Chapter 15

1.1K 37 3
                                    

“Ada yang masih ingat mereka berenam matinya gimana aja?” tanya Taehyun.

Ningning mengangguk, dia yang menerima kertas petunjuk mengenai hal tersebut. Soobin juga untungnya masih ingat, dan mulai menjabarkan keenam kasus itu bersama Ningning.

“Oke, berarti karung tersebut ada yang ditaruh di pohon dan ada juga yang ditaruh di pagar runcing.” terka Taehyun setelah mendengar penuturan keduanya.

“Bentar, cara nebaknya gimana sih?” bingung Ningning yang belum bisa berpikir jernih. Sama halnya seperti yang lain.

“Jadi gini, karung itu...” Taehyun menunjuk karung di dekapan Karina. “Posisinya tergantung dalam sebuah ruangan. Sementara dari keenam kasus itu, persis ada juga yang digambarkan mati tergantung dalam sebuah ruangan. Sesuai bukan?”

Mereka semua tercengang. Masuk akal juga.

Ningning melengkungkan senyum tipis yang sarat akan kekaguman. Taehyun mengaku kalau dia terlalu bodoh untuk bermain tebak-tebakan mematikan ini, tapi sekalinya berpikir langsung bisa membuka jalan pikiran yang lain. Ini sudah yang kedua kalinya.

“Berarti bisa jadi yang direbus dalam kuali itu kerangkanya disimpan di dapur.” gumam Soobin yang disambut jentikkan jari dari Taehyun.

“Nah, tepat!”

Lelaki jangkung itu sontak bergidik ngeri. Seram sekali, mana tadi ia dan Giselle cukup lama berada di dapur.

Yeonjun menambahkan. “Dan yang tenggelam di danau itu pasti berada di sekitaran danau. Tapi pertanyaanku emangnya di sini ada danau?”

Kelimanya kompak menggeleng. Karena dari sejak tiba sore tadi, yang mereka lihat hanyalah padang ilalang. Tapi mungkin di belakang bangunan ini ada sesuatu yang belum mereka tahu.

“Lantas gimana dengan kasus yang lehernya terputus dari tubuh? Itu hanya menggambarkan kondisi, gak disertai tempat yang spesifik.” ucap Giselle dengan suara parau.

Karina menjawab. “Kita pikirkan itu nanti aja. Sekarang kita cari yang cukup jelas aja. Danau, pagar, dan pohon. Udah pasti itu semua berada di luar. Berarti kita harus keluar dari rumah ini.”

“Sebentar, aku punya saran.” sela Ningning. “Mending kita cari dulu aja yang ada di dapur, biar sekalian. Kalau udah ada di luar, ya kali kita mau masuk lagi ke dalam kandang setan ini?”

Benar juga.

“Oke, setuju. Ayo!” Soobin cengkat dari duduknya. Dia ingin buru-buru mengakhiri ini semua. Tapi kemudian Yeonjun menahannya.

“Soobin, kau di sini aja. Temani Giselle, kasihan dia. Biar aku, Karina, Taehyun, dan Ningning yang bergerak.”

Tatapan Soobin dan Giselle bertemu beberapa saat. Di antara mereka semua, Giselle adalah yang paling mengkhawatirkan. Soobin sudah bilang kepada Giselle tak akan pernah meninggalkannya. Apalagi akar dari terlukanya gadis itu adalah karena dirinya.

“Ya udah kalau gitu.”

“Nggak, aku gak setuju. Aku mau ikut bersama kalian, aku gak mau hanya berdiam diri di sini.”

Hembusan nafas lelah terdengar dari mulut kelimanya karena penolakan dari Giselle barusan. Karina berkacak pinggang mendadak kesal.

“Udah kamu di sini aja, Gi. Istirahat.”

“Nggak, Rin. Aku mau ikut.”

“Ck! Nanti yang ada kamu malah nyusahin kita di sana, jalan aja pincang! Ngerti gak sih? Kita semua itu lagi berpacu sama waktu!”

Air mata Giselle langsung merembes karena ucapan Karina cukup melukai perasaannya.

“Aku hanya gak mau kita kepisah lagi, Rin!”

“Tapi masalahnya di sini kamu gak bisa jalan!”

“Aku tahu aku gak bisa jalan! Tapi kamu juga harus tahu kalau rumah ini nggak normal! Aku dan Soobin dibuat kebingungan dan terus berputar-putar seperti orang kesasar. Aku juga berteriak memanggil kalian, tapi gak ada satupun dari kalian yang dengar! Ini gak normal! Aku hanya gak mau kita kepisah lagi!”

Taehyun dan Ningning ikut jengah. Giselle dan Karina kenapa jadi bertengkar begini? Membuat semuanya tambah runyam saja.

“Tapi nanti kita pasti bakal repot kalau harus ngebantuin kamu jalan juga!”

“Aku gak butuh bantuanmu, Karina!”

“Kalau ada setan muncul dan kamu gak bisa lari. Kita ngebantuin kamu dulu yang ada kita semua keburu mati!”

“Sssttt... Karina, udah.” Yeonjun berbisik berusaha meredam emosi wanitanya.

“Gi, udah, Gi.” dan Soobin pun turut melakukan hal serupa kepada Giselle.

“AAAAARRRGGGHHH!” tiba-tiba Karina berteriak frustasi diiringi tangisnya yang pecah. Semua kejadian ghaib ini membuatnya gila.

“Hiks... Aku capek! Aku capek... Aku mau pulang... Aku mau kita pulang...” racaunya.

Yeonjun menyerahkan karung di tangannya kepada Taehyun lalu merangkul Karina menuju sofa sebrang. Ia harus bisa menenangkan Karina dulu. Semuanya juga capek di sini. Sama.

“Jadi ini gimana?” tanya Ningning entah kepada siapa.

Setelah lima belas detik tidak ada yang menjawab, barulah Taehyun angkat suara dan mengajak Ningning untuk duduk dulu saja.

Brak!

Namun tiba-tiba ada sesuatu terjatuh dari atas dan menghantam meja tepat di hadapan mereka semua.

Bentuknya sekilas seperti bola. Tapi anehnya mengeluarkan darah, bahkan mereka semua terkena cipratannya sampai wajah dan baju mereka merah-merah.

Setelah diselidik-selidik ternyata itu bukan bola. Tapi sebuah kepala, yang wajahnya mirip seperti Yeonjun.

“AAAAAAKKK... KENAPA KEPALAKU ADA DI SANA?! AAAAAAAAAAKKK...”

Yeonjun histeris dan ujung-ujungnya mereka semua langsung berhamburan berlari menuju arah dapur. Termasuk Giselle juga dibawa, dengan cara dibopong Soobin di pundaknya seperti memanggul karung beras.

“AAAAAAKKK... KEPALAKUUUUU... KEPALAKUUUUU....”

Ambil hikmahnya saja. Ternyata kepala setengah pecah mirip Yeonjun itu dapat menyelesaikan pertikaian Giselle dan Karina.






























.

.

.

TBC

Panti Asuhan || AESTXT [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang