23

203 14 4
                                    

..

Secangkir kopi hangat menemani seorang wanita yang masih bertengkar dalam pikirannya penuh rasa penasaran. Matanya memandang jalanan berharap akan ada jawaban dari rasa penasaran di dalam benaknya.

" Kau sudah bangun? " Suara serak seseorang diatas kasur, ia menoleh dan tersenyum.

" Aku tidak bisa tidur semalam. " Jawabnya lalu melangkah ke arah kasur dan duduk di tepian.

Ia menatap wanita yang sudah lama dicintainya bahkan dirinya selalu berharap dapat memilikinya. meski kini, kenyataan tidak berpihak dan memilih untuknya memendam perasaan sendiri dalam waktu yang lama.

" Kamu mau kopi? " Tanyanya, wanita itu mengangguk dan tersenyum. Senyuman yang tidak berubah sama sekali di matanya.

Saat dirinya hendak menuju dapur tiba-tiba saja ponsel wanita itu berdering dan menampilkan nama pemilik sang penelepon "oppa baeby ". Tentu saja nama yang tercantum tak asing karena itu adalah kekasih sang pemilik telepon.

" Anyyeong oppa... " Sapa Joy antusias, sedangkan Wendy menyibukkan diri di dapur.

" Mwo?! " Kaget Joy tiba-tiba, ia beranjak dari kasurnya terburu-buru dan bergegas mengambil barang-barangnya lalu sedikit berteriak, berpamitan kepada Wendy. Tubuh itu berlalu begitu saja membuat Wendy menghentikan sendok yang tengah mengaduk. Ia menghela nafasnya dalam,

" Pria itu adalah prioritas utamanya, apa yang perlu aku harapkan? " Batinnya, hatinya terasa lelah merasakan getaran cinta yang penuh kekecewaan. Tetapi ia selalu mencoba untuk tidak memedulikannya dan menjalani hidupnya seperti biasanya.

Sedangkan, di apartemen kecil seorang adik bungsu kesayangan tuan Bae menatap Kaka tertuanya mengintimidasi sembari bergantian dengan seorang wanita aneh yang tengah duduk di sofa.

" Yerim ah~, kami tidak melakukan apapun semalam. Jangan curiga dengan eonni mu yah.. " ucap Irene mencoba tenang, wanita dihadapannya berdecih penuh ketidakpercayaan.

" Yak! Kau wanita aneh! Kenapa kau ada disini ah?! Kamu menyukai eonni ku? " Tukasnya berteriak ke arah seulgi, membuat seulgi menatapnya balik dan mengangguk.

Anggukan mantap yang dilakukan seulgi membuat yeri semakin marah, kini hatinya terasa terbakar tidak menerima kenyataan yang baru saja terjadi.

" Yak! Michyeosse-o! " Kesalnya lalu menatap Irene dengan tatapan meminta penjelasan. Irene menelan ludahnya takut-takut untuk mengungkapkan kebenaran.

" Nee... Mianee yerim ah, eonni... " Ucapnya ragu-ragu. Belum selesai Irene menjelaskan, jari Yeri menutup telinganya karena enggan untuk mendengar kenyataan ini.

" Aniragoo... Jangan mengatakan apapun padaku eonni! Apalagi hubungan dengan wanita gila ini... " Tukas Yeri menolak mentah-mentah fakta.

Irene terus saja berusaha untuk memahami Yeri namun, Yeri tetap tidak mau menerimanya dan justru ia meminta Irene untuk segera mengusir seulgi dari area studio.

" Pale!! Usir dia eonni! Pale!! " Geramnya, Irene menatap seulgi penuh kebimbangan sedangkan seulgi hanya diam menatap lantai sembari memikirkan apa yang harus dilakukannya saat ini.

Ia beranjak dari kursinya lalu menghela nafas panjang menyiapkan diri untuk mengucapkan sepatah kata demi hubungannya dengan Irene. Mata monolid itu menatap tegas ke arah Yeri.

" Baiklah! Aku akan mengatakannya, " Tegasnya, kedua wanita itu menoleh menatap seulgi. Kedua lengan seulgi mengepal memberanikan dirinya untuk mengatakan apa yang terlintas dari otaknya saat ini.

" Kalau kamu tidak mau menerima hubungan kami, kalau begitu... Lebih baik... " Ucapnya terdengar pasrah, ia terlihat cukup frustasi lalu menatap kembali kedua wanita itu.

witness ( Seulrene_gxg )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang