FOUR - Conflict (1)

9.6K 701 23
                                    

***



Renata berjalan cepat tanpa peduli Alva menyusulnya dari belakang. Alva sudah memanggil namanya berulang kali tapi Renata tidak menggubrisnya. Dia masih marah soal kemarin.

"Ayolah nona besar. Bukankah aku sudah minta maaf. Apa sulitnya bagimu untuk memaafkanku?"

Renata tak mempedulikan bujuk rayu pria tampan bermata iblis itu. Dia terus saja berjalan cepat menyelusuri koridor kantor papanya. Apa susahnya sih keluar sendiri? Kenapa papa harus sampai menyuruhnya untuk mengantar pria itu? Kalau tidak memandang papa, Renata pasti sudah mencincang habis Alva.

"Jika kau terus berjalan cepat dengan hak setinggi itu, nanti kau bisa jatuh", ucap Alva perhatian.

Dengan muka tertekuk, Renata menoleh. "Kau menyumpahi aku ya?" Ketusnya. Tanpa sengaja hak sepatu lancip kirinya yang berukuran 10 cm , menginjak bagian depan sepatu kanannya dan dalam sekejap , tubuh Renata langsung terhuyung kebelakang. Hampir saja Renata jatuh menyentuh lantai, jika Alva tidak dengan sigap menangkap pinggangnya. Mata keduanya bertemu. Untuk beberapa saat, mereka saling bertatapan dalam diam sampai akhirnya Renata tersadar akan posisi tangan Alva yang ada dipinggangnya ala pangeran dan tuan putri yang sedang berdansa dalam dongeng. Dalam posisi itu, dia bisa melihat kalau Alva memiliki sepasang mata yang menyejukkan hati. Seandainya saja, Alva tidak menanamkan kebencian dikesan pertama, pasti Renata sudah terhanyut oleh kelembutan tatapannya. Tatapan yang tak pernah dia temukan dimata pria manapun termasuk Faris yang sempat disukainya semasa kuliah.

"Lepas!" Renata menghentakkan tangan Alva yang masih ada dipinggangnya.

Alva pun mengabulkan permintaan Renata. Dia langsung melepaskan kedua tangannya dipinggang Renata. Dan seketika, tubuh Renata langsung jatuh kebawah karena kegilangan keseimbangan.

Bruk!

Renata meringis sambil mengusap pinggangnya yang sakit. Alva pun bergegas menghampirinya dan mengulurkan tangannya.

"Biar kubantu",ucapnya.

Renata memicing menatap tangan Alva didepannya.

"Kau sengaja kan?" Ketusnya.

Dia membuang muka dan berusaha bangkit sendiri. Namun Alva tidak peduli. Dia langsung menarik kedua lengan Renata sehingga Renata langsung bangkit dan berada didekapannya dalam jarak dekat. Wajah keduanya hanya berjarak 5 cm dan keduanya hanya bisa saling bertukar pandang dengan pikiran yang berkecamuk dihati masing-masing.

Renata buru-buru menjauhkan diri dari Alva. Tanpa sadar, hatinya berdebar saat bertatapan dengan Alva dalam jarak dekat seperti tadi.

"Begitukah sikapmu pada orang yang sudah menolongmu?" Alva mengangkat sebelah alisnya saat melihat Renata membuang muka.

"Untuk apa? Aku tahu kau sengaja menjatuhkan aku!"

"Kau sendiri yang memintaku melepaskan peganganku. Jangan berprasangka buruk, Nona!" jawab Alva tak mau disalahkan dengan ketenangan yang masih sama.

"Itu semua tak akan terjadi jika kau tidak muncul dihadapanku lagi!"

Alis Alva bertaut. "Sepertinya kau terlalu percaya diri,nona. Aku datang kemari karena aku punya urusan pekerjaan dengan ayahmu. Bukan untuk menemuimu."

Perkataan Alva itu pun membuat Renata jengkel setengah mati. Tapi wanita itu tetap berusaha bersikap tenang menyeimbangi ketenangan Alva.

"Setelah apa yang kau katakan tentang papa, kau masih punya muka untuk menemuinya?" Renata tertawa sinis.

"Bukankah aku sudah minta maaf?"

"Jika minta maaf semudah membalikkan telapak tangan, maka penjara akan sepi."

DTS 3 - HAPPINESS IS SIMPLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang