☾04☽ The Reason

847 69 17
                                    

Di sisi lain kampus, tepatnya di fakultas ilmu sosial, Yunike dan temannya memasuki kantin. Kedatangan mereka menarik perhatian beberapa pasang mata yang ada di sana. Wajah cantik, kaki jenjang dan outfit yang kekinian membuat mereka berdua terlihat mencolok. Keduanya celingukan memindai seisi kantin, setelah menemukan obyek yang dicarinya, keduanya lansung berjalan menghampiri.

“Kak Gita,” panggil Yunike. Gadis yang bernama Gita itu mendongkak dan tersenyum menyambut mereka.

“Jadi gak entar sore?” tanyanya setelah menelan makanan di mulutnya.

“Jadi dong,” jawab Yunike.

“Kak Sangga kita gabung di sini gak apa-apa ya?” Itu Silma yang bertanya—orang yang datang bersama Yunike.

Lelaki yang duduk di depan Gita dan Yunike mengangguk sambil tersenyum. Ini bukan kali pertama mereka makan bersama, karena itu lah Sangga sudah terbiasa.

“Kalian mau kemana?” tanya Sangga kemudian.

“Mau main ke bawah.” Yunike yang menjawab, diiringi cengiran lebar.

“Kak Sangga mau ikut gak?”

“Nggak deh Sil. Nanti aku jadi obat nyamuk doang di sana.”

Yunike dan Silma sontak tertawa.

Gita adalah kakak tingkat Yunike dan Silma yang dulu jadi pendamping kelompok mereka waktu ospek. Kedekatakan mereka berlanjut sampai sekarang. Gita bahkan mengenalkan Sangga sang pacar kepada mereka. Meski beda angkatan, Gita sering main dengan mereka berdua. Saking akrabnya Gita kadang lupa kalau ia lebih tua satu tahun dari mereka.

“Nanti kalian naik apa ke bawah?” Suara lembut Sangga kembali mengudara.

“Biasa Ga, mobilnya anak sultan,” kata Gita sambil menunjuk Silma dengan dagunya.

“Anak sultan yang sekarang beralih profesi jadi sopir pribadi kita, ya gak Kak Git?”

“Yoi!” Gita dan Yunike adu tinju sambil cekikikan.

“Sialan kalian!”

Silma pura-pura marah. Tak seperti kampus-kampus besar lainnya, di kampus mereka memang jarang sekali ada mahasiswa yang membawa mobil, kebanyakan membawa motor karena lebih simpel dan kebanyakan kos-kosan di dekat kampus hanya menyediakan lahan parkir yang sempit. Itulah kenapa Silma sering disebut anak sultan oleh Gita dan Yunike. Apalagi Silma tinggal di sebuah apartemen yang cukup mewah bersama kakaknya yang seorang mahasiswa pascasarjana di kampus sebelah dan mobil yang kadang Silma bawa adalah mobil milik kakaknya.

“Nanti aku sama Yuni juga mau nginep di tempatnya Silma,” lanjut Gita, melapor pada sang kekasih.

“Oke. Hati-hati kalian, Silma jangan ngebut bawa mobilnya.”

“Siap kepala suku!” Silma memasang gestur hormat ke arah Sangga.

Saking asiknya mengobrol, mereka sampai lupa memesan makanan. Untunglah Sangga mengingatkan karena dia dan Gita sudah hampir selesai makan.

Saat sedang menikmati makanan yang dipesannya, satu pesan masuk ke ponsel Yunike. Gadis itu membukanya, dan tersenyum saat melihat nama sang pengirim.

Erland:
Gue sama Wizar mau beli tali webing ke bawah. Lo mau titip gak?

Buru-buru Yunike membalasnya.

Yunike:
Mauuu

Erland:
Oke

Yunike:
Tapi gue juga entar sore mau ke bawah sebenernya 😂

Erland:
Lah

Yunike:
Tapi mau main.

BelamourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang