Tuesday - Wednesday.
_
Flashback
Eric pergi ke apotek untuk membeli obat. Dirinya sudah memaksa Nando agar pergi ke rumah sakit, tapi laki-laki itu tidak mau.
Akhirnya dia meninggalkan Nando sendirian dengan mengunci pintu rumah dari luar.
"Lo, diem di sini. Lo selalu ngelakuin hal gila kalau gue biarin lo ke luar," perintah Eric.
Selama di kunci sendirian, yang Nando lakukan hanya diam menatap kosong lantai. Lagi-lagi air mata keluar membasahi pipinya.
"Apa ... apa salah gue? Kenapa semuanya mati?"
Ponsel Eric yang ditinggal di atas meja berbunyi dan bergetar, saat layar ponsel tersebut hidup terpampang nama ibunya di sana.
Dengan tangannya yang lemas, Nando mengangkat telepon tersebut, tapi ia tidak mendengar suara sang ibu melainkan suara bibinya yang terdengar menangis.
"Halo?" Nando bicara dengan suara parau.
"Nando ... ibu sama ayah kamu kecelakaan, mereka rencana pulang ke sana malam ini, tapi bibi dapet kabar kalau mobil mereka ketabrak kereta api waktu ngelitasin rel kereta."
Sang bibi menangis tersedu-sedu, terdengar pula isak tangis nenek dan kakeknya di sana. Ekspresi Nando masih datar namun, genggaman tanganya pada ponsel mengerat keras.
Apalagi ini? Kenapa penderitaannya terus-menerus datang?
Laki-laki itu menelan ludahnya yang terasa sulit masuk ke tenggorokan. "Mereka ... meninggal, bi?"
"Iya, Kamu yang sabar sayang."
Nando langsung memutus panggilan teleponnya, sedetik kemudian dia berteriak kencang dan menendang meja di depannya.
Meja yang gerbuat dari kaca itu pecah seketika, pecah berkeping-keping seperti hatinya.
Televisi menjadi sasaran tendangan selanjutnya, lalu lemari kaca, jendela bahkan Nando kembali menyakiti dirinya sendiri.
Suara barang-barang yang pecah saling bersahutan diiringi teriakan penuh kesedihan terdengar kemana-mana namun, tak seorangpun datang.
Eric juga tak kunjung kembali.
Seperti kesetanan, laki-laki itu menghancurkan segalanya yang dirinya lihat. Berteriak, menangis, dan memukul, begitu terus hingga saat ini dirinya berada di kamarnya lagi.
Tak peduli dengan pecahan kaca yang dirinya injak, Nando menghampiri kasurnya dan meraih sesuatu dari kolong ranjang.
Sebotol wine yang dia sembunyikan berhari-hari akhirnya dikeluarkan, minuman tersebut ia dapat dari club malam yang di datanginya bersama Zaky beberapa waktu lalu.
Dengan susah payah Nando membukanya dengan tangan kosong dan langsung meneguknya begitu berhasil dibuka.
"Ini cuma mimpi, semuanya bener-bener gak terjadi ... cuma mimpi."
Nando memukul kepalanya berkali-kali. "Mereka masih hidup, gue yakin. Zaky, Raja sama Chessy, mereka juga masih hidup. Gue masih belum bangun dari mimpi."
"Stop halusinasi, Nando. Stop mikirin hal-hal gila, mereka gak mati."
"Pasti ada yang salah sama diri gue makanya halusinasi kayak gini, dasar gak waras!"
Setelah meneguknya hingga habis, ia menghantamkan botol wine yang sudah kosong tersebut ke kepalanya berkali-kali.
Dia terus melakukannya hingga terdengar suara derap langkah kaki menaiki tangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
GAME OVER : Who's The Winner?[✓]
Mistério / Suspense[BELUM DIREVISI] Katanya siswa yang bernama Samuel itu seorang laki-laki yang penyuka sesama jenis dan sangat membenci wanita. Pantas saja Vanessa putus dengan Samuel, rupanya lelaki tampan yang sudah menjadi kekasihnya selama dua tahun ini memiliki...