Chapter 21

437 33 0
                                    

“Aku aja yang ambil. Kau tunggu di sini, oke?”

Yeonjun menggeleng. “Aku aja. Karungnya hanya di sana, gak jauh.”

Keduanya kini berada di pinggir danau, berdiri di atas setengah jembatan kayu reot yang sudah sangat lapuk. Terlihat bahwa posisi karung tersebut diikat pada batang kayu penyangganya di bawah, dan dibiarkan terendam dalam air.

“Aku gak mau ada hal-hal aneh lagi yang menimpamu. Aku ngeri melihat lehermu, Yeonjun. Sekarang biarkan aku yang mengambilnya.”

Karina mulai berjongkok di sana namun tangannya tak bisa menggapainya. Jika tetap memaksakan takutnya ia malah terjungkal dan tercebur. Tak habis akal, kini ia mencoba tengkurap.

“Yeonjun, tahan kakiku. Aku akan berusaha untuk lebih rendah lagi.”

Pria itu mengangguk dan mulai memegangi kedua betisnya. “Hati-hati, Sayang.”

Karina memposisikan perutnya berada di tepian jembatan itu. Separuh tubuhnya kini menjuntai ke bawah dan dengan segera ia melepas ikatannya.

“HYEEESSS!”

Gadis itu memekik. Berhasil, karung tersebut kini berada di tangannya. Yeonjun langsung membantu menariknya kembali ke atas sebelum munculnya hal-hal yang tidak diinginkan.

Hyein

“Berarti yang teka-tekinya belum terpecahkan itu adalah Minji. Karung terakhir itu adalah Minji.” ujar Karina setelah melihat nama pada liontin tersebut.

“Minji atau Bahiyyih?” tanya Yeonjun tak yakin.

“Minji. Saat aku menitipkan karung Danielle pada Ningning, Taehyun memegang karung atas nama Bahiyyih. Aku melihat liontinnya.”

Yeonjun mengangguk-angguk. “Ya udah, sekarang ayo kita kembali lagi ke sana.”

Karina mengangguk. “Ayo.”

Mereka kembali menerobos rerumputan tinggi itu. Baik Karina maupun Yeonjun, kini keduanya didera perasaan takut dan gelisah. Karena memiliki firasat bahwa fajar akan segera datang.

























.

.

.

“AKU TAHU KALIAN BERDUA BERSEKONGKOL DENGAN WANITA GILA ITU!”

Giselle terus saja meneriaki Beomgyu dan Winter. Winter yang tak terima dengan tuduhan tak berdasar Giselle pun tersulut amarah dan balas mendorong tubuhnya hingga terjerembab.

“Apa maksudmu, hah?!” tanyanya tak kalah garang.

Giselle yang dibantu Soobin untuk kembali berdiri tidak menjawab. Sorot matanya saja yang semakin tajam seperti ingin memakan orang.

“AKU HAMPIR TERKUBUR HIDUP-HIDUP DAN KAU MENUDUHKU ADALAH BAGIAN DARI WANITA PEMUJA SETAN ITU?!”

“Wajarlah!” Giselle terkekeh sinis karena Winter berteriak di depan wajahnya. “Kau bahkan lebih tahu dari kita yang jelas-jelas berada di sini! Tentang situasi ghaib ini, tentang wanita itu, bahkan kau bisa memberi arahan tentang gimana cara menguburkan kerangka-kerangka itu! Padahal kau baru datang ke sini!”

Beomgyu angkat bicara. “Gi, kau salah paham, Gi.”

“Salah paham gimana, hah?!” amukan Giselle kini beralih kepada lelaki itu. “Dari awal datang pun kau bahkan enggan untuk menjelaskan semuanya! Perkakas untuk menggali kubur pun kalian sudah membawanya di dalam mobil. Apa yang kalian rencakan sebenarnya?”

“Gi, udah, Gi.” dan pada akhirnya Soobin kembali mengeluarkan kalimat ini.

Ningning dan Taehyun saling lirik. Lagi-lagi mereka berdualah yang terjebak di tengah-tengah situasi tegang dan membingungkan seperti ini.

Pertama Giselle dan Karina, sekarang Giselle dan Winter. Astaga, Giselle lagi Giselle lagi yang terlibat percekcokan dengan salah satu dari mereka.

“Aku dan Beomgyu datang ke sini untuk menyelamatkan kalian!” tegas Winter putus asa.

“Bohong!” Giselle kembali berkoar-koar, dia menyampaikan apa yang tadi dialaminya di dalam mobil sehingga memiliki pemikiran seperti sekarang.

Soobin, Taehyun, dan Ningning yang mendengarnya pun membelalak horor. Demi apa bocah laki-laki itu adalah setan? Pantas saja saat berbicara dengannya terasa begitu ganjil dan mencekam.

“Kalau aku bilang bahwa Eunchae yang memberitahu kita mengenai ini semua apa kau akan percaya, Gi?” tanya Beomgyu sarkas, lalu ia menjelaskan. “Eunchae itu berteman dengan sosok hantu bocah laki-laki bernama Hueningkai, dan Hueningkai itu adalah kakaknya Bahiyyih!”

Taehyun refleks menunduk menatap karung di dekapannya. Karena karung ini atas nama Bahiyyih.

“Sudah kuduga kalau hantu bocah itu berusaha menumbalkan kita semua. Dia mengarahkan kita ke sini untuk adiknya.” cerocos Ningning yang mendapat gelengan dari Winter.

“Nggak, Ning. Kalimatmu kurang tepat. Hueningkai mengarahkan kalian semua ke sini dengan tujuan meminta bantuan. Dia ingin arwah adiknya bebas dari cengkraman Nyonya Irene, yaitu caranya seperti ini, dengan menguburkan kerangkanya.”

Ningning berdecak malas. “Iya, berarti hantu itu memang memperalat kita. Dengan kata lain menumbalkan.” keukeuhnya.

Taehyun menambahkan. “Asal kau tahu aja, Wint. Bahkan kita berenam udah sempat diseret ke ruang bawah tanah yang di dalamnya ada pola pentagram yang diukir dari darah, ala-ala persembahan untuk setan gitu pokoknya. Kalau kita gak berhasil menyelamatkan diri, kita udah mati di sana.”

Soobin menyeletuk. “Menurutku, bisa membebaskan adiknya itu adalah harapannya. Tapi kalau kita gagal juga ya udah, dia gakkan peduli. Dan setelah itu pasti dia akan mencari calon tumbal yang lain sampai adiknya berhasil lepas.”

Ningning sependapat. “Nah, itu!”

“Jadi kedatangan kalian ke sini benar-benar untuk menyelamatkan kami?” tanya Giselle pelan.

Beomgyu jadi gemas. “Kau pikir untuk apa, Gi? Winter ngotot ingin mencari kalian karena kalian lost contact. Walaupun hujan deras kita tetap berangkat mendatangi panti asuhan tempat terakhir kalian singgah. Dan inilah informasi yang kita dapat. Aku, Winter, Bu Jennie, dan Eunchae datang ke sini untuk menyelamatkan kalian!”

Giselle jadi merasa bersalah. Lantas ia pun meminta maaf karena sudah mengamuk dan menuduh mereka yang bukan-bukan di saat belum tahu fakta sebenarnya.

“Terus apa yang bisa kalian jelaskan dengan alat gali kubur ini?” cecar Soobin sambil mengangkat cangkul di tangannya.

Winter menjawab. “Itu perkakas dari panti asuhannya Bu Jennie. Beliau yang menyarankan kami membawa itu setelah tahu bahwa ada yang perlu dikubur di sini.”

“Sebentar. Kalau Eunchae tahu tentang apa aja yang harus dilakukan, apa dia juga tahu di mana aja kerangka-kerangkanya disembunyikan? Soalnya ada satu tempat lagi yang belum berhasil kita pecahkan.” ujar Ningning yang mulai keingatan dengan teka-teki terakhir.

Winter dan Beomgyu bertatapan sejenak, kemudian menggeleng dengan kompak.

“Eunchae itu tahu semua ini dari Hueningkai. Tapi selama dia berkomunikasi dengan kami, dia tidak mengatakan apa-apa tentang posisi karung.” jawab Beomgyu.

“Kita harus berbicara dengan anak itu.” usul Giselle yang membuat Soobin langsung menoleh padanya.

“Siapa maksudmu? Hueningkai?”

“Ya, Hueningkai. Melalui perantara Eunchae.”

























.

.

.

TBC

Panti Asuhan || AESTXT [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang