“Kamu lagi PDKT sama Erland apa gimana?” tanya Rindu malam itu ketika ia dan Chiara sedang makan malam di kamar.
Chiara mengerutkan dahi mendengar pertanyaan random Rindu.
PDKT atau pendekatan adalah tahapan awal dalam sebuah hubungan yang umumnya dilakukan ketika seseorang mulai tertarik dengan orang lain dan ingin menjadikan orang tersebut sebagai pasangan. Kata itu tak pernah ada dalam kamus Chiara, terlebih jika orangnya adalah Erland yang menurut Chiara itu sangat tidak mungkin. Mereka hanya berteman. Seseorang seperti Erland tak akan jatuh hati pada upik abu seperti dirinya, dilihat dari segi mana pun Yunike lebih pantas. Selain Yunike pun masih banyak gadis cantik di sekitarnya.
“Kenapa kamu tiba-tiba nanya kaya gitu? Pertanyaan kamu aneh banget tau Rin.”
Rindu menaikkan alisnya. “Aneh gimana? Orang tiap ngelesin kamu diantar jemput sama dia, terus kalau malam minggu sering makan bareng, tiap hari juga chatan. Wajar-wajar aja kayanya kalau aku ngira kalian lagi PDKT?”
Chiara termenung. Kalau dipikir-pikir perkataan Rindu cukup masuk akal. Sejak dari Temanggung waktu itu intensitas pertemuan Chiara dan Erland memang meningkat. Erland beberapa kali mengantar jemputnya saat ia mengajar—tidak sesering yang dikatakan Rindu, tapi memang lebih dari tiga kali—dan soal makan di malam minggu itu Chiara tidak sadar. Dia hanya menyetujui ajakan Erland saat dia sedang tidak sibuk saja, mungkin itulah kenapa mereka selalu pergi di malam minggu karena kalau malam biasa Chiara akan sibuk belajar atau mengerjakan tugas.
“Aku sama Erland nggak PDKT, kita deket mungkin karena kita satu SMA, tapi emang kelihatan sedeket itu ya?”
Rindu mengangguk.
“Kamu sering antar jemput aku, kita juga sering makan bareng jadi aku pikir sama aja. Aku gak tau batasan temenan sama lawan jenis. Apa aku udah kelewatan?”
Rindu menggeleng panik begitu melihat wajah Chiara yang polos dan Naif itu menatapnya penuh tanya. Ada ketakutan yang tersirat di matanya, dan Rindu tidak tahu apa alasannya.
“Nggak kok Chi. Aku nanya kaya gitu karena Erland satu-satunya cowok yang akrab banget sama kamu. Jadi aku pikir ada sesuatu diantara kalian.”
“Kamu mungkin gak tau, tapi selain aku sama Erland, ada anak SMA kita yang lain yang juga kuliah di sini. Namanya Yunike, dia temen deket Erland, sama-sama daftar Mapala, dan dulu anak-anak kelas sering ngira mereka pacaran. Orangnya cantik banget dan supel. Semua orang suka sama dia.”
“Kamu cemburu?”
“Hah?” Chiara mengerjap kaget karena mendapat respon yang tak ia sangka. “Aku cemburu sama siapa?”
“Cewek yang namanya Yunike itu.”
“Nggak.”
“Oh ya? Soalnya kamu lancar banget ngomongnya kaya lagi ngerap.”
“Aku gak cemburu Rin. Mereka berdua emang deket banget jauh sebelum aku kenal sama Erland.”
“Sekarang mereka masih sering jalan bareng?”
“Katanya iya. Mereka kan satu organisasi juga jadi pasti sering ketemu, apalagi fakultas mereka sama.”
“Katanya? Erland pernah cerita soal dia?”
“Iya.”
“Dia bilangnya gimana?”
“Sebenernya aku yang nanya duluan. Erland cuma jawab pertanyaanku.”
Rindu agak kaget. Seseorang seperti Chiara terlihat tidak akan berani menanyakan hal-hal semacam itu. Rindu jadi curiga apa Chiara merasakan sesuatu pada Erland atau tidak, tetapi dia bingung bagaimana menguliknya, sebab ia pun tak punya pengalaman soal asmara. Rindu jomblo dari lahir. Pernah satu kali dia menyukai kakak kelasnya, tetapi hanya sebatas suka dalam diam hingga akhirnya perasaan itu hilang sendirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Belamour
General FictionLevel terendah dari rasa insecure adalah merasa tak layak untuk siapa pun, itulah Chiara. Gadis pendiam yang keberadaannya sering diabaikan orang lain. Eksistensinya tak pernah dianggap penting. Ada atau tidak ada dirinya sama saja. Namun, sifatnya...