TWENTY - TRAUMA

6.3K 481 13
                                    

***



Selama tiga bulan penuh, Mereka berdua diam-diaman. Baik Alva maupun Renata keduanya memiliki persamaan yang tak akan pernah bisa dirubah : Sama sama keras kepala.

Renata yang terlanjur kecewa dengan sikap Alva yang mendiamkannya selama sebulan pun memutuskan untuk mengabaikan Alva. Dia menguatkan mentalnya untuk tidak mempedulikan pria itu, dia menjalani kesehariannya seperti biasa.

Hidupnya masih baik-baik saja tanpa Alva. Ada atau tidaknya Alva, Renata tidak merasakan bedanya. Sejak telepon Alva yang terakhir itu, Renata tidak pernah mengangkat telepon ataupun membaca pesan Line yang dikirimkan Alva. Dia takut jika nanti dia membaca pesan atau mendengarkan suaranya, hatinya akan luluh kembali. Dia juga takut jika Alva menghubunginya hanya untuk mengakhiri hubungan mereka yang aneh ini.

Ya. Bagi Renata mengakhiri hubungan dengan menghilang, jauh lebih baik daripada harus mendengarkannya secara langsung. Dia tidak mau terluka lagi.

Kisah masa lalunya dulu sudah cukup menyiksanya. Dulu dia pernah dikhianati, dikecewakan yang kemudian membuatnya pesimis terhadap cinta. Saat dia mencoba membuka hati pada pria yang bernama Stefan, pria itu justru memperlakukannya seperti barang yang sudah tidak dia suka dan bisa dia berikan ke orang lain.

Akhirnya setelah tiga bulan menahan diri, menahan emosi, dan juga berjuang keras, Renata akhirnya menyelesaikan skripsinya dan hari ini adalah hari terpentingnya.

"Bagaimana?" Elly yang satu jurusan dengannya bertanya dengan was-was saat melihat Renata keluar dari ruang sidang. Mereka berdua mengenakan pakaian yang sama warnanya. Atasan putih dan rok span hitam serta blazer yang menjadi ciri khas kampus berwarna biru dongker.

Renata menundukkan kepala dengan lesu. Elly semakin penasaran menebak hasil sidang Renata barusan. Dia sudah disidang mendahului Renata, dan dia lulus. Dia sebenarnya juga yakin kalau Renata pasti lulus karena dia sudah berjuang siang malam sampai bergadang untuk skripsinya. Tapi melihat raut wajahnya ditekuk seperti itu, perasaan Elly jadi tidak enak. Mana mungkin mahasiswi secerdas Renata bisa tidak lulus?

Saat melihat wajah Elly yang berubah panik, Renata tiba-tiba mengangkat wajahnya lalu tersenyum lebar. Dia mengangkat skripsinya tinggi-tinggi. "LULUS!" Serunya senang.

Elly menggerutu kesal karena dikerjai Renata , tapi dia berteriak senang lalu membentangkan tangannya lebar-lebar dan memeluk Renata.

"Akhirnya 4 tahun di China kita selesai!" ucap Elly sumringah sambil melirik Renata.

"Tinggal menunggu wisuda!" Jawab Renata antusias.

"Ya. Dan setelah ini kita bisa pulang ke Indonesia dan mengejar impian masing-masing!" Tukas Elly.

Dahi Renata berkerut. "Pulang?"

Elly menatapnya bingung. "Ya. Pulang ke Indonesia , Re. Kau punya keluarga dan kekasih kan disana? Kau tidak berniat meniti karir disini kan?"

Renata terdiam. Dia memang ingin pulang ke Indonesia. Dia ingin melanjutkan mimpinya sebagai dosen di negaranya. Tapi entah mengapa dia jadi tidak ingin pulang begitu teringat Alva. Pria itu berjanji bahwa dia akan menjemput Renata begitu dia wisuda. Tapi apakah hal itu masih berlaku, mengingat mendinginnya hubungan mereka selama empat bulan terakhir ini?

Bukan salahku, Alva yang memulainya!

"Tentu saja kita akan pulang!", tukas Renata sambil tersenyum. Padahal sesungguhnya dia ragu dengan apa yang dia katakan. Dia belum ingin bertemu dengan Alva. Tapi haruskah dia mengingkari janjinya pada papa untuk menetap di Indonesia hanya karena seorang pria tak berperasaan bernama Alva?

DTS 3 - HAPPINESS IS SIMPLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang