Alunan petikan gitar dari Taehyun diiringi suara nyanyian dari anak-anak panti yang bahagia itu mengalun dengan merdu.
Wajah-wajah anak kecil yang kurang mendapat keberuntungan tersebut nampak sangat ceria hanya dengan kegiatan kecil seperti ini. Membuat siapapun yang melihatnya juga turut melengkungkan senyum.
Ningning yang duduk di samping Taehyun menampilkan wajah sok sedihnya. “Yaaah~ Kok jadi kurang semangat begini nyanyinya? Yang semangat dong~ Nanti Kakak kasih minuman rasa stroberi ini, mau nggak?”
“Mauuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu~”
“Ya udah, kalau gitu kita nyanyi lagi ya? Yang paling ceria minumannya dikasih dua.”
Iming-iming seperti itu jelas sukses memancing antusiasme mereka. Anak-anak tersebut kembali bernyanyi sambil bertepuk tangan meriah. Ningning mulai membagikan minuman stroberi yang dijanjikannya, semuanya mendapat dua.
Sementara kedua orang itu sibuk bersama anak-anak, empat kawan mereka yang lain kini sedang menurunkan berbagai macam barang dari mobil pick up. Barang-barang itu adalah barang sumbangan berupa pakaian, mainan, dan lainnya.
Taehyun, Ningning, Yeonjun, Karina, Soobin, serta Giselle. Mereka berenam adalah sekelompok mahasiswa fakultas teknik dari salah satu perguruan tinggi swasta yang kini tengah melakukan kegiatan bakti sosial.
Sebenarnya bukan hanya mereka saja, teman-teman mereka yang lainnya juga tengah melakukan aksi serupa.
Mereka dibagi ke dalam kelompok dan disebar ke wilayah-wilayah tertentu, dan kebetulan enam orang ini tergabung dalam satu regu yang sama.
Ibu Jennie, selaku pengurus panti di sana menebarkan senyum ayunya kepada enam muda-mudi tampan serta cantik yang kini tengah duduk di hadapannya.
“Terima kasih banyak sudah mampir dan berbagi kebahagiaan kepada anak-anak yang kurang beruntung di sini.” ujarnya ramah sekali.
Yeonjun mengangguk. “Sama-sama, Bu. Maaf kami tidak bisa memberi banyak, tapi kami berharap semoga ini bisa bermanfaat.”
“Tentu saja ini semua sangat bermanfaat, sekali lagi terima kasih banyak.”
“Kalau begitu kami izin pamit dulu. Kami harus ke panti asuhan selanjutnya.”
“Iya, silahkan.”
Keenamnya pun pamit terlebih dahulu kepada anak-anak di sana. Setelah itu barulah mereka berjalan menuju dua mobil yang terparkir tak jauh dari gerbang.
Giselle melihat bawaan mereka di mobil pick up ternyata masih banyak. “Kita berapa lokasi lagi sih? Dua lokasi lagi ada?”
Soobin mengambil selembar kertas di dalam saku almamaternya. Matanya menatap kertas dan plang panti asuhan itu secara bergantian.
“Sepertinya panti ini adalah lokasi terakhir kita.” jawabnya.
“Serius, Bin?”
“Iya, Gi. Di sini tertulis begitu. Ini yang terakhir.”
“Tapi bawaan kita masih lumayan banyak. Untuk satu lokasi lagi mungkin akan cukup.” timpal Ningning.
“Terus gimana? Kita kasih ke panti ini lagi aja barang-barangnya atau gimana? Sayang lho kalau dibawa pulang lagi.” ujar Karina.
Taehyun memberi usul. “Kita cari lokasi lain aja. Mungkin di sekitar sini ada lagi panti asuhan lainnya. Gimana?”
Mereka setuju, lagipula hari juga belum terlalu sore. Sepertinya tak apa kalau menambah satu lagi list panti asuhan yang akan mereka kunjungi hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Panti Asuhan || AESTXT [SLOW UPDATE]
Horreur[TXT x AESPA] Semuanya berawal dari kegiatan bakti sosial, dan keenam mahasiswa tersebut akhirnya menyadari kalau lokasi terakhir itu tak seharusnya mereka kunjungi. [WARNING!] Bagi yang tidak suka cerita beralur berat dan lambat, penuh teka-teki, d...