***
Hanna tergopoh-gopoh masuk ke ruangan atasannya setelah mengetuk pintu dengan terburu-buru. Alva yang kala itu sedang bersama Ben dan manager keuangan pun langsung menoleh ke arah pintu. "Ada apa?" Tanya Alva begitu membaca kerisauan diwajah sekretarisnya itu.
Namun, belum sempat sekretarisnya itu berkata-kata, seorang wanita sudah menyeruak masuk dengan paksa dan menatap Alva dan sekretarisnya tajam.
"Saya sudah melakukan sesuai perintah bapak, tapi nona ini tetap memaksa masuk." Jelas Hanna memberi penjelasan.
"Kau kira bisa menghindar dariku dengan mudah?" Wanita itu tersenyum miring.
Alva menghela nafas berat lalu melirik kedua tamunya. "Kalian kembali saja dulu keruangan kalian. Nanti kita sambung lagi pembicaraan kita."
Ben dan manajer keuangan pun menurut keluar dari ruangan itu bersama-sama dengan Hanna.
Setelah mereka tinggal berdua saja, wanita yang tak lain dan tak bukan adalah Classia Herbert itu pun melangkah mendekati Alva yang masih terduduk dibalik meja kerja. Melihat yang didekati justru bersikap seolah dirinya tak ada, Cla pun tersenyum angkuh dan memutari meja kerja Alva. Saat dia membentangkan tangannya diatas kursi dan duduk ditepian kursi Alva , barulah Alva menoleh karena merasa terganggu.
"Apa maumu?" Tanya Alva tajam sembari menyingkirkan tangan wanita itu dari kursinya.
"Ow... Kau sangat to the point seperti biasa." Cla tertawa mencemooh lalu berdiri dihadapan Alva. "Kukira aku sudah menjelaskan apa yang aku mau beberapa waktu lalu."
Beberapa waktu lalu, Cla memang datang ke kantor Alva dengan mengaku sebagai calon istrinya. Alva tahu dengan jelas bagaimana wanita itu memintanya untuk kembali padanya dan memutuskan Rere.
"Bukankah aku juga sudah menjelaskan padamu bahwa aku tidak akan pernah mengabulkan permintaanmu?Hubungan kita sudah berakhir enam tahun yang lalu. Kau lupa kalau kau yang mengakhirinya?"
"Itu karena kau lebih mementingkan adikmu Gwen daripada aku. Semua yang aku lakukan selalu kau bandingkan dengan adikmu. Sampai aku merasa kau lebih mencintai adikmu daripada aku."
"Memang", jawab Alva singkat.
"Jangan bilang kau memacari gadis itu karena dia masih kekanakan seperti adikmu." Sinis Cla.
"Jika ya, apa pedulimu?"
Cla berdecak kesal. "Kau benar-benar keras kepala. Kau harus mengakhiri hubunganmu dengan anak ingusan itu, atau kau mau aku mengancurkan semua yang dia punya!"
Tanpa menggubris ancaman Cla, Alva menyeringai sambil menatapnya. "Kenapa kau bersikeras menginginkanku? Apa kau sudah kehabisan pria untuk kau jadikan pohon uang?"
Mata Cla membesar menatap Alva dengan geram. "Kau!" Desisnya menahan amarah. Tanpa menunggu reaksi wanita itu, Alva membuka laci meja kerja miliknya lalu mengeluarkan sebuah buku cek. Dia menuliskan sejumlah uang diatas cek itu dan menanda tanganinya. Kemudian , disodorkannya selembar cek berisi 200 juta itu pada wanita dihadapannya.
Cla menatap cek ditangan Alva dengan datar. "Untuk apa ini?"
"Belum cukup?" Alba kembali menyobek selembar cek dan menuliskan angka 500 juta di cek itu lalu menyerahkan dua lembar cek itu pada Cla.
"Ini untukmu! Totalnya 700 juta. Kau bisa minta lagi padaku jika kau butuh uang. Tapi jangan ganggu aku. Aku sudah punya kehidupan sendiri dan kau harus ingat, kita berdua tidak akan pernah kembali seperti dulu." Sahut Alva santai.
![](https://img.wattpad.com/cover/42887563-288-k821583.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
DTS 3 - HAPPINESS IS SIMPLE
Storie d'amoreAlva Luke Dinata adalah sosok lelaki idaman yang sempurna. Ia memiliki segalanya baik harta, kekuasaan, dan wajah yang luar biasa tampan. Yang kurang dari dirinya hanya satu, yaitu : "enggan berkomitmen". Ia mengalami trauma aneh yang entah mengapa...