kayak salmankhan sama Rani Mukherji?"

Lelaki itu tertawa saat mendengar ucapan istrinya, kenapa wanita itu sampai kepikiran sejauh itu, tapi memang benar tempat nya seperti di film-film India, beda nya ini adalah kebun sayuran bukan kebun bunga.

Sebelum menjawab rasa penasaran istrinya, Afka kembali menarik pelan tangan Adrisia, mengajak nya untuk menaiki bukit, mungkin itu cukup melelahkan.

Adrisia hanya menurut tanpa bertanya dan membantah, tenaga nya sudah terkuras habis karna jalan kaki, apa suaminya tidak peka?

Bibir nya mengerucut ke depan, ia berharap Afka menawarkan diri untuk menggendong dirinya, kaki nya sudah cukup lemas serta keringat yang bercucuran dari dahi dan hidung.

Lelaki itu menoleh ketika melihat Adrisia yang memegang lututnya sembari mengatur nafas yang terlihat ngos-ngosan.

"Saya gendong."

Ini yang di maksud dirinya.

Tanpa menunggu jawaban, ia langsung berjongkok di depan Adrisia, dengan perasaan senang wanita itu menaiki punggung Afka.

Namun sedetik kemudian, ia merasa tak enak dengan suaminya.

"Aa gak berat? Pasti capek ya harus gendong cia?"

Lelaki itu menggeleng, diam-diam tersenyum sangat manis, sayang nya Adrisia tak dapat melihat nya karna ia berada di belakang.

"Demi kamu, apapun akan ku lakukan, lautan kan ku selami, bukit kan ku daki." gombal nya sembari terus berjalan menaiki bukit.

Dari arah belakang tangan Adrisia mengalung di lehernya, dengan jail ia mencubit leher Afka sehingga lelaki itu meringis.

"Sakit yank."

"Habisnya Aa gombal Mulu ihh, gak kasian ya sama cia?"

Afka mengerutkan dahinya bingung,"Memang nya saya harus kasian sama apa?"

"Jantung cia,"

"Nanti juga terbiasa,"

Langkah nya berhenti sejenak, ternyata melelahkan. Keringat mulai keluar dari dahi mulus nya.

Setelah berhenti beberapa menit, ia kembali berjalan dengan Adrisia yang setia ia gendong. Rasa lelah nya pasti akan terlupakan jika melihat istri cantik nya bahagia.

Dengan penuh perhatian, Adrisia mengelap keringat yang berada di dahi Afka, ia tahu lelaki itu pasti lelah berjalan.

"Turun aja, rasa capek nya udah berkurang kok,"

AFKA FIRDAUS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang