Monday.
-
Nando menguap lebar setelah keluar dari kamar mandi dengan tubuh yang basah, ia mengusap rambutnya dengan handuk kecil dan meraih ponsel di atas kasur.
Sejak semalam, ralat, sejak kemarin Chessy tidak bisa dihubungi. Bukan hanya Chessy saja, tapi Zaky dan Raja pun tidak ada kabar sama sekali.
Dia bingung tidak tahu harus bagaimana, semalam setelah pulang dari rumah Vanessa, Nando meminta Eric untuk pergi ke kediaman Chessy untuk melihat apakah gadis itu ada di rumah atau tidak. Ternyata sesampainya dia di sana, rumah Chessy terlihat kosong tidak ada penghuninya, berkali-kali menekan bel, tapi pintu tak kunjung di buka.
Sama halnya dengan kedua temannya, Zaky dan Raja tidak ada di rumah mereka masing-masing. Orang tua mereka juga heran mengapa kedua anak laki-laki itu tidak pulang, mereka mengira Zaky dan Raja menginap di rumah Nando.
Jadi, kemana ketiga orang itu?
"Gak mungkin kalau ini ulahnya si Gala, kita emang rival, tapi cuma pas balapan doang."
Masih dengan perasaan gelisah yang tidak hilang, Nando mengambil seragam sekolahnya yang tersimpan di lemari dan mengenakannya di tubuhnya. Pikirannya kemana-mana membayangkan hal mengerikan terjadi pada kedua temannya, apalagi Chessy.
Setelah memakai seragam dengan jauh dari kata rapi, Nando menyambar tasnya yang ada di atas meja belajar dan berjalan keluar kamar.
Tanpa sarapan dia bergegas menuju garasi dan naik ke atas motor. Ditinggal sendirian karena kedua orang tuanya sibuk mengurus neneknya membuat dirinya malas sarapan di rumah, dia akan membeli makanan saat di sekolah nanti.
Di perjalanan menuju ke sekolah, Nando terpikirkan sesuatu.
"Jangan-jangan ini ulahnya si homo?" tanya Nando pada dirinya sendiri.
.
Pukul 7 pagi Vanessa masih berada di rumah dengan mengenakan piyama tidurnya, dia belum mandi sama sekali dan sekarang ini tengah menghabiskan sarapannya. Melody sudah pulang sejak jam 5 pagi tadi itupun diusir secara paksa oleh dirinya.
Pagi ini, kegiatan sarapannya ditemani oleh lengkingan suara meminta maaf dari dalam gudang yang dikuncinya sejak kemarin.
Dari dalam sana pintu gudang digedor-gedor dengan kuat, kenop pintu digerakkan terus-menerus menghasilkan suara decitan yang mengganggu di telinga.
"Berisik banget," gumam Vanessa.
Dia meraih segelas susu coklat dan meminumnya sambil bangkit dari duduk. Vanessa berjalan ke arah gudang lalu memutar kunci pintu tersebut.
Pintu terbuka dan sesuatu yang pertama kali dilihat oleh Vanessa adalah seseorang berada tepat di depannya, orang itu terduduk lesu dengan kedua tangan diikat.
Vanessa tidak berekspresi apapun saat orang itu menyentuh kakinya dan menatapnya dengan tatapan memohon, mulutnya yang penuh dengan darah kering bergetar disertai jatuhnya air mata.
"V-vanessa ... g-gue minta maaf ..."
Orang itu menunduk mencium punggung kaki Vanessa secara bergantian, lagi-lagi tiada hentinya melontarkan kalimat maaf kepada Vanessa.
Vanessa melirik pada gelas kaca di tangannya, susu coklat favoritnya kini tinggal setengah lagi. Dia terlanjur merasa mual untuk menghabiskannya sebab melihat karyanya di tubuh orang itu.
Tanpa belas kasihan Vanessa melemparkan gelas tersebut ke kepala orang itu.
Gelasnya pecah dan Chessy memekik keras, setelahnya Vanessa menendang kepala Chessy agar menjauh darinya.
Tidak ada yang bisa dilakukan oleh Chessy selain menangis, tubuhnya amat terasa sakit setelah disiksa oleh Vanessa sejak kemarin.
Semalam dirinya mencoba untuk meminta tolong pada Melody, karena Chessy mendengar suara gadis itu di rumah. Saat berteriak memanggil nama Melody justru yang datang malah Vanessa, dalam satu kali hantaman ke tembok Chessy langsung tak sadarkan diri. Tanpa sepengetahuan no no Melody, Vanessa menyiksa tubuh Chessy disaat gadis itu tengah pingsan.
Ketika bangun, Chessy merasakan sakit amat luar biasa di sekujur tubuhnya.
"Sebenernya buat apa gue kurung lo di sini?" Vanessa mendekat ke arah Chessy lalu berjongkok di depannya. "Ngotorin rumah gue doang."
Vanessa menyentuh luka sayatan besar di pipi Chessy, dengan sengaja ia menekannya hingga darah segar mengucur dari sana.
"Lo tau gak? Semalem Nando ke sini, dia nembak gue."
Kedua mata Chessy melebar.
"Dia gak sabaran banget pengen selesain taruhannya, padahal tinggal sehari lagi."
Vanessa menyalakan ponselnya dan membuka aplikasi kamera, mengaturnya menjadi merekam video. Gadis itu menghampiri sebuah meja belajar miliknya yang telah rusak di sudut ruangan, dia meletakkan ponselnya di sana dengan kamera menghadap ke Chessy.
Rekaman video dinyalakan, beberapa detik berlalu.
"Rencananya gue bakal terima dia besok, sekarang gue tinggal singkirin lo abis itu serang cowo lo, " ucap Vanessa sambil mengeluarkan sebatang rokok dan pemantik api dari saku celananya.
"Siapa bilang gue bakal diem aja? Menurut lo setelah gue tau dijadiin bahan taruhan gue bakal nangis-nangis?" Vanessa membuang asap rokok di mulutnya ke depan wajah Chessy.
Gadis itu tersenyum miring membuat Chessy merinding ketakutan.
"Justru lo yang bakal nangis gara-gara ngusulin taruhan itu, lo salah cari masalah sama gue."
-
Duh, sepi sekali~
KAMU SEDANG MEMBACA
GAME OVER : Who's The Winner?[✓]
Mistério / Suspense[BELUM DIREVISI] Katanya siswa yang bernama Samuel itu seorang laki-laki yang penyuka sesama jenis dan sangat membenci wanita. Pantas saja Vanessa putus dengan Samuel, rupanya lelaki tampan yang sudah menjadi kekasihnya selama dua tahun ini memiliki...