“Karina, tunggu dulu!” Yeonjun berusaha mencekal pergelangan tangan Karina yang berjalan tergesa-gesa. Hanya Karina yang tersisa sekarang bersamanya, ia tidak mau kehilangan lagi.
“Karina!”
“Kenapa?!”
“Pelan-pelan jalannya bisa kan? Aku gak mau kau lepas dari pengawasanku dan berakhir lenyap seperti Taehyun! Nanti aku sama siapa?”
Intonasi melas itu akhirnya menghentikan laju langkahnya. “Maaf, Yeonjun.” balasnya. Kini ia memutuskan untuk memeluk lengan itu dan menyandarkan kepala pada pundaknya.
“Ya.” dengan senyum kecil Yeonjun mengacak sebentar pucuk kepala itu menggunakan lengannya yang terbebas. “Kau mau ke mana sebenarnya? Kita gak ada tujuan gini. Dan soal kertas itu, gimana kalau semuanya hanya jebakan?” sambungnya.
Berbeda dengan Yeonjun yang masih ragu, Karina justru sangat percaya kalau pola aneh yang ada di kertas itu adalah pesan minta tolong. Dia yakin kalau anak-anak di sini tidak baik-baik saja.
“Jangan dulu berpikir ke sana, oke? Pokoknya sekarang kita harus menemukan teman-teman kita dulu.”
“Tapi di mana—” dan ucapan Yeonjun terpotong begitu saja saat ia melihat sosok Haerin berdiri di sebuah lorong yang posisinya dekat tangga.
Keduanya terperangah. Setelah dibuat buta arah ternyata mereka kini berada di lantai bawah. Rumah ini benar-benar membingungkan.
“Hai, Kak?” sapa bocah itu dengan seringaian tipis, bola matanya putih semua.
Yeonjun dan Karina refleks membekap mulut masing-masing begitu menyadari kalau kedua tangan Haerin belepotan darah segar. Pikiran buruk tak bisa mereka enyahkan, jangan-jangan itu darah keempat kawan mereka?
“Aku turut menyesal, Kak. Sebenarnya dari awal juga kalian itu udah salah besar masuk ke sini. Semoga beruntung ya?”
Haerin membuat gestur isyarat menggunakan tangan kanannya, lalu melangkah mundur memasuki sebuah pintu di sana. Yeonjun dan Karina membelalak, itu adalah gerakan isyarat minta tolong.
“Yeonjun, ayo!”
Dengan mantap Karina langsung berusaha mengejarnya. Yeonjun sebenarnya ogah, takut ini benar-benar jebakan. Tapi dia juga tidak bisa membiarkan kekasihnya berkeliaran sendirian. Semakin kacau urusannya kalau mereka terpisah.
“Sayang, lihat!” Yeonjun menahan Karina di dekat tangga dan menunjuk tembok yang barusan sepertinya dicoret-coret Haerin menggunakan darah di tangannya. Kalimat aneh itu ada lagi.
Te iu qeb! Snretta peh twon kuoy won!
Butuh beberapa saat bagi keduanya untuk membacanya. Kondisi yang temaram ditambah bau anyir yang menyeruak sangat mengganggu sekali.
“Kayaknya benar, mereka mencoba memberitahu kita sesuatu menggunakan pola dan bahasa isyarat.” bisik Yeonjun yang kini mulai yakin.
“Tapi anehnya ucapan yang mereka lontarkan kerap kali berbanding terbalik dengan isyarat yang mereka diberikan.” herannya kemudian seraya menggaruk kening.
Karina balas berbisik. “Ya, dan ingat pola sebelumnya. Menurutku mereka sedang diawasi, makanya melakukan hal ini. Ayo!”
Keduanya melangkah ke dalam ruangan gelap yang tadi dimasuki oleh Haerin. Nampak di sana sosok Hyein yang memegang sebuah lilin, dan jangan lupakan bola matanya yang putih semua itu.
“Akhirnya Kakak paham maksud kami.”
Setelahnya bocah itu malah menyeringai seram lalu berlari sambil tertawa nyaring. Yeonjun dan Karina langsung menyusul, sempat panik juga karena rute yang dilalui sangatlah gelap ditambah bocah itu yang larinya kencang sekali.
“Hyein, tunggu!” teriak Yeonjun dengan tangan terulur berusaha menggapainya. “Hyein!”
“Hahaha...”
“Hyein, berhenti!”
Grep!
Pundak itu berhasil juga dicekalnya. Namun keduanya dibuat menganga karena begitu berbalik, sosok Hyein tersebut berubah menjadi Bahiyyih.
“Kenapa, Kak?” cahaya lilin yang hanya menerangi wajahnya itu sungguh menambah kesan angker. “Akhirnya, aku tahu kalian itu cerdas.”
“Di mana kawan kami?!” todong Karina to the point. “Mereka masih hidup kan?! Katakan di mana mereka!”
Grep!
“AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAKKK!”
Yeonjun menjerit cetar saat ada yang mencengkram lengan kirinya, dan ternyata itu adalah Danielle.
“Mereka masih hidup, tapi kalian harus cepat. Waktunya terus berjalan.” ujarnya misterus dengan suara yang amat pelan dan tatapan kosong.
“Kalau bukan karena kedua teman kalian yang berusaha melarikan diri! Mungkin semuanya gakkan serumit ini!” Hanni yang entah dari mana datangnya itu tiba-tiba berteriak kencang mengagetkan keduanya.
Walaupun takut, tapi Yeonjun dan Karina dibuat berpikir sejenak. Siapa kedua orang yang dimaksud itu? Apakah Taehyun dan Ningning? Karena sebelumnya mereka berhasil kabur dari penyekapan Hyein dan Haerin.
“Berjuanglah setidaknya sampai fajar menjelang, Kak.” Minji ikut muncul lalu terkikik nyaring.
Haerin juga ikut menunjukkan sosoknya di samping Danielle. “Hihihi... Karena kalau fajar sudah terbit nasib kalian pasti bakal berbeda. Mungkin kalian akan tinggal nama. Hihihi...”
“Kalian kado kami.” Hyein muncul lagi. “Kami ulang tahun malam ini. Tengkorak... Dikubur... Matahari... Mati... Dua kemungkinan... Terbalik...”
Yeonjun dan Karina yang kini dikelilingi enam bocah misterius yang membawa lilin itu merinding bukan main. Apalagi Hyein terus saja mengatakan kata-kata random yang aneh itu, dan kini diperburuk dengan anak-anak yang lain malah mengikutinya.
“Tengkorak... Dikubur... Matahari... Mati... Dua kemungkinan... Terbalik...”
Terus saja mereka mengucapkan hal itu dengan nada yang menyeramkan, seperti sedang melakukan ritual pemujaan setan. Lalu dengan kompak keenamnya menunjuk ke arah satu titik yang memancarkan seberkas cahaya kejinggaan.
“Mereka berada di sana.” ungkap Bahiyyih.
Minji menambahkan. “Sekali lagi semoga beruntung, Kak. Kalian adalah kado kami.”
Tanpa berpikir panjang Yeonjun dan Karina langsung berlari menuju cahaya itu. Hingga akhirnya mereka tiba di ruangan bawah tanah dengan enam buah pola pentagram tercetak beserta empat kawan mereka yang tergeletak di atasnya.
“GUYS?!”
Berusaha tidak panik, keduanya pun mengecek keadaannya empat orang itu satu persatu. Hembusan nafas lega keluar begitu tahu bahwa semuanya masih hidup.
“Yeonjun, kita harus menyadarkan mereka semua!” perintah Karina. “Dan pastikan cek bagian-bagian tertentu siapa tahu mereka juga menyimpan kertas atau semacamnya.”
.
.
.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Panti Asuhan || AESTXT [SLOW UPDATE]
Horror[TXT x AESPA] Semuanya berawal dari kegiatan bakti sosial, dan keenam mahasiswa tersebut akhirnya menyadari kalau lokasi terakhir itu tak seharusnya mereka kunjungi. [WARNING!] Bagi yang tidak suka cerita beralur berat dan lambat, penuh teka-teki, d...