Saturday.
-
"Bangsat! Cukup temen lo yang mati sama si Naura yang udah ganggu hidup gue, lo jangan ikut-ikutan! Lo tau batasan gak, sih? Kita udah putus, gak ada hubungan apa-apa lagi jadi, berenti dateng ke gue karena gue gak peduli lagi sama lo!"
Samuel benar-benar marah sampai dia tidak tahu harus bagaimana lagi untuk melampiaskan amarahnya.
Vanessa, gadis itu membuntuti dirinya dari pemakaman Lauren hingga ke rumahnya. Samuel seolah tuli saat gadis itu terus memanggil namanya.
Puncaknya saat dia sampai di depan rumah dan hendak menutup pintu, Vanessa berlari ke arahnya dan menahan pintu.
Samuel mengacak-acak rambutnya sendiri dengan kesal, tatapan matanya sangat tajam membuat Vanessa tidak sanggup mendongakkan kepala untuk menatap balik laki-laki itu. "Gue harus apa supaya lo hilang dari hidup gue? Lakuin yang sama kayak ke si Naura waktu itu? Iya? Lo mau gue kayak gitu?"
Satu tangan Samuel bersiap untuk menampar wajah Vanessa, tapi sesuatu tiba-tiba terlintas di pikirannya membuatnya tidak jadi menyakiti Vanessa, tangannya diam di udara.
Vanessa memejamkan kedua matanya, karena tak kunjung merasakan sakit di pipinya ia perlahan membuka mata. "Kenapa kamu selalu ragu buat pukul aku? Ayo, sakitin aku, dengan begitu kamu gak ada bedanya sama ibu tiri aku."
Air matanya yang jatuh membasahi pipinya cepat-cepat dihapus oleh Vanessa. "Awalnya sayang, selalu kasih perhatian, tiba-tiba-"
"Itu karena kesalahan lo sendiri! Gue gak akan tiba-tiba kayak gini kalo bukan karena ulah lo! Selama ini lo sadar gak kalau yang lo lakuin itu gila? Hah? Gue bener-bener gak habis pikir sama lo."
"Aku selalu minta maaf, Sam! Bahkan aku datengin dia sampe berjam-jam buat minta maaf."
"Menurut lo cuma dengan ngucapin maaf nyawa sepupu gue bisa balik? Tolol!"
.
Vanessa bimbang.
Di satu sisi dia mulai menyukai Nando, diberi perlakuan kecil saja dia sudah luluh dan tumbuh perasaan pada laki-laki itu meski belum ada satu minggu mereka kembali menjalin kedekatan, tapi jujur dia merasa nyaman ketika didekat Nando.
Di satu sisinya lagi, Vanessa masih menaruh harapan pada Samuel, tapi dia juga merasa lelah bahkan terkadang ingin berhenti. Samuel terlalu berharga untuknya, tidak semudah itu melepaskannya.
Jadi, Vanessa harus apa?
Andai Lauren masih ada, mungkin Vanessa tengah menceritakan hal ini dengannya.
Saat ini Vanessa sudah ada di rumah, dia berguling-guling di atas kasur sambil menunggu balasan pesan dari Nando.
Tumben Nando begitu lama membalas pesannya, biasanya kurang dari lima menit laki-laki itu akan membalas dengan rentetan pesan beserta emoji. Apakah ia sedang sibuk?
Sekitar tiga menit Vanessa diam di posisi itu, akhirnya dirinya bangkit dan duduk bersila. Tangannya meraih ponsel di sampingnya yang tidak berbunyi sejak tadi.
Masih belum ada pesan masuk dari Nando.
Vanessa menggigit kuku jemari tangannya, pesan darinya sudah dibaca sepuluh menit yang lalu, tapi tak kunjung dibalas, gadis itu berpikiran kemana-mana.
"Kayaknya dia sibuk deh, tapi sibuk apa?" tanya Vanessa pada dirinya sendiri, dia membanting ponselnya di atas kasur.
Vanessa langsung menggeleng cepat saat sempat terpikirkan sesuatu. Dia mengambil kembali ponselnya dan mengirimkan pesan lagi, tapi sebelum pesannya terkirim, Nando membalas pesan sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GAME OVER : Who's The Winner?[✓]
Misteri / Thriller[BELUM DIREVISI] Katanya siswa yang bernama Samuel itu seorang laki-laki yang penyuka sesama jenis dan sangat membenci wanita. Pantas saja Vanessa putus dengan Samuel, rupanya lelaki tampan yang sudah menjadi kekasihnya selama dua tahun ini memiliki...