Chapter 17

892 35 3
                                    

Taehyun menyesal bukan main. Ternyata aksi menghancurkan kaca jendela yang dipeloporinya justru malah membuat kaki mereka terluka semua.

Pecahan itu berhamburan, dan saat mereka melompat keluar ada saja serpihannya yang terinjak. Imbasnya sekarang mereka semua cara jalannya pincang, seperti Giselle.

“Ini mobil kita, kita harus pergi dari sini secepatnya.” ajak Ningning sambil berusaha keras membuka pintunya.

Semua tekadnya tiba-tiba melenceng dari rencana awal karena mendapati kendaraan mereka masih terparkir di halaman. Dia ingin kabur saja dan tidak ingin repot-repot mencari karung yang tersisa.

“Gak bisa, Ning. Gak ada satupun dari kita yang memegang kuncinya.” dan sialnya jawaban Soobin harus mematahkan harapannya.

“Apa kau bilang?” di tengah-tengah guyuran hujan deras Ningning menatap lelaki itu tak percaya, lalu dia beralih kepada Yeonjun.

“Yeonjun, kau yang menyetir mobil pick-up itu bersama Karina. Kau memegang kuncinya kan?”

Yeonjun menggeleng. “Kunci itu ada di saku almamaterku, dan kau lihat sendiri sekarang aku hanya memakai kaos dan celana jeans.”

Seumur hidup baru kali ini Ningning merasa sebegini frustasinya. Jalan keluar ada di depan mata tapi mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Dia pun beralih kepada Taehyun dan mengguncang bahunya.

“Tae, ayo lakukan sesuatu, Tae! Ini kesempatan kita untuk melarikan diri!”

Lelaki itu menggeleng lemah. “Andai aku adalah maling mobil, pasti sudah dari tadi aku membongkar mobil ini supaya bisa melaju tanpa kunci, Ning.”

“Astagaaaaa!”

Mungkin hal ini bisa menjadi pelajaran untuk mereka ke depannya. Jika suatu saat nanti mereka kembali berada di rumah yang banyak setannya, usahakan ponsel dan kunci kendaraan harus tetap melekat di badan apapun caranya.

Di tengah perasaan kalut tiba-tiba ada lampu mobil yang menyorot menyilaukan mata, dan betapa bahagianya mereka saat tahu bahwa itu adalah Beomgyu dan Winter.

“Karina? Ningning? Giselle?” Winter langsung turun dan menghambur memeluk ketiganya.

Tak peduli hujan deras disertai petir saling sambar, gadis berambut sebahu itu menangis tersedu mendapati kawan-kawannya masih lengkap ada enam. Meskipun kondisinya benar-benar memprihatinkan.

Beomgyu juga melakukan hal serupa kepada Yeonjun, Soobin, dan Taehyun. Namun bedanya para lelaki ini tidak ada yang menangis. Soalnya gengsi. Di depan para wanita cantik masa nangis?

“Gimana caranya kau dan Winter bisa tahu kami di sini, Gyu?” tanya Soobin.

“Ceritanya panjang, Bin.” Beomgyu melirik sekilas ke arah mobilnya, dan bisa mereka lihat kalau di jok belakang ada Jennie dan Eunchae juga yang ikut serta.

“Aku dan Beomgyu akan menjelaskan semuanya nanti, yang penting sekarang kalian harus berhasil menguburkan semua kerangkanya dulu.” sambung Winter dengan nada tergesa-gesa.

“Sebentar. Dari mana kau tahu masalah kerangka itu?” heran Karina.

Winter menggeleng. “Gak ada waktu buat aku ngejelasin semuanya sekarang. Waktunya terus berjalan, kalian harus cepat!”

“Aku mau pulang! Kalian berdua membawa mobil ke sini, aku mohon bawa kita semua pulang! Aku mau pulang.” tangisan Ningning semakin tak terkendali, dia memohon sambil memegangi kedua tangan Winter.

Beomgyu berusaha menjabarkan semampu yang ia bisa. “Cara satu-satunya kalian pulang adalah dengan menguburkan semua kerangka itu sebelum terbit fajar. Kalian semua gak bisa berhenti. Kalian sudah terikat dengan permainan itu. Sekarang hanya ada dua kemungkinan, berhasil berarti selamat, gagal berarti mati.”

Demi apapun juga penjelasan panjang lebar itu membuat mereka semua lemas sekujur badan. Jadi inilah maksud anak-anak itu saat memberi kode dengan kalimat ‘dua kemungkinan’. Ternyata mengerikan.

“Sekarang kalian beri tahu kami di manakah kemungkinan kerangka-kerangka itu disembunyikan. Kami akan berusaha membantu kalian.” ujar Winter yang merelakan diri untuk terjerumus ke dalam situasi ghaib ini.

Soobin dan Ningning pun kembali menyampaikan semuanya. Lalu tercetuslah ide dari Yeonjun yang menyarankan keduanya agar membantu menguburkan kerangka yang sudah ada saja.

“Soobin, aku sarankan kau ikut dengan Beomgyu dan Winter. Winter gak mungkin menggali liang lahat. Giselle istirahat saja di mobil bersama Bu Jennie, kondisinya paling nggak memungkinkan. Taehyun, kau dan Ningning cari di area pagar. Sementara aku dan Karina akan mencari danau di sekitar sini.”

Mereka semua mengangguk paham. Karina bersyukur Yeonjun kembali bisa berpikir jernih dan memberi arahan. Semoga saja tidak ada hal-hal aneh yang dapat membuatnya kena trigger lagi.

Beomgyu membuka bagasi mobilnya dan memberikan sebuah cangkul kepada Soobin. Sementara ia mengambil sekop taman dan juga ember.

Soobin mengernyit. “Kenapa di mobilmu ada alat gali tanah seperti ini?” agak aneh saja menurutnya, Beomgyu seperti sudah mempersiapkannya.

“Aku udah bilang, gak ada waktu buat ngejelasin semuanya sekarang.” jawab lelaki itu sambil menutup kembali bagasinya dengan keras.

“Aku cuma mau bilang kalau aku sempat melihat Nyonya Irene menggali sesuatu di halaman belakang, tapi jaraknya cukup jauh dari bangunan ini. Siapa tahu itu adalah kuburan yang sudah dia persiapkan untuk kita? Dan kalian bisa mengisinya dengan kerangka ini di sana.” ujar Ningning.

Soobin mengangguk. “Aku mengerti, Ning. Makasih.” lalu dia beralih kepada Giselle yang sudah berada di dalam mobil. “Gi, bertahan sebentar lagi ya?”

Giselle mengangguk lemah. “Hati-hati, Soobin. Kembalilah dengan selamat.”

Soobin mengangguk. Dia mengusap pipi pucat Giselle lalu mencium punggung tangannya sayang. Rasa takut kehilangan benar-benar tersampaikan di sana, dan Giselle jadi terharu karenanya.

“Bu, saya titip dia ya?”

Jennie tersenyum kepada Soobin. “Iya. Kalian semua hati-hati. Semoga beruntung.”

“Wint.” Taehyun menyerahkan dua karung di tangannya kepada Winter. “Aku yakin ini semua gakkan mudah.”

Winter menerimanya. “Aku mengerti.”

Yeonjun menggenggam tangan Karina. “Ayo kita selesaikan semua ini. Jaga diri kalian baik-baik dan tetaplah hidup.”























.

.

.

TBC

Panti Asuhan || AESTXT [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang