Thursday.
-
Kepulan asap rokok keluar dari mulut Nando setelah menghisap benda nikotin tersebut, selama berdiam diri di belakang toilet siswa, laki-laki itu telah menghabiskan tiga batang rokok sejak jam istirahat.
Tidak hanya sendirian, di sana ia juga ditemani oleh Raja, Zaky dan juga Eric. Mereka sengaja berkumpul di sana karena bosan di dalam kelas.
Melihat tingkah temannya yang telah menghabiskan sisa rokok miliknya, Raja menegur Nando diiringi candaan.
"Woy, rokok gue abis, tuh. Punya masalah idup apa, sih? Kasian paru-paru lo, mati muda mampus."
Nando hanya mengangkat kedua alisnya. "Mulut gue asem." Ia juga melirik sebuah kotak makanan di dekat kakinya yang sudah kosong.
Eric mendengus, ia langsung merebut rokok yang diapit kedua jari Nando dan menginjaknya setelah dilemparkan ke tanah.
Nando tidak marah, batang rokoknya sudah terbakar habis.
"Kalo bokap lo tau, lo bisa diamuk."
"Ya makanya lo jangan banyak bacot depan bokap gue," ucap Nando sewot.
Eric itu seperti seorang babysitter yang ditunjuk orangtuanya untuk menjaga dirinya di manapun, apapun yang Nando lakukan selalu diadukan pada orangtuanya.
Jika kedua orangtuanya tahu kelakuannya di sekolah, sudah pasti Eric lah yang melaporkannya.
Hoy, padahal Eric lebih nakal darinya, hanya saja temannya ini pandai sandiwara. Setiap kali Nando mengadu pada ayahnya Eric, laki-laki itu akan meyakinkan ayahnya dengan perkataan yang tentunya penuh kebohongan yang telah disusun rapi diotaknya.
Zaky meneguk habis minuman kopi miliknya, ampas yang berada di bagian bawah gelas ia buang ke sela-sela bebatuan kecil di dekatnya. "Anak sekolah sebelah nantangin lo balapan malem ini, Do."
"Siapa?" tanya Nando tak begitu minat.
"Si Gala, anak SMA Garuda."
"Oh, ayok aja gue. Masang berapa duit?"
Zaky menunjukkan kelima jarinya. "Lima juta."
"Bilangin, segitu gue gak minat, tapi kalo sepuluh gue baru mau." Nando memasang tampang mengejek diawal, lalu berubah seolah menantang.
Zaky mengiyakan, dia mengeluarkan ponselnya dan mengetikkan sebuah pesan.
Di samping Nando, Eric menatapnya dengan mengerutkan keningnya, di dalam hati dia bertanya-tanya apakah temannya ini punya uang sebanyak itu?
"Lo punya duit sepuluh juta? Dari mana?"
"Punya, lah! Hasil malak ke kakek gue."
Eric geleng-geleng kepala tak habis pikir, lihatlah wajahnya yang menunjukkan tampang sombong itu, ia jadi tergoda untuk melemparkan sepatu sneakersnya pada wajah Nando.
Uang segitu banyaknya seharusnya dipakai untuk hal-hal yang berguna, tapi si anak satu ini malah digunakan sebaliknya.
Masih membicarakan tentang balapan motor, terpaksa keempat orang itu diam serentak saat mendengar langkah kaki mendekat ke arah mereka.
Dengan terburu-buru, Nando membersihkan area disekitarnya yang terdapat beberapa puntung rokok bekas miliknya dan Raja, Zaky menyembunyikan gelas kaca dibalik sebuah batu besar dan Eric juga Raja yang memasukkan seragamnya ke dalam celana.
Takut jika orang itu adalah guru piket yang bertugas berkeliling di area sekolah, gawat kalau mereka ketahuan tengah berkumpul di sana sambil merokok.
Ketukan sepatu yang menyentuh tanah semakin terdengar jelas, jantung mereka berpacu dengan cepat.
Eric memikirkan alasan logis untuk dikatakan nantinya dan Nando tengah menutup mata sambil berdoa dalam hati, ia sudah capek mendengar ocehan guru bk.
