TWENTY FIVE - EMOTION (1)

6.3K 450 23
                                    

***

AUTHOR MAU CURHAT

Hai my beloved readers. Ga nyangka storynya Alva Rere responnya melebihi IWMA. Seneng deh banyak yang suka sama bebeb Alva tersayang, bahkan ada Faris lovers juga ternyata. Saya baru nyadar saat lihat tanda bintang yang banyak dan private message. Hehe. Terima kasih atas apresiasi yang diberikan, pastinya author akan lebih semangat lagi dalam melanjutkan cerita alva-rere. Mereka punya kisah yang sempurna dilengkapi dengan persoalan yang complicated. Jika ada typo dan Eyd, maklumi sajalah. Mata author suda keliyengan nulis part ini dalam waktu singkat.

Happy Reading...

Vote and comment please.

#hugsfromalvarere

***



Dua keluarga besar berkumpul di kediaman keluarga Kosasih. Hari ini kedua pihak keluarga berkumpul dalam rangka pertunangan kedua anaknya.

Setelah Alva memakaikan cincin dijari manis Renata dan juga sebaliknya, kedua keluarga itu duduk berhadap-hadapan.

Lukas Dinata duduk dengan bersahaja didampingi istrinya dan kedua putranya - Alva dan Faris. Sementara sang tuan rumah- Duta Kosasih duduk didepannya tak kalah bersahaja didampingi istri dan putra putrinya - Hansen dan Renata.

"Kapan tanggalnya?" Maggie Fidella Dinata buka suara.

"Ehm, aku menunggu keputusan Rere", ucap Alva sambil melirik wanitanya yang menunduk malu.

Duta Kosasih menegakkan tubuhnya dengan Alis bertaut. "Tanggal? Maksudnya?" Dia berpaling menatap putri semata wayangnya.

Renata menarik lengan ayahnya dan berbisik. "Tanggal pernikahan pa. Renata siap saja kapan pun tanggalnya", jawab putrinya dengan rona merah diwajah.

Meski Renata hanya berbisik pada papanya, tapi Alva dan keluarga Dinata bisa mendengarnya dengan jelas. Hanya saja wajah Duta terlihat aneh.

Duta terdiam dengan ekspresi yang sulit dijelaskan. Dia menyandarkan punggungnya pada sofa lalu menutup matanya sejenak. Setelah beberapa detik, dia pun kembali membuka matanya dan menatap teman lamanya berserta keluarganya.

"Lukas", panggilnya pada teman lama sekaligus klien terpentingnya. "Ku rasa aku tidak setuju jika mereka langsung menikah", Duta menyatakan keberatannya.

Istrinya- Liana dan Renata spontan menoleh padanya. "Papa!" Seru mereka berdua bersamaan, keberatan dengan keputusan Duta. Duta hanya melirik sekilas, sementara Hansen hanya bisa terkejut mendengar ucapan ayahnya tanpa bisa berkata apa pun.

Maggie menatap suami dan putra sulungnya , tetapi dilihatnya keduamya tak bergeming dan tetap bersikap tenang. Lukas menegakkan tubuhnya dan menarik nafas dalam-dalam. "Semua ini terserah anak-anak kita. Aku tidak akan memaksa. Lagipula bukankah bagus jika kita berbesanan?"

"Ya.Aku tidak keberatan dengan hubungan mereka, tapi aku rasa mereka cukup tunangan lebih dulu saja. Tapi mengenai pernikahan, kurasa itu terlalu cepat." jawab Duta tanpa mempedulikan putrinya yang terlihat kecewa karena keputusan sang papa yang tidak menanyakan pendapatnya lebih dulu.

Lukas tersenyum simpul lalu menoleh pada putranya. "Bagaimana boy? Om Duta tidak menolak lamaranmu, hanya kau harus menunggu entah sampai kapan. Kau setuju?"

Alva menatap Renata lalu mengalihkan pandangannya pada Duta. "Aku akan menunggu sampai om Duta siap menyerahkan putri om padaku", tukasnya.

Duta tak menjawab dan hanya tersenyum tipis.

DTS 3 - HAPPINESS IS SIMPLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang