Karung yang diyakini berada di dapur itu tidak mereka temukan di manapun. Selagi Soobin sibuk mencari bersama yang lainnya, Giselle ia dudukkan dulu di kursi meja makan ditemani Yeonjun.
Yeonjun masih sangat syok gara-gara insiden kepala tadi. Tetapi Karina sudah berhasil menenangkannya sehingga sekarang dia sudah berhenti histeris dan bisa lebih tenang.
“Tae, jangan ke sana. Itu di lantainya pecahan beling semua.”
Soobin menarik lengan Taehyun yang hendak berjalan menuju tempat di mana ia tak sengaja menjatuhkan gelas, yang juga menjadi asal muasal kaki Giselle terluka.
“Pisau yang tertancap pada lemari kayu itu terasa mencurigakan bagiku.” tunjuk Taehyun pada benda tersebut. “Dan lemari itu adalah satu-satunya benda yang belum kita periksa.”
“Pisau itu adalah ulahnya Hanni.” Giselle bersuara. “Bidikan awalnya mungkin adalah aku dan Soobin, tapi kami berhasil menghindar sehingga itulah yang terjadi.”
Taehyun mengangguk sekilas dan tetap berjalan dengan hati-hati, karena tidak satupun dari mereka berenam yang memakai alas kaki. Dia mengambil sodet yang tergantung di rak dan mulai menyingkirkan beling-beling itu dengan sebisanya.
Ningning juga sudah mencari sapu, tapi tidak menemukannya. Tiba-tiba ia malah mengingat acara makan malam bersama tadi, dan seketika itu pula ia dibuat mual.
“Hoeeekkk...”
“Ning, kenapa?” tanya Karina khawatir.
Ningning menggeleng. “Nggak, Rin. A-aku hanya tiba-tiba kepikiran aja, yang kita makan saat makan malam itu sebenernya daging apa?”
Seakan menular, rasa mual itu sekarang merembet ke yang lainnya. Gara-gara ucapan Ningning, mereka jadi ikut kepikiran dan malah overthinking berlebihan.
Benar juga, itu daging apa? Atau yang lebih gilanya lagi, itu daging siapa?
“Hoeeekkk...” Soobin yang pikirannya sudah dipenuhi rasa jijik sampai dibuat pusing.
“Apapun itu tapi yang jelas terasa sangat enak di lidahku.” celetuk Yeonjun santai sambil mulutnya mengecap-ngecap kecil. “Tapi kalau diingat-ingat lagi rasanya emang agak asing. Kayaknya itu bukan daging sapi ataupun ayam. Daging apa ya?”
“Hoeeekkk...” Soobin malah tambah parah karena tersugesti oleh ucapan Yeonjun. Bahkan keringat dingin mulai membasahi kening dan pelipisnya.
Ia tidak sanggup membayangkannya jika benar yang tersaji di piring mereka itu adalah sesuatu yang tak sepatutnya dimakan oleh manusia waras.
“Guys, cukup. Gak perlu diingat-ingat lagi, oke? Hoeeekkk...” Karina menutup mulutnya sebentar dan mengatur nafas. “Cukup ya, yang lalu biarlah berlalu. Jangan membahas makanan itu lagi. Aku gak kuat, sumpah!”
Karena sibuk memikirkan makanan, sampai-sampai mereka tidak sadar kalau Taehyun sudah mengecek lemari yang menurutnya misterius tersebut dan ternyata di dalamnya tidak ada apa-apa.
“Ck! Di mana ya?” dia mengacak rambutnya dan mulai uring-uringan. “Aku yakin karung itu ada di sekitar sini.” keukeuhnya.
“Hey, Guys...” sahut Giselle. Saat atensi mereka semua teralih padanya, ia mengarahkan telunjuknya pada sebuah kuali besar yang sengaja digantung di tembok.
Posisinya memang agak tersembunyi dan tidak terkena penerangan. Ditambah lagi pantat kuali itu sudah cemong sekali sehingga luput dari perhatian. Saru kalau kata orang-orang.
“Clue-nya jelas banget. Di balik, kuali.” ujarnya lagi.
Taehyun dan Soobin langsung bergerak. Keduanya menurunkan kuali besar itu dan benar saja, di balik cekungannya tergantung sebuah karung yang mereka cari.
Ningning mengambilnya dengan hati-hati, kemudian membawanya ke meja makan ke hadapan Yeonjun dan Giselle.
Hanni
Itulah nama yang tertera di liontinnya. Saat dibuka, isinya memang benar tulang belulang manusia. Persis seperti karung sebelumnya.
“Astaga, Hanni.” gumam Giselle yang merasa ngeri sekaligus miris. Soalnya dia dan Soobin yang paling banyak bertemu dengan sosok Hanni sebelum ini.
Taehyun mengikat kembali karung itu lalu memanggulnya di bahu kanan. “Polanya udah ketahuan. Berarti yang di pagar, di danau, dan di pohon itu benar adanya. Ayo, Guys!”
Mereka semua langsung beranjak. Namun belum sempat melangkah, sosok Irene keburu hadir di sana dengan gaun putih serta senyum creepy-nya.
“Jadi kalian sudah tahu?”
Keenamnya tidak ada yang menjawab dan kompak melangkah mundur seiring dengan mendekatnya wanita itu.
Saat sudah mentok pada tembok, tiba-tiba Irene mengangkat sebilah pisau seraya berjalan cepat ke arah mereka seperti psikopat.
Jelas saja mereka semua kalap langsung berusaha menyelamatkan diri. Namun lagi-lagi Giselle yang paling lemah di antara mereka menjadi sasaran empuk.
Saat pisau tersebut sudah bersiap menikamnya, beruntungnya Soobin bisa dengan cepat menahan pergelangan tangan wanita menyeramkan itu lalu menendang perutnya hingga rubuh.
“Maaf, Nyonya. Daripada kita semua mati lebih baik Anda saja yang mati.”
Brak!
Dia juga melemparkan kursi ke arah tubuh Irene kemudian menggendong Giselle untuk menyusul yang lain.
Yeonjun, Karina, Taehyun, dan Ningning kembali lagi ke ruang tengah tadi. Mengingat pintu kokoh itu terkunci, Taehyun langsung berpikir untuk menghancurkan jendela kaca besar di sana sebagai portal untuk melarikan diri.
Yeonjun melihat tempat di mana ada tragedi kepala jatuh tadi. Ceceran darahnya masih menggenang, namun anehnya kepala itu tidak ada.
Tubuhnya kini gemetar ketakutan, mulutnya juga kembali meracau karena insiden serta wujud kepala itu diingatnya kembali.
“Kepalaku... Kepalaku...”
“Yeonjun, hey.” Karina menangkup wajah tampan itu agar fokusnya teralihkan. “Itu bukan kepalamu, Sayang. Jangan diingat lagi, please. Aku mohon jangan diingat lagi.”
“Kepalaku...”
“Bukan, Yeonjun.” Karina terisak kecil saat menyembunyikan wajah Yeonjun di ceruk lehernya. Semua prahara ghaib ini ditambah Yeonjun yang mentalnya terguncang benar-benar membuatnya putus asa.
“Ning, bantu aku mengangkat meja ini. Kita harus bisa menghancurkan kaca itu.”
Ningning mengangguki arahan Taehyun. “Oke, Tae. Ayo!”
Tak lama Soobin dan Giselle bergabung ke sana. Keduanya bersyukur karena rumah ini tidak membuat mereka kesasar lagi seperti sebelumnya.
Prang!
Berhasil.
Jendela kaca itu hancur berkeping-keping berkat aksi Taehyun dan Ningning. Mereka semua melompat keluar secara bergantian dan langsung disambut oleh derasnya hujan serta kilatan petir yang mengerikan.
.
.
.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Panti Asuhan || AESTXT [SLOW UPDATE]
Horror[TXT x AESPA] Semuanya berawal dari kegiatan bakti sosial, dan keenam mahasiswa tersebut akhirnya menyadari kalau lokasi terakhir itu tak seharusnya mereka kunjungi. [WARNING!] Bagi yang tidak suka cerita beralur berat dan lambat, penuh teka-teki, d...