Ada lima divisi di Mapala, yakni PSDA (Pengembaangan sumber daya anggota), Humas dan logistik, navigasi, konservasi, dan gunung hutan. Mulanya divisi humas dan logistik berdiri sendiri-sendiri, tetapi karena kekuarangan anggota, pada musyawarah anggota (musyang) beberapa hari yang lalu—setelah berbagai pertimbangan—akhirnya disepakati bahwa kedua divisi itu digabung.
Angkatan Erland yang berjumlah lima orang mau tidak mau harus dipisah semua, dan Erland ditempatkan di divisi konservasi bersama tiga orang seniornya. Iya, mereka hanya berempat dan itu sudah terbilang banyak. Divisi lain ada yang tiga orang saja, itu pun tak semua nama yang tercantum benar-benar aktif dan dapat diharapkan kontribusinya. Dalam divisi konservasi sendiri hanya satu orang yang terlihat aktif, yang satunya jarang terlihat, sementara yang satu lagi Erland bahkan tak pernah bertemu secara langsung, ia hanya pernah melihatnya dari foto kepengurusan tahun lalu.
"Maaf ya mas mbakmu yang lain gak bisa terlalu diharapkan." Begitu kata ketua divisinya ketika mereka bertemu untuk membahas program kerja yang minggu ini harus segera disetorkan kepada ketua umum.
"Iya Mbak gak apa-apa."
Erland dan ketua divisinya berdiskusi tentang program kerja yang akan mereka laksanakan selama satu tahun ke depan. Tak butuh waktu lama, sebab program kerja divisi mereka tak terlalu banyak, dan nyaris selalu sama dari tahun ke tahun, yakni memperingati hari bumi, hari air, dan hari lingkungan hidup. Hanya bentuk kegiatannya saja yang agak berbeda. Kecuali untuk hari bumi yang selalu diisi dengan kegiatan menanam mangrove untuk memperingati hari bumi—ini sudah seperti kegiatan wajib. Biasanya mereka sambil berkemah di pantai dan terbuka untuk umum selama kuota masih memenuhi. Lalu untuk memperingati hari air, khusus tahun ini mereka berencana membuat lubang biopori di sekitar fakultas. Terakhir untuk memperingati hari lingkungan hidup mereka akan mengadakan lomba membuat poster dan esai dengan tema konservasi.
"Udah selesai punya kalian?" tanya senior dari divisi lain.
"Udah. Ini lagi diketik sama Batu."
Selagi Erland mengetikkan program kerja di laptopnya, kedua seniornya asik mengobrol. Bukannya sengaja ingin menguping, tetapi mereka mengobrol tepat di samping Erland. Mau tak mau dia jadi mendengarnya juga.
"Iya kan ngeselin banget? Kan aku jadi ragu dia beneran suka apa nggak."
"Bener. Kalau suka mah ngapain ngomongin cewek lain depan kamu coba?"
Jemari Erland sontak berhenti. Ia diam sejenak lalu menoleh ke arah dua seniornya.
"Mbak?" panggilnya, membuat mereka berdua menoleh serempak.
"Emang gak boleh ya kalau kita ngomongin cewek lain di depan orang yang kita suka walau dia udah tau kalau kita cuma teman?"
"Gak boleh lah!"
"Pake nanya!"
Keduanya menjawab kompak dengan wajah sebal seolah Erland baru saja mengajukan pertanyaan terbodoh di dunia.
"Coba kalau cewek yang kamu suka tiba-tiba ngomongin cowok lain depan kamu, kira-kira kamu kesal gak?"
"Kalau aku udah tahu mereka cuma teman sih aku gak bakal kesal."
Satu decakan lolos dari mulut ketua divisinya, senior satunya menggeleng pelan sambil menghela napas.
"Gini nih yang aku gak suka dari cowok." Ketua divisinya membenarkan duduknya jadi bersila, lalu dia menatap Erland lekat.
"Gini ya. Sebenarnya gak ada larangan, sah-sah aja kalau kamu mau ngomongin cewek lain depan cewek yang kamu suka, tapi ...," dia menekan kata terakhirnya, "kita, dan sebagian besar cewek-cewek di dunia, bakal sebel apalagi kalau sebelumnya si cowok pernah bilang suka ke kita, atau nunjukkin rasa sukanya. Kita otomatis mikir-mikir lagi lah, ini cowok serius apa nggak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Belamour
Ficção GeralLevel terendah dari rasa insecure adalah merasa tak layak untuk siapa pun, itulah Chiara. Gadis pendiam yang keberadaannya sering diabaikan orang lain. Eksistensinya tak pernah dianggap penting. Ada atau tidak ada dirinya sama saja. Namun, sifatnya...