THIRTY TWO - Definition Of Love

9.7K 515 72
                                    

***

Sudah lama ga buat ALVA POV. Ada yang kangen sama kegalauan Alva? haha. apa aku doang yang kangen pov nya dia yah?

Okay...

Happy Reading ^^

***


FLASHBACK

ALVA's POV

Hidupku kembali seperti semula dihari sebelum aku mengenal seorang wanita bernama Renata Kosasih. Sebulan tanpa Rere rasanya sangat hampa. Segala sesuatu yang kulakukan selalu saja kacau dan sekarang ini sedang terjadi padaku.

Rere menghindariku.

Setiap aku mendatangi kediaman keluarga Kosasih, dia selalu bersembunyi di kamarnya dan berpura-pura tidur. Aku tidak punya jalan lain selain pulang dan berpura-pura seolah tak ada masalah diantara kami. Aku tidak ingin keluarganya cemas ,mengingat tanggal pernikahan kami sudah semakin dekat.

Hari-hari berikutnya, aku selalu menghabiskan waktuku dengan bekerja. Aku menyibukkan diri dengan pekerjaan sampai lupa waktu, seperti yang dulu aku lakukan setelah adikku meninggal. Aku selalu lembur setiap harinya demi melupakan beban pikiran akan retaknya hubungan kami. Terkadang aku lembur sampai subuh, bahkan kadang aku tidak pulang.

Mungkin karena aku terlalu memforsir tubuhku saat aku hendak dinas ke Surabaya, tiba-tiba saja kurasakan kepalaku terasa penuh.

"Anda baik-baik saja?" Tanya Ben - asisten kepercayaanku.

"Ya." Jawabku singkat. Walaupun sesungguhnya aku sendiri tidak yakin dengan ucapanku sendiri.

"Mungkin anda tidak perlu ke Surabaya ,Pak. Biar saya saja yang mewakili anda untuk menangani proyek disana. Anda beristirahat saja di Jakarta, anda terlihat pucat." Ben menatapku cemas.

"Tidak. Aku baik-baik saja." Ucapku berusaha terlihat meyakinkan. "Ben, kau ingatkan pada Hanna jika ada kabar dari tunanganku Rere, suruh dia cepat kabari aku."

Ben pun mengangguk patuh.

Rere tidak tahu mengenai kepergianku ke Surabaya. Wanitaku itu benar-benar marah padaku karena kejadian aku menciumnya secara paksa sebulan lalu. Jangankan bertemu, berbicara lagi padaku dia bahkan sudah tidak sudi lagi.

Mungkin seharusnya aku mendengarkan nasehat Ben untuk beristirahat di Jakarta karena ucapannya benar-benar terbukti. Baru hari pertama saja aku tiba di Surabaya aku langsung ambruk karena kelelahan dan harus diopname di Rumah sakit. Segala proyek di Surabaya terpaksa kuserahkan sepenuhnya pada Ben.

Aku hampir saja tertidur saat kurasakan ponselku berdering. Saat kulihat, ternyata dari kantor. Pasti Hanna yang menghubungiku.

"Halo,Pak." Suara Hanna terdengar bergetar diseberang sana. Apa ada masalah besar sampai dia ketakutan seperti itu?

"Ada apa Han? Kau tidak terdengar baik."

"Saya minta maaf mengganggu waktu istirahat bapak. Tapi saya rasa bapak harus tahu tentang hal ini. Ini gawat ,pak. Ini tentang tunangan anda."

Mataku langsung membesar saat mendengarnya.

"Ada apa dengan Rere?" Todongku langsung.

"Seseorang bernama Nathan Lewis datang dan mengatakan bahwa nona Rere meng..." suara Hanna pun menggantung dan berganti dengan suara seorang pria yang kuyakini adalah suara Nathan.

DTS 3 - HAPPINESS IS SIMPLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang