Chapter 12

1.4K 37 0
                                    

“Demi Tuhan, aku nggak bisa berpikir dalam situasi seperti ini!”

Karina menjambak rambutnya melihat kertas-kertas berpola itu di hadapannya. Kertas darinya dan Yeonjun saja sudah membuat merinding. Sekarang diperparah dengan empat kertas lain dari Ningning, Taehyun, Giselle, dan Soobin.

“Sayang, santai. Kau bisa memecahkannya, oke? Kertas dariku aja tadi kau paham kan? Aku yakin kau juga akan paham dengan yang lainnya.”

Sang pacar memberi suntikan semangat. Ia memijat kedua pundak Karina seolah-olah wanitanya itu akan segera bertanding di ring tinju. Tapi Karina tetap saja menggeleng frustasi.

“Aku nggak bisa! Enam pola pentagram besar itu membuatku salah fokus masalahnya!”

“Ya makanya jangan dilihat dong!”

“Kelihatan, Yeonjun!”

“Kalau begitu tatap mataku aja! Tatap mataku, Sayang!”

Dengan agresif Yeonjun kini menangkup kedua pipi Karina dan mengarahkan wajahnya agar bersitatap dengannya. Para penonton yang sayangnya jomblo semua itu hanya mampu mendatarkan wajah. Yeonjun sedang kumat cringe dan alaynya.

“Yeonjun, asli! Kau mengingatkanku sama orang yang dulu sering bilang ‘tatap mata Ojan’ di salah satu acara sitkom di televisi.”

Celetukan Giselle itu sontak saja menuai tawa dari semuanya. Setidaknya ketegangan ini dapat menguap untuk beberapa saat.

Yeonjun mendelik. Enak saja aksi romantisnya malah disamakan dengan aksi bocah yang mau menghipnotis orang.

“Kalau aku kelewat mesra, nanti kalian semua yang pada HTS HTS ini ngenes sendiri ujung-ujungnya!” tandas lelaki itu seraya menunjuk keempatnya.

Giselle mendengus. “Biasa aja.” dia mengelak sok tegar tapi melirik Soobin juga pada akhirnya. Seolah penasaran bagaimana reaksi lelaki itu setelah tadi mendapat sindiran.

Yeonjun semakin menyeringai lebar. Dia malah sengaja membawa Karina ke dalam dekapannya lalu menggoyang-goyangkan tubuh keduanya ke kiri dan ke kanan.

“Hmm... Sayang kamu...”

Karina juga sedang muncul jiwa jahilnya. Dia balas memeluk Yeonjun dan mengusel nyaman di ceruk lehernya. Setelah semua prahara ghaib ini, dia juga butuh didekap pacar.

“Hmm... Sayang kamu juga...”

Pletak!

Pletak!

Jitakan kejam Ningning mendarat sadis di kepala dua orang itu. “Oh, ayolah kalian. Kita sedang berpacu dengan waktu. Nyawa taruhannya!”

Yeonjun mengusap-usap kepalanya setelah melepas dekapannya. “Bilang aja kalau kau juga ngenes karena menaruh rasa kepada laki-laki yang tak peka.”

“Hah? A-apa maksudmu? Nggak! Aku biasa aja!”

“Masa? Taehyun, tembak dia!”

Sama seperti Soobin, Taehyun juga tak memberikan reaksi apa-apa. Tak tertebak apa yang sedang dipikirkan kedua lelaki itu sekarang, dan daripada membuang waktu lebih baik mereka kembali fokus untuk memecahkan teka-teki di awal.

“Guys, kalau menurutku begini.” Soobin mengambil dua kertas. “Kertas punyaku dan Ningning di sini menunjukkan beberapa kesamaan, dan jika dijumlah semuanya ada enam kasus.”

Sama halnya dengan kertas punya Ningning, kertas punya Soobin yang ia temukan di dalam saku celana itu juga menggambarkan kematian tiga orang.

Ada yang mati direbus dalam kuali, mati tenggelam, dan yang terakhir mati tergantung dalam sebuah ruangan.

Giselle tertawa miris. “Benar-benar pas. Itu gambaran kita semua, dan yang tenggelam itu pasti aku karena tadi aku hampir meregang nyawa karena tenggelam.”

Yeonjun tidak setuju. “Kurasa bukan. Di gambar ini tenggelam di danau, sementara kau di bak mandi.”

“Iya juga ya?”

“Astaga, aku terlalu bodoh untuk bermain tebak-tebakan mematikan ini.” ucap Taehyun pasrah sekaligus enggan untuk berpikir.

“Kita tinggalkan dulu kertas yang ini. Sekarang kita beralih ke kertas lain.” Ningning mengambil kertas yang sebelumnya digenggam oleh Giselle. “Ini sebuah kalung, liontinnya berbentuk bunga berwarna merah.”

Karina menunjuk kertas milik Taehyun. “Di sini tertulis ‘Sno tele kseht dnif!’. Inget, pokoknya kalau ada kalimat aneh-aneh kuncinya dibalik aja.”

Taehyun yang leha-leha itu kini seketika menegakkan badannya dan langsung menatap Karina. Tiga kata terakhir kawannya itu seolah adalah wangsit baginya, dan hal tersebut membuatnya berpikir horor namun sepertinya masuk akal.

“Rin, katamu kuncinya dibalik aja kan? Gimana k-kalau ternyata yang dibalik itu bukan hanya kalimatnya?”

“Maksudmu?”

“Gimana kalau pola pikir kita juga yang seharusnya dibalik? Kuncinya dibalik, Guys! Dibalik!”

“Hah? Gimana gimana?”

“Karina, lihat kertasmu milikmu. Kita berpikir kuburan tersebut untuk kita berenam, tapi gimana kalau sebaliknya?!”

Hening. Mereka mulai paham.

“Dan Giselle, barusan kau bilang kalau semua gambar kematian ini adalah gambaran mati kita berenam, tapi gimana kalau ini juga sebaliknya?!”

Baiklah, ini mulai menegangkan.

“Guys, coba pikir ini. Jumlah mereka dan jumlah kita itu sama-sama ada enam!”

Benar juga.

Ningning meraba tengkuknya yang tiba-tiba meremang. “Lantas apa maksudnya kalimat aneh itu? Kerangka s-siapa yang harus ditemukan?”

Pluk!

“HIYAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!”

Jeritan manly dari para lelaki dan jeritan cempreng dari para wanita seketika bersatu padu menggelegar.

Ada sebuah benda terjatuh tepat di depan mereka semua. Kaget, dikira apa ternyata hanya seutas tali dengan bandul berbentuk bunga berwarna merah.

Soobin meraihnya dengan gemetar. “Bentuk dan warnanya sama dengan gambar liontin di kertas itu.” ujarnya sambil menunjukkanya pada semuanya.

Mereka kini sibuk meneliti bandul cantik namun misterius tersebut, dan suasana pun kembali horor saat mereka sadar bahwa di sana juga terdapat ukiran sebuah nama.

Haerin

Tanpa bersuara, keenamnya kini saling melempar tatap satu sama lain. Seakan bertelepati, lalu dengan kompak mendongak pelan-pelan dan menemukan sebuah karung usang yang entah apa isinya tergantung di atas sana.

Giselle menelan salivanya. “Anak-anak itu bilang kalau malam ini mereka sedang berulang tahun, bukan? Jika mereka lahir di tanggal dan di bulan yang sama, aku pikir itu agak aneh. Tapi gimana kalau itu juga dibalik?”

Jeda sebentar. Tenggorokannya terasa tercekat, tapi ia tetap melanjutkannya.

“Gimana k-kalau maksudnya ulang tahun itu bukan ulang tahun kelahiran, tapi ulang tahun kematian?”






















.

.

.

TBC

Panti Asuhan || AESTXT [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang