***
ALVA's POV
Waktu berlalu begitu cepat. Terlalu cepat, sampai aku lelah untuk menghitung berapa banyak waktu yang sudah kuhabiskan selama ini. Detik demi detik yang dilewati selalu saja tak terkejar. Seberapa keras pun aku mengejar waktu, waktu justru berbalik mengejarku.
Pahit-manis hidup mengajarkanku bahwa tak ada yang abadi. Semua yang dimiliki saat ini hanyalah sementara. Jadi selama kau memiliki sesuatu, jagalah baik-baik sebelum kau kehilangan sesuatu itu.
Hari ini adalah hari aku harus menguburkan anjing peliharaan keluarga kami yang sudah menemani kami selama 22 tahun. Tadi saat aku bersiap untuk berangkat ke kantor, aku menemukan anjing tua peliharaanku sudah tergeletak tak bernyawa diatas lantai. Aku tahu ini sudah waktunya. Dia sudah sangat-sangat tua. Bisa bertahan sampai 22 tahun sudah tergolong usia panjang bagi seekor anjing ras pomerian.
Dengan menghela nafas panjang dan dengan perasaan yang sulit untuk dijelaskan, aku membawanya ke tanah lapang dibelakang kompleks rumahku untuk dikubur. Air mata sudah mengering sejak terakhir kali aku melihat Gwen untuk yang terakhir kali. Aku tidak bisa bisa berekspresi lagi walaupun sesungguhnya aku sedih melihat sobat yang menemaniku sampai dewasa sudah mati dan ada didalam sana sekarang.
Aku hanya bisa menatap datar tanah merah tempat aku mengubur Pom-pom barusan. Kutepuk tanah itu tanpa peduli lengan bajuku nanti akan kotor karenanya. Kupejamkan mataku dan kuucapkan salam perpisahan pada anjing peliharaanku yang ada didalam sana.
Terima kasih sudah menemani kami selama 22 tahun, Pom. Sampaikan salam untuk Gwen disana.
Mengapa banyak hal yang sulit dimengerti dalam hidup ini? Jika pertemuan selalu berakhir perpisahan, paling tidak biarkan luka lama sembuh dahulu sebelum membuka luka yang baru. Tidakkah itu menyakitkan? Menimpa luka lama dengan luka baru?
Dua tahun sudah berlalu setelah kepergian Gwen. Dan selama ini tak banyak yang berubah dariku. Aku masih pekerja keras, aku masih tetap tak banyak bicara. Hanya saja satu yang berubah. Aku kehilangan semangat hidup.
Kepergian Gwen menunjukkan kegagalanku sebagai seorang kakak. Aku hanya bisa melihatnya menderita sampai akhir hayatnya, tanpa mampu berbuat apa pun. Jika saja aku bisa berbagi rasa sakit yang dideritanya, aku bersedia. Tapi apa daya, sekarang aku hanya bisa menatap bangku disebelahku-tempat Gwen biasanya duduk saat kami sekeluarga makan malam. Aku hanya bisa menatap foto keluarga besar kami yang terpajang di ruang tengah, dan memandangi kamarnya yang sekarang semuanya ditutupi kain putih berdebu. Mama sengaja menutup semua perabotan dengan kain agar dia tidak terlalu sedih saat mengingat Gwen. Aku tahu dan aku paham, sesedih apapun aku tak akan pernah bisa mengalahkan kesedihan mama yang telah kehilangan putri satu-satunya.
Sesuatu selalu hilang dari hidupku setiap tahunnya. Pertama Gwen, sekarang Pom-pom. Setelah ini siapa lagi?
Kuambil setangkai bunga krisan putih dari saku bajuku dan kuletakkan diatas tanah.
Aku akan mengingatmu, Ucapku dalam hati lalu bangkit berdiri dan berbalik meninggalkan tempat itu.
Dan didetik pertama saat aku melangkahkan kaki pergi dari sana , Aku sudah memutuskan menutup hati untuk semua hal. Karena aku beranggapan jika sesuatu itu tidak dapat kita miliki seutuhnya, maka lebih baik aku tidak pernah memilikinya dari awal. Apa pun itu.
Alasannya? Karena aku tidak ingin kehilangan lagi.
***
AUTHOR POV
Saat sebuah Mercedes Benz hitam versi terbaru berhenti tepat didepan sebuah kantor , seorang security langsung menyambut dengan senyum ramah penuh hormat dan membukakan pintu untuk pria pemilik mobil. Sepatu kulit berwarna hitam mendarat diatas tanah sebelum sosok tampan tersebut keluar dari dalam mobil. Baik security maupun petugas valley dan beberapa orang didekatnya langsung membungkuk penuh hormat yang diiyakannya dengan anggukan pelan. Tanpa berkata-kata lagi, Alva melemparkan kunci mobilnya pada petugas valley dan langsung melangkah masuk kedalam kantornya sementara petugas tadi langsung membawa mobil tersebut keparkiran khusus seperti yang selalu dia lakukan setiap hari.

KAMU SEDANG MEMBACA
DTS 3 - HAPPINESS IS SIMPLE
RomanceAlva Luke Dinata adalah sosok lelaki idaman yang sempurna. Ia memiliki segalanya baik harta, kekuasaan, dan wajah yang luar biasa tampan. Yang kurang dari dirinya hanya satu, yaitu : "enggan berkomitmen". Ia mengalami trauma aneh yang entah mengapa...