Tuesday.
_
Vanessa turun dari motor sembari melepaskan helm dari kepalanya, diapun menyerahkannya kepada Nando. "Makasih."
Nando menjawab dengan deheman.
Kedua alis Vanessa menukik dengan tatapan tertuju pada wajah Nando, apakah kematian dua temannya itu membuatnya bisu mendadak? Tidak seperti biasanya ia diam seperti ini.
Atau jangan-jangan karena dia kehilangan pacarnya? Eh, tapi Nando belum tahu apa yang terjadi pada Chessy, haruskah Vanessa memberitahunya sekarang?
Nando turun dari motor setelah meletakkan 2 helm miliknya di kaca spion, saat membalikkan badan dirinya dibuat heran oleh Vanessa yang masih berdiam diri di dekatnya.
"Mau aku anter ke kelas?" tanya Nando, dia menyentuh bahu Vanessa karena gadis itu terlihat seperti sedang melamun sambil menatap wajahnya.
"Ah, gak usah, gak apa-apa."
"Terus kenapa? Ada yang ngeganggu pikiran kamu?"
Vanessa terdiam saat Nando menyentuh kepalanya untuk merapikan rambutnya yang sedikit berantakan.
Pandangan Nando beralih dari rambut Vanessa ke kedua matanya, semakin dibuat bingung, dia menarik satu alisnya.
Raut wajah Vanessa yang semula datar berubah berseri-seri, dia tersenyum lebar hingga matanya menyipit.
Nando tertegun, ia merasa bahwa Vanessa sedikit mirip dengan Chessy.
Vanessa menengok ke kanan-kiri, di parkiran hanya ada mereka berdua. Setelah memastikan di sekitarnya tidak ada orang, gadis itu melancarkan aksinya.
Yaitu mencium sudut kiri bibir Nando.
Jelas Nando terkejut saat Vanessa menarik lehernya dan menempelkan bibirnya. Hanya 5 detik dan kemudian Vanessa menjauhkan wajahnya.
"Aku udah nemuin jawabannya, aku mau. Ayo kita pacaran."
.
Melody berkacak pinggang saat Vanessa datang ke kelasnya dengan wajah yang terlihat cerah, tumben sekali gadis ini.
"Kenapa, sih? Senyum-senyum segala kayak yang abis kasmaran," cibir Melody sambil menyipitkan matanya.
Vanessa duduk di atas meja Chessy, kebetulan di kelasnya itu hanya ada mereka berdua. "Emang," jawab Vanessa, dia mengibaskan rambutnya.
Setelah aksinya membuat Nando cengo di tempat, Vanessa langsung meninggalkan laki-laki itu sendirian di parkiran sebelum Nando membongkar rahasianya sendiri.
"Sama siapa? Si Nando?" tebak Melody yang langsung dijawab oleh Vanessa dengan anggukan kepala.
Kedua alisnya terangkat dan mulutnya terbuka, Melody menatap Vanessa dengan sorot mata tak percaya. "Hah? Yang bener aja?"
"Biasa aja dong mukanya." Vanessa tertawa sambil mengusap wajah Melody.
"Ish! Serius, Ness!"
"Emang serius kok, baru 10 menit yang lalu."
"Bukannya lo tau itu taruhan? Kok diterima sih?"
Jujur, Melody tidak mengerti dengan Vanessa. Saat hari minggu lalu di cafe, di mana Vanessa tahu maksud sebenarnya Nando mendekatinya yaitu karena bermain taruhan, nampak gadis itu bersikap santai dan biasa saja. Dirinya pikir Vanessa akan marah besar dan tidak terima, tapi kenyataannya justru sebaliknya.
Nah, sekarang malah Vanessa pacaran dengan laki-laki itu, sebenarnya apa yang direncanakan Vanessa?
"Gue cuma pengen bantuin dia doang, kasian hampir seminggu ini deketin gue masa ujungnya malah kalah," ujar Vanessa sambil tersenyum penuh arti.
"Btw lo tau kan temen-temennya pada meninggal?"
Melody mengangguk. "Dikasih tau Eric."
Vanessa bertanya kembali. "Cowo lo sekolah?"
"Iya, tapi kayak mayat hidup, gak ada semangat-semangatnya, gue dicuekin lagi," ucap Melody sambil cemberut.
Ah, kalau begitu sama seperti Nando.
"Sebenernya nih alasan gue terima Nando itu karena ada sangkut-pautnya sama cowo lo." Vanessa mendekatkan dirinya pada Melody sebab satu-persatu teman sekelas Melody masuk ke dalam kelas. "Cuma mastiin cowo lo gay atau bukan, soalnya gue keinget omongan lo pas di aula waktu itu."
Raut wajah Melody berubah dan seketika diam, ia mengalihkan pandangannya ke cermin kecil yang dibawa. Melody langsung menyibukkan diri dengan memoles liptint ke bibirnya daripada menanggapi ucapan Vanessa.
Biarlah gadis itu tahu sendiri, Melody tidak mau menjadi sasaran amarah Eric karena memberitahu Vanessa soal itu.
Dia juga menduga-duga, reaksi apa yang ditunjukkan oleh Eric saat tahu Vanessa dan Nando berpacaran. Meski Eric tahu jika itu hanyalah taruhan, tapi Melody yakin seratus persen kalau Eric tidak akan menanggapinya dengan biasa saja.
.
Eric melirik Nando yang menelungkupkan kepalanya di atas meja selama 15 menit lamanya, dirinya yakin laki-laki itu tidak sedang tertidur.
Sama halnya dengan Nando, semalaman Eric tidak tidur sama sekali. Sekarang matanya terasa berat namun, sulit untuk memejamkan mata.
Bayang-bayang tubuh Zaky dan Raja yang hancur terus berputar di pikirannya. Karena itulah dia juga melewatkan waktu sarapannya.
"Menurut lo gue harus gimana?"
Eric tersentak saat tiba-tiba Nando bersuara, ia menoleh pada Nando, tapi laki-laki itu masih dengan posisinya.
"Gimana apanya?" Eric menjawab pertanyaan Nando dengan pertanyaan, ia duduk tegak yang semula bersandar pada dinding.
Nando menghela napas. "Taruhannya."
"Capek gue gini terus, bisa-bisa gue balik suka sama dia," sambung Nando sembari mengangkat kepalanya.
Semua yang dilakukan oleh Nando pada Vanessa selama ini a.k.a seminggu pas dengan hari ini hanyalah pura-pura. Nando tidak tulus sama sekali pada Vanessa, semenjak dirinya mengantar pulang Vanessa Selasa lalu hingga menjemputnya di hari ini, dia melakukannya dengan amat sangat terpaksa.
Juga dorongan dari Zaky dan Raja saat keduanya masih ada.
Kalau boleh jujur, mana mau Nando melakukan itu semua. Vanessa benar-benar mempermalukannya dulu dan dia tidak sudi untuk kembali memiliki perasaan pada gadis itu, semua ini karena hadiah yang dijanjikan oleh Zaky, Raja dan Chessy, makanya Nando mengiyakan taruhan itu.
Tapi sekarang bagaimana? Zaky dan Raja tidak ada, apa yang akan didapat olehnya?
"Ngomong jujur aja sebelum si Vanessa nembak lo duluan," saran Eric.
Nando berdecak kesal. "Masalahnya gue udah jadian sama dia!"
Wajah Eric seketika berubah dingin, dia terdiam di tempat dan urat-urat di lehernya muncul. Dia menatap Nando tanpa berkedip membuat Nando sendiri tercenung melihatnya, ada apa dengan Eric?
_
KAMU SEDANG MEMBACA
GAME OVER : Who's The Winner?[✓]
Misteri / Thriller[BELUM DIREVISI] Katanya siswa yang bernama Samuel itu seorang laki-laki yang penyuka sesama jenis dan sangat membenci wanita. Pantas saja Vanessa putus dengan Samuel, rupanya lelaki tampan yang sudah menjadi kekasihnya selama dua tahun ini memiliki...