Bruk!
Yeonjun yang berhasil melepaskan diri itu terpelanting dan jatuh menghantam tanah. Walaupun tidak sampai fatal tapi tetap saja sekujur tubuhnya sakit sekali karena posisi jatuhnya cukup tinggi.
“Arrrggghhh...”
“Yeonjun!” Karina beringsut mengecek keadaannya, dan mendapati lehernya memar gara-gara dicekik kuntilanak di atas. “Yeonjun, kau gak apa-apa? Yeonjun!”
Terkapar di tanah, lelaki itu masih terbatuk-batuk karena rasa sesaknya. Saat tatapannya bertemu dengan wajah Karina, seketika itu pula ia berteriak ketakutan dan segera memberi jarak.
“Menyingkir kau!” peringatnya disertai telunjuk yang teracung galak. “Aku bilang menyingkir!”
“Yeonjun, ini aku. Kau kenapa?”
“Menyingkir dariku, Setaaan!”
Karina tak paham dengan reaksi sang kekasih yang malah melotot memarahinya, mana ia dibilang setan pula. Namun jika berkaca dari kejadian sebelumnya, kuat dugaan bahwa wujud kepala kuntilanak itulah pemicunya.
Yeonjun kembali trauma.
“Yeonjun, ini aku Karina.” Karina terus mendekat sementara Yeonjun terus menjauh dengan raut ketakutannya.
“Jauhkan tanganmu dariku, Setan!”
“Yeonjun!”
Plak!
“Ahhh...” Karina yang jatuh tersungkur kini merintih memegangi tangannya yang barusan dipukul keras oleh Yeonjun saat ia hendak menyentuh wajahnya.
Namun gara-gara melihat wanita itu yang amat kesakitan, perlahan Yeonjun mulai sadar bahwa ini Karina yang asli. Bukan Karina yang barusan ia temui di atas.
“Karina?” Yeonjun berjalan mendekat dan menggenggam tangannya. “Karina, maaf. Aku minta maaf. Aku... Aku... Wajahnya...”
“Sssttt... Udah gak apa-apa.” dengan segera Karina menyela ucapannya. “Aku baik-baik aja, gak usah diingat-ingat lagi ya? Gak apa-apa.”
Perubahan raut wajah Yeonjun begitu kentara. Dari awalnya ketakutan, menyesal, dan kini seperti kebingungan. Kemudian mulai terisak pelan seraya bergumam.
“Hiks... Kepalanya, wajahmu... Ada belatungnya... Hiks...”
“Sssttt... Udah, jangan diingat lagi. Lupain semuanya.”
Karina mengusap pipinya sayang. Saat ia mendongak ke atas, setan itu sudah tidak ada di sana. Syukurlah.
.
.
.
Melipir dulu ke belakang, menengok sebentar rombongan tukang gali kubur yang cukup kerepotan menyerok genangan air di dalam liang lahat.
“Udah cukup, segitu aja.” ucap Winter yang berdiri seperti mandor di atas dengan dua karung di pelukannya.
“Kalau harus sampai kering banget gak bakalan bisa. Hujannya juga gak reda-reda, asal tengkoraknya gak kegenang aja.” imbuhnya.
Soobin menegakkan tubuhnya. “Ya udah, sini karungnya. Biar aku yang kubur.”
Winter menggeleng. “Jangan. Kalian berdua naik aja, biar aku yang turun.”
“Gak usah ngaco!” pekik Beomgyu yang tak paham dengan pikiran wanita itu. “Ada cowok dua biji di sini ngapain harus cewek yang nguburin? Jangan, aneh-aneh deh.”
Winter berdecak sebal. “Aku gak ngaco, Beomgyu! Dengerin dulu penjelasan aku makanya. Kalau pas kalian yang nguburin terus terjadi sesuatu hal yang gak diinginkan gimana? Sadar dong tubuh kalian berdua itu segede apa! Siapa coba yang bakal narik kalian ke atas, hah? Aku? Gak kuat!”
KAMU SEDANG MEMBACA
Panti Asuhan || AESTXT [SLOW UPDATE]
Horror[TXT x AESPA] Semuanya berawal dari kegiatan bakti sosial, dan keenam mahasiswa tersebut akhirnya menyadari kalau lokasi terakhir itu tak seharusnya mereka kunjungi. [WARNING!] Bagi yang tidak suka cerita beralur berat dan lambat, penuh teka-teki, d...