Eh, tapi rupa-rupanya bukan guru yang datang, melainkan Melody yang sudah rapi dengan cardigan biru mudanya mendatangi Eric untuk mengajak pulang bersama.
"Eric, ayo pulang!"
Keempat pemuda itu menghela napas lega, wajah santai Eric seketika berubah datar.
"Pulang sendiri."
Melody cemberut, dia melirik Nando yang sedang menepuk-nepuk celananya yang kotor. "Nando, si Vanessa nungguin lo di gerbang, tuh."
Yang awalnya Nando ikut-ikutan memandang Melody dengan datar, sedetik kemudian kedua matanya terlihat membulat dan berbinar. "Oke!"
Nando meraih kotak bekal milik Vanessa dan membawanya pergi.
"Woy, mau kemana?"
Nando menoleh pada Eric, dia tersenyum tipis. "Lo balik aja duluan, anter si Melody. Gue lagi ada misi."
Tidak menjelaskan lebih lanjut, Nando benar-benar pergi dari sana, Raja dan Zaky ikut mengekor di belakang menyisakan Eric dan Melody.
Melody menghampiri Eric yang sedang melihat layar ponselnya, gadis itu bergelayut pada lengan Eric. "Hari ini kita jalan-jalan, kan? Harusnya kemarin, tapi kamu pergi main, jadi-"
"Gue bilang pulang sendiri." Dengan kasar Eric menepis kedua tangan Melody, ia juga sedikit memberi jarak antara dirinya dengan Melody.
Raut wajah Melody berubah sendu. "Tapi, kan kamu udah janji," ucapnya dengan lirih.
"Kapan gue bilang janji? Gak ada, gue capek, telpon aja supir lo."
Tidak mau berlama-lama bersama Melody, Eric melenggang pergi meninggalkan Melody yang akan menangis.
Melody mengatupkan bibirnya rapat-rapat dan menelan ludahnya, bertepatan dengan itu air matanya jatuh.
"O-oke ... aku pulang sendiri ..."
.
"Jujur aja! Kemarin lo tuh nolongin gue cuma pengen caper doang ke Samuel, iya kan? Ngaku deh!" Naura berteriak di depan wajah Vanessa sembari mendorong-dorong bahu Vanessa dengan telunjuknya.
"Gak usah ngarep buat balikan sama Samuel karena dia udah terlanjur ilfeel sama lo, ngaca! Lo tuh jelek!"
Vanessa benar-benar dibuat tidak paham dengan gadis pendek di depannya ini, saat dia menunggu kedatangan Nando di dekat gerbang tiba-tiba gadis itu muncul lalu menjambak rambutnya. Karena itu, anak-anak yang lain berkerumun dan memusatkan perhatiannya pada keduanya di sana.
Naura masih mencercanya tiada henti sejak tadi, Vanessa hanya diam tidak berminat untuk membalas perbuatan Naura.
Melihat Vanessa yang bergeming di tempatnya, membuat Naura semakin marah. Gadis itu menampar wajah Vanessa. "Kenapa diem? Bisu lo? Jawab goblok! Oh, atau jangan-jangan yang gue omongin itu bener? Lo caper ke Samuel dan berharap balikan lagi? Haha, cewe gak tau malu!"
Tingkah brutal yang dilakukan Naura membuat orang-orang disekitarnya terkejut dan geleng-geleng kepala, salah satu orang dari kerumunan itu menghampiri Vanessa dan memisahkan keduanya.
Lauren muncul diantara Vanessa dan Naura lalu segera menjauhkan Vanessa dari serangan gadis mungil itu. "Stop! Anjing, stop! Gila lo? Gak ada sopan-sopannya sama kakak kelas, cuma karena cowo lo bertingkah kek gini? Sadar, babi! Si Samuel gay! Dia juga ogah sama lo!"
-
KAMU SEDANG MEMBACA
GAME OVER : Who's The Winner?[✓]
Mistério / Suspense[BELUM DIREVISI] Katanya siswa yang bernama Samuel itu seorang laki-laki yang penyuka sesama jenis dan sangat membenci wanita. Pantas saja Vanessa putus dengan Samuel, rupanya lelaki tampan yang sudah menjadi kekasihnya selama dua tahun ini memiliki...