***
Sebuah jazz putih berhenti dirumah keluarga Kosasih. Alva yang duduk dibalik kemudi pun menoleh pada Renata. Wanita itu sudah merasa lebih baik. Air matanya sudah kering sejak tadi dan kini dia mengeluarkan kotak bedaknya dari dalam tas jinjingnya. Diusapkannya spon bedak itu dengan lembut dibawah kelopak matanya. Renata tidak mau keluarganya melihat wajahnya sembab, untuk itulah dia memoles bedak dibawah matanya. Setelah memasukkan kotak bedaknya kembali kedalam tas, Renata menatap Alva.
"Bagaimana bisa kau ada disana?" Tanya Renata datar.
Alva terbata. "Ehm... A...ku ada janji dengan klien penting dari Hongkong",dustanya.
Alva mengutuk kegagapannya dalam hati. Sebenarnya Alva memang sengaja mengikuti Renata hari ini, begitu anak buah suruhan asistennya -Ben mengabari bahwa Renata akan pergi bersama Stefan. Dan kebetulan dia bersama supirnya hari itu, jadi dia bisa mengantar Renata pulang tanpa mencemaskan mobil kesayangannya ditinggal direstoran asing yang tidak pernah dia kunjungi. Keadaan memaksa Alva untuk berbohong. Tidak mungkin bukan dia bilang pada Renata kalau dia sengaja mengikutinya? Gengsi Alva terlalu tinggi untuk mengakui bahwa dia sudah menjadi stalker Renata hari ini.
"Sepertinya kau selalu membuat janji dengan klien ditempat yang sama denganku? Kau seperti bertebaran dimana-mana", Renata mencibir.
"Begitulah",ucap Alva berlagak cuek.
"Tapi terima kasih karena kau ada disana. Kalau tidak ada kau, mungkin aku sudah menghajarnya dan mempermalukan diri sendiri."
Alva menatap Renata dalam diam.
"Lalu bagaimana dengan klienmu dari hongkong itu? Kau meninggalkannya untuk mengantarku, apa tidak apa-apa?"
Alva tertegun. Matanya berputar mencoba mencari alasan. "Ah, Asistenku sudah menanganinya. Jadi tak ada yang perlu dicemaskan."
"Oh begitu?"
"Re..." Panggil Alva. Renata menoleh.
"Ya?"
"Kalau boleh tahu, ada apa sampai kau menangis seperti tadi?" Tanya Alva hati-hati.
Renata memalingkan wajah dari Alva dan menunduk.
"Ah, aku tidak bermaksud mencampuri urusanmu. Aku hanya..." Kata-kata terpotong. Renata menyela ucapannya.
"Pria tadi teman Stefan. Kau ingat Stefan?"
Alva mengangguk.
"Stefan sudah menggantungkan hubungan kami selama setahun. Alasannya karena dia menjaga perasaan Tian - sahabatnya yang terus menerus mengejarku. Waktu itu kami sempat berselisih dan akhirnya dia meminta aku memaafkannya dan meminta kesempatan untuk memperbaiki segalanya. Tadinya aku sempat melihat sedan Tian didepan restoran, tapi kupikir itu tidak mungkin. Siapa sangka, dia justru menjodohkanku dengan temannya itu!" Renata mengusap air matanya yang hampir mengalir lagi. Dan tiba-tiba dia tersadar kalau dia baru menceritakan masalah pribadinya pada seorang Alva. Alva yang dibencinya.
"Sepertinya aku bercerita terlalu banyak",ucap Renata sambil menatap Alva datar.
"Tidak",tukas Alva. "Terkadang ada hal yang lebih baik untuk diungkapkan daripada dipendam."
"Setelah Gwen pergi, aku menutup diri terhadap semua hal. Aku berpikir bahwa segala sesuatu yang jika pada akhirnya tak dapat kumiliki, lebih baik aku tak pernah memilikinya." Alva menatap Renata dalam-dalam dan melanjutkan perkataannya. "Dan sekarang, untuk pertama kalinya aku ingin memiliki sesuatu yang sebenarnya mustahil untuk bisa aku miliki. Tapi aku sangat ingin memilikinya dan aku rasa aku harus memulainya dari awal untuk meraihnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
DTS 3 - HAPPINESS IS SIMPLE
RomanceAlva Luke Dinata adalah sosok lelaki idaman yang sempurna. Ia memiliki segalanya baik harta, kekuasaan, dan wajah yang luar biasa tampan. Yang kurang dari dirinya hanya satu, yaitu : "enggan berkomitmen". Ia mengalami trauma aneh yang entah mengapa...