19. Christmas night

272 19 1
                                    

...

Seulgi tidak bisa memejamkan matanya, ia masih menunggu Irene yang sudah menghabiskan waktu satu jam di dalam kamar mandi. Sesekali ia melirik kepintu dan rasa khawatir menghantuinya yang bercampur rasa bersalah.

Ia pun memberanikan diri untuk mengetuk, tiba-tiba saja Irene keluar dengan mata yang sembab, rambut berantakan dan... Tangannya berdarah?!. Seulgi begitu terkejut serta dihantui rasa khawatir.

" Ada apa dengan tanganmu? " Tanyanya cemas. Irene hanya diam seperti kehilangan raganya. Bahkan, matanya menatap kosong ruangan. Seulgi bergegas meminta Irene untuk duduk dan mengambil obat-obatan untuk luka nya.

Seulgi mengobati luka Irene dengan hati-hati, ia juga terus mengoceh agar Irene tidak melukai dirinya sendiri. Ocehan seulgi membuat Irene terus menatapnya dengan tatapan sayu.

" Apakah ia baik padaku karena benar mencintaiku? Ck! Mana mungkin, di dunia ini tidak ada yang mencintaiku jika bukan untuk memanfaatkanku. " Batinnya,

Setelah seulgi sudah mengobatinya ia beranjak dari sofa dan hendak mengambilkan baju untuk Irene.

" Mmm... Kamu mau pakai baju yang mana? " Tanya seulgi setelah membuka lemari Irene, Irene menatapnya masih dengan tatapan yang sama. Bahkan, tidak ada sepatah katapun yang keluar dari mulutnya. Seulgi mengambil pakaian asal dan meminta Irene untuk bergegas ganti baju.

Irene mengambil baju itu dengan lemah dan wajah datar. Saat ia hendak melepas pakaiannya seulgi sontak memutar tubuhnya, memunggungi Irene. Jantungnya berdegup kencang.

"Aish! Ada apa dengan wanita ini?! Kenapa ia membuka baju seenaknya saja! " Gumamnya, tapi ia sangat penasaran dengan lekuk tubuh Irene. Matanya jelalatan mencari cara agar bisa melihat tubuh Irene tanpa ketahuan.

Saat dirinya cukup lama berfikir, tiba-tiba saja ia merasakan tubuh hangat memeluknya dari belakang. Matanya turun ke bagian perutnya dan lengan itu melingkar pas di pinggangnya. Jantung seulgi semakin berdebar. Kini, ia menjadi gugup.

" Bolehkah aku memelukmu sebentar? " Tanya Irene, seulgi menelan ludahnya susah payah.

" B-bo-boleh. " Gugupnya, Irene semakin mengeratkan pelukannya.

" Aku pernah merasakan tangismu dipelukanku, sepertinya itu terasa nyaman untukmu. Jadi, aku juga ingin merasakan betapa hangatnya memelukmu dan seberapa nyaman berada dalam pelukanmu. " Lirih Irene, air matanya menetes perlahan tanpa suara.

" Mungkin ini alasannya, kenapa orang lain suka memelukku disaat mereka sedih. Sangat tenang dan hangat. " Batin Irene, seulgi masih terdiam kaku tak bisa menggerakkan tubuhnya. Jantungnya berdebar semakin cepat seakan-akan ingin lepas dalam hitungan ke-tiga.

Saat seulgi mencoba untuk mengatur jantungnya yang berdegup kencang, Irene langsung melepas pelukannya. Seulgi menghela nafas lega dan bergegas menatapnya.

" Gwencana? " Tanya Irene karena melihat pipi seulgi memerah, seulgi tersenyum kikuk.

" Nde! " Jawabnya gugup, Irene tersenyum gemas melihatnya. Ia bergegas duduk di sofa dan menyalakan televisi.

" Kamu tidak tidur? " Tukas seulgi tiba-tiba karena tidak biasanya Irene masih menonton tv saat tengah malam.

" Aku belum mengantuk atau mungkin tidak tidur sampai pagi. " Jawabnya santai, seulgi menolak jawabannya karena itu adalah kebiasaan terburuk yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia.

Seulgi merebut remote di lengan Irene dan bergegas mematikan tv.

" Anni! Kamu harus tidur, besok pagi kamu harus syuting lagi kan? " Tukasnya, Irene tersenyum miring karena baru mendengar seulgi memerintah di rumahnya?!.

witness ( Seulrene_gxg )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang