Chapter 24

208 26 3
                                    

Karina membuka matanya perlahan dan mendapati dirinya terbaring di salah satu ranjang rumah sakit. Dia melenguh, dan seorang suster yang kebetulan sedang mengecek selang infus pasien sebelah pun menyadarinya.

“Ya Tuhan, syukurlah. Akhirnya kamu sadar juga.” katanya, dan bergegas memanggil dokter untuk memeriksakannya.

Di balik masker oksigen itu Karina berusaha mengatur nafasnya. Menghirupnya dalam-dalam kemudian menghembuskannya perlahan.

Sekujur tubuhnya seakan mati rasa. Namun ia lega karena di balik selimut yang menutupi hingga perutnya, kedua kakinya yang terluka parah akibat nyeker sepanjang malam menerjang keganjilan masih ada.

Syukurlah, tidak perlu diamputasi artinya.

Dia berusaha menoleh ke samping, ternyata pasien di sebelahnya itu adalah Giselle dan Ningning. Sementara di sebrangnya juga terdapat tiga ranjang lain yang ditempati oleh Yeonjun, Taehyun, dan Soobin.

Beomgyu dan Winter entah berada di mana? Terakhir kali yang Karina ingat adalah keduanya berhasil menemukan kembali barang-barang berharga mereka di dalam rumah itu sesaat setelah semuanya berakhir.

Seiring dengan energi magisnya yang sudah sepenuhnya hilang, semua barang yang semula seperti disembunyikan pun kembali terlihat.

Matahari di ufuk timur semakin menampakkan diri. Ketiga mobil mereka melaju beriringan membelah jalanan sepi yang diapit oleh padang ilalang tinggi.

Jennie menyetir mobil Beomgyu membawa Taehyun dan Ningning, sementara Beomgyu sendiri menyetir mobil pick-up membawa Yeonjun dan Karina yang sangat terpaksa harus dibaringkan di dalam baknya bersama tumpukan tas-tas mereka. Sedangkan Winter menyetir mobil sedan putih Soobin, membawa sang pemilik beserta Giselle.

Dari tempatnya kini, Karina menatap lamat sang kekasih yang lehernya dipasang gips.

Sejak dalam perjalanan pun kesadaran Yeonjun sudah sangat tipis. Di atas bak mobil tersebut Karina terus mengajaknya berbicara, tak jarang ia meminta kekasihnya itu untuk menyanyikan lagu Dear God seperti di awal keberangkatan mereka.

Semua itu ia lakukan semata-mata agar keduanya tetap terjaga.

Namun pada akhirnya Yeonjun tetap kehilangan kesadarannya. Karina juga tak kuasa bertahan lebih lama. Dia terlelap di pelukan lelakinya dan baru membuka mata lagi di hari sekarang.

Para dokter datang memeriksanya. Mereka mengungkapkan bahwa dari keenamnya, Karina adalah pasien pertama yang sadar setelah berhasil dievakuasi empat hari yang lalu.

Sungguh mencengangkan. Ternyata ia ‘tertidur’ selama itu.

“Orangtua kalian berenam sampai kompak mendirikan tenda di luar. Mereka semua selalu ada di sini, setiap hari menunggu kalian semua membuka mata.” ujar seorang dokter wanita agar Karina lebih tenang.

Karina tersenyum kecil mendengarnya. Sebenarnya masih banyak pertanyaan di dalam benaknya. Namun karena kondisinya belum memungkinkan, dia pun memilih istirahat. Dia ingin cepat-cepat bertemu orangtuanya.

Selang beberapa saat kemudian, suster memberitahukan bahwa Ningning dan Soobin juga tersadar.



















.

.

.

Sama seperti yang lainnya, Giselle juga kini mulai mengerjapkan matanya perlahan. Mulutnya mendesis tatkala hawa dingin terasa menusuk kulitnya. Tangannya bergerak sembarang dan terasa menyentuh rumput basah serta tanah.

Sebentar, tanah?

Keningnya mengernyit merasa ada kejanggalan. Bukankah mereka semua sudah berhasil dievakuasi? Terus kenapa sekarang ia bukan terbaring di rumah sakit? Apakah ia sudah mati? Apakah kini ia sudah dikubur dan dibangunkan kembali untuk berjumpa dengan malaikat?

Sepasang netra itu terbuka sepenuhnya, dan Giselle menganga sejadi-jadinya ketika mendapati dirinya berada di sebuah tanah lapang di tempat antah berantah.

“YA TUHAAAAAAAAANNN...”

Dia menjerit seraya mencengkram kepalanya. Awan hitam memayungi sejauh mata memandang, langitnya begitu gelap tapi ini bukan malam.

Giselle mengedarkan pandangannya, dan ia menemukan Yeonjun dan Taehyun tergeletak cukup jauh darinya.

“YEONJUN! TAEHYUN!”

Tanpa membuang waktu lagi Giselle langsung bangkit menghampiri keduanya. Namun lagi-lagi gadis itu dibuat mengernyit saat menyadari bahwa kakinya tidak terluka.

Kakinya bersih, sekujur tubuhnya juga bersih tanpa luka ataupun darah. Dia bahkan bisa berjalan tanpa tertatih-tatih.

Saat melihat keadaan kedua lelaki itu juga sama sepertinya, dan pakaian yang mereka kenakan adalah pakaian saat tragedi di malam itu terjadi.

“Yeonjun, Taehyun, bangun!” Giselle mengguncang tubuh keduanya sambil terisak ketakutan. “Yeonjun, Taehyun, bangun! Please...”

Yeonjun dan Taehyun terbangun. Kedua lelaki itu nampak kebingungan sekaligus syok menatap sekitar.

“Gi, kenapa kita di sini? Karina mana? Mana yang lain? Ini di mana?!” panik Yeonjun.

“Bukankah kita sudah selamat? Wanita itu sudah mati kan? Terus kenapa kita malah di sini? Ini di mana?” pekik Taehyun tak percaya.

Giselle semakin terisak. “Aku gak tahu. Begitu bangun aku cuma menemukan kita bertiga di sini.” dia mengusap wajahnya frustasi. “Atau mungkin kita bertiga mati di rumah sakit?”





































.

.

.

TBC

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 28 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Panti Asuhan || AESTXT [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang