Chapter 02

2.1K 49 5
                                    

Dua mobil itu melaju santai membelah jalanan yang tidak terlalu besar. Yeonjun dan Karina yang hanya berdua saja di mobil pick up mengekori ke manapun laju mobil sedan putih di depan yang ditumpangi keempat kawan mereka.

Tak lupa lagu legendaris dari band rock kenamaan, Avenged Sevenfold, yang berjudul Dear God pun turut menemani momen keduanya. Vibes dan musik lagu tersebut memang sangat cocok diputar ketika berkendara berdua bersama orang tersayang.

“Dulu waktu masih SMA, kelas X kalau nggak salah. Praktek nyanyi bahasa Inggris aku nyanyi lagu ini, Rin.” curhat Yeonjun. “Kamu ingat nggak?”

Karina mengeraskan volumenya. Ia tersenyum ke arah Yeonjun yang masih fokus menyetir. “Ingatlah, kan dulu kita sekelas.”

“Tapi kenapa pas aku nyanyi kamu malah ke toilet coba? Padahal aku nyanyinya baru setengah.”

Karina teringat nostalgia, pipinya tiba-tiba memerah tanpa bisa dicegah. Karena saat itu Yeonjun sedang gencar-gencarnya melakukan aksi pedekate padanya. Sebelum akhirnya ia mau menerima lelaki itu setahun kemudian.

“Aku malu. Anak-anak sekelas pada ngelirik sambil mesem-mesem semua ke arahku, Yeonjun. Bahkan sebagian ada yang menggodaku dengan pura-pura batuk.”

“Dan ajaibnya Bu Lisa juga malah ikut-ikutan.”

“Nah, itu.”

Kini keduanya tertawa, padahal kejadian aslinya sudah bertahun-tahun yang lalu. Yeonjun menyetir dengan tangan kiri menggenggam sebelah tangan Karina, dan keduanya lanjut bernyanyi mengikuti alunan lagu dengan bahagia.

Sampai akhirnya mobil depan yang dikendarai Soobin memberi lampu sen ke kiri dan mulai menepi.

“Ada apa?” tanya Karina setelah mereka semua keluar dari mobil.

“Ini kita jadi mau ke panti asuhan yang ditunjuk anak kecil tadi?” Giselle malah bertanya balik.

Ningning juga nampak ragu. “Serius kita mau lanjutin perjalanan ini?”

Yeonjun menggaruk kepalanya. “Y-ya terserah kalian. Dari tadi kan aku hanya mengekor dari belakang. Kalau setuju ya ayo lanjut, kalau nggak ya udah. Gak apa-apa.”

“Lanjut aja sih, tanggung.” suara Taehyun.

Soobin setuju. “Iya lanjut aja, tapi lokasinya di mana ya?” ia menyempatkan diri dulu untuk menatap sekitar. “Kok kita malah keluar dari permukiman? Kanan kiri ilalang tinggi semua.”

Mereka semua ikut-ikutan meneliti ke segala arah. Benar juga, ini sudah bukan lagi di permukiman penduduk. Kanan kiri dan sejauh mata memandang yang terlihat hanyalah padang ilalang yang bergoyang seirama dengan hembusan angin. Ditambah lagi tidak ada kendaraan lain yang melintas, hanya mobil mereka saja yang berada di sini.

“Nah, kan? Baru pada sadar kalian.” Giselle melipat kedua lengannya di dada. “Makanya aku nanya lagi, ini serius kita mau lanjut?”

“Pulang aja yuk!” rengek Ningning.

Taehyun merogoh ponselnya, dan ia melihat bar sinyalnya di sana tak ada satupun. “Wait! Ini kita udah seberapa jauh sih dari permukiman? Nggak ada sinyal lho!” tuturnya sembari menunjukkan layar ponselnya.

“Kok aneh ya?” celetuk Yeonjun. “Masa iya anak kecil tadi mengerjai kita?”

Giselle menjawab. “Bisa aja kali. Namanya juga anak kecil. Salahnya kita iya-iya aja dengan apa yang dia tunjukkan.”

Soobin menyanggah. “Gi, biasanya anak kecil itu jujur lho!”

“Ya iya juga sih? Terus ini gimana keputusannya? Lanjut atau pulang?”

Panti Asuhan || AESTXT [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang