Chapter 18

786 34 0
                                    

Meski dengan berjalan terseok-seok, Yeonjun dan Karina tetap berpegangan tangan melawan derasnya hujan.

Tujuan mereka adalah pohon tinggi yang berada di pinggir jalan sana. Letaknya memang cukup berjarak dari rumah, tapi tak apa.

Daripada mati bukan?

Yeonjun memiliki ide untuk mencari posisi danau melalui atas pohon. Karena dari ketinggian, jarak pandang pasti akan lebih luas. Sehingga mereka tidak akan terlalu buta arah.

“Kau masih kuat?” tanya lelaki itu seraya menoleh ke belakang.

Karina mengangguk lemah, wajahnya pucat karena kedinginan. “Aku gak apa-apa. Ayo, kita jangan membuang waktu.”

Yeonjun pun melepaskan tautan tangannya dan beralih mendekap pundak Karina agar tetap menempel dengannya. “Bertahan, Sayang.”

Lagi-lagi Karina hanya bisa mengangguk. Dia melingkarkan kedua lengannya pada perut Yeonjun dan kembali berjalan.

Sesekali mulut keduanya akan mendesis kesakitan saat telapak kaki mereka yang penuh luka tak sengaja menginjak kerikil tajam.

Setelah berlikunya perjalanan ini, akhirnya mereka sampai juga di tujuan.

Yeonjun langsung memanjat pohon tersebut. Maklum saja, sewaktu SMP dia adalah spesialis copet mangga di pohon belakang sekolah dan copet jambu di rumah Pak Lurah. Jadi hal ini bukanlah tantangan berat untuknya.

Dengan was-was Karina mengawasinya dari bawah. Dia tahu Yeonjun lihai memanjat, tapi sekarang situasinya beda. Pohonnya pasti licin karena hujan deras, dan yang paling mengerikan adalah dia takut kekasihnya itu tersambar petir.

“Astaga, amit-amit.” Karina menggeleng menghalau pikiran buruknya. Dia kembali mendongak dan samar-samar melihat ada pergerakan lain selain Yeonjun.

“Yeonjun, hati-hati!” teriaknya lantang bersamaan dengan suara guntur yang bergemuruh.

“Iyaaa!”

Buru-buru saja lelaki itu mengedarkan pandangannya memindai sekitar, dan ditemukannya bahwa danau tersebut tak jauh dari tempatnya sekarang. Hanya saja tertutup oleh padang ilalang.

Karina melihat Taehyun dan Ningning juga masih dalam aksi pencariannya. Tiba-tiba ia keingatan satu hal. Bukankan ada karung yang posisinya digantung di sebuah pohon?

“Astaga, Yeonjun! Yeonjun!” Karina mulai rusuh. “Jangan dulu turun! Aku yakin ada karung yang disembunyikan di pohon ini! Pohon ini adalah satu-satunya pohon yang berada di sekitar sini!”

Mendengar itu, Yeonjun pun mengumpat keras merutuki kebodohannya sendiri. Bisa-bisanya ia juga melupakan hal tersebut. Di dalam kepalanya hanya fokus mencari danau sehingga hal penting lainnya malah luput.

Pohon ini memiliki daun yang sangat rimbun, sehingga butuh usaha ekstra untuk mencarinya.

Gotcha!” dan pekikan heboh itu menandakan kalau dia sudah menemukannya.

“Ada, Sayaaaaang!” lapornya kemudian kepada sang pacar.

Karina tersenyum lega. “Syukurlah. Hati-hati, Sayang!”

Tanpa membuang waktu, Yeonjun segera berpindah pijakan pada dahan yang lain. Namun ia dikagetkan oleh kemunculan tiba-tiba dari sosok astral berbaju putih dan berambut panjang yang duduk di dekat karung tersebut seolah sedang menjaganya.

“KARINAAAAA!”

“Ya?”

“DI SINI ADA KUNTILANAAAK!”

“Hah? Ada Kunti?” Karina refleks melebarkan matanya. “Oh, berarti pergerakan aneh tadi asalnya dari sosok itu?” gumamnya santai dan tidak takut sama sekali.

Panti Asuhan || AESTXT [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang