Tuesday.
_
Nando masih tetap terjaga hingga pukul 3 pagi, sepulang dari rumah sakit. Tatapan kosongnya tertuju pada langit-langit kamar sejak beberapa menit yang lalu. Eric sudah berkali-kali menawarkan diri untuk menemaninya di rumah, tetapi Nando menolaknya beralasan ingin sendirian untuk menenangkan pikiran.
Mayat Zaky dan Raja masih berada di rumah sakit, kedua orang tua Zaky marah besar saat sampai di rumah sakit, bahkan ayahnya meninju wajah Nando dan menyalahkan dirinya atas kematian anaknya.
Sama halnya dengan ayah Raja yang kecewa dengan Eric dan Nando, pria tua itu menangisi kepergian anak semata wayangnya.
Nando tidak marah saat orang tua teman-temannya menyalahkan dirinya, justru dirinya sendiri pun merasa bahwa memang semua itu adalah salahnya.
Andai jika di malam itu dia melarang mereka berdua pulang dan menyuruhnya untuk menginap, mungkin kejadian seperti ini tidak akan pernah terjadi.
Karena itu, orang tua Zaky juga ayah Raja tidak menginginkan kehadiran Eric dan Nando di pemakaman anak-anak mereka nanti. Hal itu lah yang membuat Nando sulit untuk tidur.
Ia juga sejak tadi merasa cemas dan takut. Takut jika terjadi hal serupa pada Chessy, mengingat gadis itu masih belum ditemukan keberadaannya.
"Zaky, Raja, gue masih gak percaya," ucap Nando lirih, ia mengusap dengan kasar air mata yang keluar.
Nando tidak peduli dengan hadiah yang dijanjikan oleh mereka berdua untuknya jika dirinya menang permainan taruhan, nyawa keduanya lebih berharga dari apapun.
Tapi mereka harus kehilangan nyawa mereka dengan sangat mengenaskan di malam yang tidak diketahui oleh siapapun.
Terkecuali oleh yang membunuhnya.
Dia bersumpah akan menemukan siapa pembunuh tersebut untuk merasakan balasannya karena telah membunuh teman-temannya.
Nyawa harus dibayar dengan nyawa.
Ponselnya terus berdering dari satu jam yang lalu, mungkin ada puluhan pesan dan belasan telepon yang diabaikan oleh Nando. Dari siapapun itu, ia tidak ada niatan untuk membuka ponselnya, jadi dia membiarkannya.
"Chessy, moga kamu gak kenapa-kenapa sayang."
.
Di pagi harinya, Nando memilih untuk berangkat ke sekolah daripada hanya berdiam diri di rumah dan berlarut-larut dalam kesedihan.
Dari raut wajahnya, Nando benar-benar tidak bersemangat. Bibirnya pucat, tatapannya kosong dan kantung mata yang terlihat menghitam karena tidak tidur semalam membuatnya seperti mayat hidup.
Nando yang biasanya selalu tampil rapi, wangi dan tampan, sekarang tidak memperdulikan itu lagi. Rambutnya yang basah dan berantakan sehabis keramas dia abaikan, dirinya sibuk mengancingkan seragamnya yang kusut.
Setelah selesai dia berjalan ke meja belajarnya untuk mengambil beberapa buku, tapi ponselnya berdering ada telepon masuk.
Nando mengambil ponselnya dan mengangkat telepon tanpa melihat siapa yang menelpon.
"Halo, Nando." Terdengar suara Vanessa dari sebrang sana.
"Hm, ada apa?"
"Lagi di mana?"
"Di rumah, otw berangkat, kenapa?"
"Itu ... Boleh minta tolong gak? Tadi aku naik taksi, pas di jalan tiba-tiba disuruh turun. Mau balik lagi ke rumah ambil mobil, tapi udah jauh. Jemput ke sini boleh?"
"Oke, posisi di mana?"
"Depan bank BRI sebelum pertigaan, maaf ya ngerepotin."
"Gak apa-apa, kamu tunggu di sana cari tempat duduk, aku berangkat ke sana sekarang."
Tanpa sadar Nando juga mengikuti cara bicara Vanessa, setelah mendapatkan jawaban iya dari Vanessa ia menutup teleponnya dan segera keluar kamar sambil menggendong tas dipunggungnya. Entah apa yang membuatnya mau menuruti permintaan Vanessa hingga berjalan cepat menuju garasi, ia tidak mau membuat gadis itu menunggu lama.
Padahal bisa saja dia menyuruh Vanessa untuk kembali memesan taksi online atau ojek daripada harus memintanya menjemput.
Sambil mengendarai motor dengan kecepatan sedang, Nando terpikirkan oleh permainan taruhan yang saat ini dilakukannya, seingatnya hari ini adalah hari terakhir. Hari penentu dia menang atau kalah, tergantung dari jawaban Vanessa nantinya.
Haruskah Nando berhenti? Dia lelah harus berpura-pura seperti ini. Lagipula Zaky dan Raja sudah tidak ada, dia tidak akan mendapatkan apapun kalau menang.
Nanti ia akan mencoba bicara pada Vanessa, siapa tahu gadis itu mengerti dan tidak akan marah, setelahnya dia akan fokus mencari Chessy.
15 menit berlalu Nando sudah berada di tempat di mana Vanessa berada, dia menengok kanan-kiri hingga akhirnya melihat Vanessa tengah berjongkok di samping tiang listrik dan melambaikan tangan padanya.
"Kenapa diem di sini?" tanya Nando memberhentikan motornya di dekat Vanessa.
"Biar keliatan," ucap Vanessa sambil bangun.
Nando memakaikan helm pada kepala Vanessa lalu membantunya untuk naik ke atas motor.
Vanessa memerhatikan wajah Nando dari kaca spion setelah duduk nyaman di jok belakang. "Semalem gak tidur, ya?"
"Iya."
"Kenapa?"
Nando terdiam dan lebih memilih menjalankan motornya, 5 detik kemudian ia bersuara. "Zaky sama Raja meninggal."
Vanessa seketika membulatkan matanya saking terkejutnya. "Pantesan tadi depan rumah banyak yang lewat pake baju item," gadis itu mengangguk kecil. "Kamu gak dateng ke pemakamannya?"
"Nggak, gak sanggup." Jelas Nando berbohong, justru ia ingin sekali pergi ke sana untuk mengantarkan mereka ke tempat peristirahatan terakhir, tapi apa boleh buat, dia dilarang oleh orangtuanya.
"Kok mereka bisa meninggal? Mereka kenapa?" tanya Vanessa penasaran.
"Aku udah bilang kan dari malem minggu mereka gak bisa dihubungin dan tadi malem mereka ditemuin udah meninggal ... di sana."
Nando menunjuk ke tempat yang rimbun pepohonan di pinggir jalan, di sekitar sana telah terpasang garis polisi. Tidak mau diingat kembali, laki-laki itu menambah kecepatan laju motornya supaya dengan cepat melewati tempat itu.
"Gak ada yang tau apa kejadiannya, tapi dugaannya mereka korban tabrak lari."
Vanessa tidak bersuara sama sekali, entah apa yang dilakukannya di belakang, tapi cengkraman tangannya di jaket Nando sangat kuat.
"Turut berduka cita, ya. Aku nggak tau."
Lebih tepatnya pura-pura tidak tahu.
_
KAMU SEDANG MEMBACA
GAME OVER : Who's The Winner?[✓]
Gizem / Gerilim[BELUM DIREVISI] Katanya siswa yang bernama Samuel itu seorang laki-laki yang penyuka sesama jenis dan sangat membenci wanita. Pantas saja Vanessa putus dengan Samuel, rupanya lelaki tampan yang sudah menjadi kekasihnya selama dua tahun ini memiliki...